Pengaruh Arah Sirkular Terhadap Laju Deformasi dan Pendugaan Laju Deformasi Dengan Metode Kriging (CIRCULAR-KRIGING)
Pengaruh Arah Sirkular Terhadap Laju Deformasi dan Pendugaan Laju Deformasi dengan Metode Kriging (Circular Kriging)
Date
2011Author
Primatika, Roza Azizah
Sumertajaya, I Made
Aidi, Muhammad Nur
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada tepat di daerah
khatulistiwa. Secara geografis, Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua
Australia serta diapit oleh Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Oleh sebab itu,
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan tektonik utama dunia yang
mengakibatkan rentannya bencana alam. Salah satu bencana alam yang terjadi di
Indonesia adalah letusan Gunung Berapi. Gunung Berapi yang ada di Indonesia,
pada umumnya mempunyai suatu siklus letusan untuk periode tahun tertentu yaitu
periode pendek, periode menengah dan periode panjang. Berdasarkan siklus
tersebut, maka pengamatan atau pemantauan harus dilakukan secara rutin untuk
mengetahui tanda-tanda letusan akan terjadi. Salah satu pemantauan yang
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda letusan adalah pemantauan deformasi.
Pemantauan deformasi adalah salah satu pemantauan yang dilakukan
untuk melihat perubahan bentuk gunung berdasarkan pada laju deformasi sebagai
akibat tekanan magma dari dalam perut gunung. Pada pemantauan deformasi,
pengukuran dilakukan dengan menggunakan suatu alat yaitu total station yang
akan menghasilkan suatu data EDM (Electronics Distance Measurements). Total
station ini akan mengamati beberapa reflektor yang ada di sekitar gunung. Dengan
adanya pengamatan atau pemantauan secara terus menerus, maka pengujian yang
dilakukan dalam suatu penelitian terhadap siklus berdasarkan pada waktu
pengamatan kurang tepat apabila menggunakan analisis statistik linear biasa.
Selain waktu pengamatan yang sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil laju
deformasi, pendugaan laju deformasi juga diperlukan apabila reflektor yang akan
menghasilkan ukuran laju deformasi yang ada pada gunung berapi tersebut rusak
atau diterjang suatu bencana.
Metode yang digunakan untuk melakukan suatu pengujian berdasarkan
pada waktu pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode regresi sirkular
linier, dengan peubah penjelas (x) adalah waktu pengamatan dan peubah respon
(y) adalah laju deformasi. Tetapi, dalam hal ini peubah penjelas (x) ditambahkan
beberapa variabel penjelas yang berupa peubah boneka. Analisis dilanjutkan
dengan melakukan pendugaan yang berfungsi untuk mendapatkan nilai dugaan
apabila reflektor tersebut hilang dan tidak dapat melakukan pengukuran kembali.
Analisis yang digunakan yaitu metode Ordinary Kriging. Sebelum melakukan
analisis dengan dua metode tersebut, maka dilakukan analisis deskriptif terhadap
waktu pengamatan yang dilakukan dan melakukan pengujian anova untuk
menentukan model regresi yang sesuai.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diambil dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
(BPPTK) Yogyakarta. Data tersebut adalah data laju deformasi selama periode
pendek yaitu 4 tahun (2007-2010).
Analisis deskriptif sirkular menunjukkan bahwa arah rata-rata pengamatan
yang dilakukan untuk semua tahun pengamatan dan masing-masing tahun
xii
pengamatan berkisar pada musim kemarau. Hal ini disebabkan karena cuaca yang
cerah dan gunung terlihat jelas, maka pengukuran terhadap reflektor dapat
dilakukan secara rutin tanpa ada kendala yang berarti. Analisis deskriptif linier
menunjukkan bahwa laju deformasi terbesar terdapat di Stasiun Pengamatan
Kaliurang. Pengujian anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar stasiun
pengamatan terhadap besarnya laju deformasi yang diperoleh pada taraf nyata 5%.
Analisis regresi sirkular linier dengan penambahan beberapa peubah
kategorik berupa stasiun pengamatan dan tahun pengamatan menunjukkan
terdapat 12 peubah yang signifikan dalam model yaitu arah (cos dan sin), tahun
2008 (T1), tahun 2009 (T2), stasiun pengamatan Deles tahun 2010 (Z1T3), stasiun
pengamatan Babadan tahun 2010 (Z2T3), stasiun pengamatan Jrakah (Z3), siklus
bulanan dalam sinus tahun 2008 (sin arahT1), stasiun pengamatan Babadan (Z2),
stasiun pengamatan Deles (Z1), stasiun pengamatan Babadan tahun 2008 (Z2T1),
siklus bulanan dalam sinus tahun 2009 (sin arahT2). Kebaikan model yang
diperoleh mencapai 56.8%, artinya bahwa besarnya laju deformasi dapat
dijelaskan oleh model sebesar 56.8% dan sisanya dijelaskan oleh faktor yang lain
yang tidak dijelaskan oleh model. Model regresi sirkular linier dengan
penambahan peubah kategorik berupa stasiun pengamatan dan tahun pengamatan
tersebut digunakan untuk menduga data hilang akibat tidak dapat dilakukan
pengamatan pada waktu-waktu tertentu.
Hasil pendugaan laju deformasi dengan menggunakan metode Ordinary
Kriging dengan Jackknife dan pengujian kelinieran data aktual dan data dugaan
menunjukkan bahwa data dan dugaan yang diperoleh sangat linier mendekati data
yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan dengan taraf nyata 5%, nilai korelasi antara
data aktual dan data dugaan sebesar 0.691 yang artinya sangat berhubungan
positif serta nilai R2 yang diperoleh cukup layak yaitu sebesar 47.7%. Namun,
setelah dilakukan perhitungan akurasi melalui nilai tengah kuadrat deviasi (MSD)
sebesar 61.42, nilai tengah deviasi absolut (MAD) sebesar 4.80 dan nilai tengah
galat persentase absolut (MAPE) sebesar 6658.98%. Sehingga berdasarkan pada
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai dugaan dengan metode Ordinary
Kriging dapat mengikuti data sebenarnya dengan nilai keakuratan berdasarkan R2
cukup layak walaupun nilai MSD, MAD dan MAPE yang diperoleh besar.
Collections
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Penggunaan Analisis Variogram dan Metode Kriging Biasa Terhadap Oksigen Terlarut untuk Menggambarkan Sebaran Ikan Karang di Perairan (Studi Kasus: Pulau Karang Congkak dan Karang Lebar, Kepulauan Seribu DKI Jakarta).
Gustina, Ira | Aunuddin | Syafitri, Utami Dyah (2010)Sebaran oksigen terlarut (dissolved oxygen) di perairan berguna untuk mengidentifikasi tingkat produktivitas primer ikan karang dan organisme laut lainnya. Semakin besar kandungan oksigen terlarut maka tingkat produktivitas ...