Show simple item record

dc.contributor.advisorHadi, Setia
dc.contributor.advisorDamayanti, Vera Dian
dc.contributor.authorWidodo, Kukuh
dc.date.accessioned2011-10-20T06:35:24Z
dc.date.available2011-10-20T06:35:24Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51136
dc.description.abstractSungai Kelayan merupakan salah satu sungai dalam kategori sungai kecil di Kota Banjarmasin. Seiring dengan adanya arus urbanisasi, sempadan sungai ini menjadi sasaran bagi masyarakat pendatang untuk mendirikan rumah. Hal ini berimplikasi pada penurunan kualitas lingkungan biofisik kawasan. Oleh karena itu, perencanaan lanskap Sungai Kelayan perlu dilakukan untuk mendukung upaya revitalisasi sungai di Kota Banjarmasin agar dapat mengembalikan fungsi ekologi sungai dan dapat mendukung terciptanya waterfront city di perkotaan. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan potensi lanskap yang ada di kawasan Sungai Kelayan, menganalisis kondisi biofisik, sosial, dan budaya serta ekonomi Sungai Kelayan yang berpengaruh terhadap proses perencanaan lanskap sungai berbasis pendekatan biofisik, dan membuat suatu rencana lanskap sungai berbasis pendekatan biofisik yang dapat mencirikan waterfront city di perkotaan. Metode yang digunakan dalam studi ini meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis dan perencanaan lanskap (modifikasi Simonds, 1983). Batas tapak dalam studi ini mencakup kawasan Sungai Kelayan yang memiliki panjang 4.400 m dengan mengambil bagian kanan kiri sungai selebar 15 m (berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 tahun 2007 tentang pengelolaan sungai dan PP Republik Indonesia No. 35 tahun 1991 tentang sungai). Pendekatan yang dipakai dalam studi ini adalah pendekatan biofisik yang dimodifikasi dari Soedjoko dan Fandeli (2009), dimana aspek biofisik yang dianalisis meliputi curah hujan, penutupan lahan (Indeks Penutupan Lahan/ IPL), daerah genangan banjir, penggunaan lahan (Kesesuaian Penggunaan Lahan/ KPL), vegetasi dan satwa. Selain itu aspek sosial budaya dan ekonomi juga menjadi pertimbangan dalam studi ini. Pada tahap analisis sungai dibagi dalam tujuh segmen dimana yang menjadi dasar dalam pembagian segmen adalah batas administratif. Setiap aspek akan dianalisis secara kuantitatif dengan skoring dan pembobotan. Dari hasil analisis didapat 4 kualitas biofisik pada tapak yakni kualitas biofisik sangat kritis, kritis, sedang dan bagus. Pada tahap sintesis, zonasi dilakukan sebagai upaya dalam perbaikan kondisi biofisik dan peruntukan ruang di kawasan studi melalui tindakan rehabilitasi dan konservasi. Pada segmen yang memiliki kualitas biofisik bagus akan dijadikan sebagai zona rehabilitasi non intensif dengan pemanfaatan ruang untuk konservasi. Segmen dengan kualitas biofisik sedang akan dijadikan sebagai zona rehabilitasi semi intensif dengan pemanfaatan ruang untuk ruang semi konservasi. Sedangkan segmen dengan kualitas biofisik kritis dan sangat kritis akan dijadikan sebagai zona rehabilitasi intensif dengan pemanfaatan ruang untuk non konservasi. Sungai yang fungsional dan yang memiliki kondisi biofisik yang baik serta yang dapat mencirikan waterfront city di perkotaan merupakan konsep dasar dalam perencanaan lanskap. Sungai fungsional yang dimaksud adalah sungai yang berfungsi sebagai saluran eko-drainase, saluran irigasi dan fungsi ekologi (Maryono, 2008). Sedangkan konsep waterfront city yang dimaksud dalam studi ini adalah penataan suatu kawasan yang berorientasi pada air, dimana dalam tata ruangnya air menjadi bagian depan. Untuk mencapai kondisi tersebut, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan merehabilitasi dan mengkonservasi nilai biofisik lanskap Sungai Kelayan pada masing-masing zona. Selain itu, implementasi metode teknik bio-engineering juga akan diterapkan untuk mewujudkan kondisi biofisik kawasan yang lebih baik. Pada rencana ruang, kawasan dibagi dalam beberapa ruang dengan tujuan untuk peningkatan kualitas aspek biofisik dengan cara menentukan tindakan konservasi, rehabilitasi dan peruntukan ruang pada masing-masing zona yang terdiri atas: (1) zona rehabilitasi non intensif (1,74 Ha/16%), berfungsi sebagai pengaman daerah sungai yang dikembangkan sebagai sabuk hijau sungai; (2) zona rehabilitasi semi intensif (3,57 Ha/33%), merupakan areal peralihan (transisi) antara zona rehabilitasi non intensif dan zona rehabilitasi intensif yang mengakomodir ruang untuk pemukiman sebesar 15%; dan (3) zona rehabilitasi intensif (5,49 Ha/51%), sebagai areal yang mengakomodasikan kegiatan manusia namun tetap memperhatikan aspek biofisik kawasan sehingga tidak menimbulkan efek negatif pada tapak dan ruang untuk pemukiman sebesar 30%. Untuk tujuan menunjang perbaikan kualitas fisik dan amenitas sempadan sungai, vegetasi yang dikembangkan meliputi vegetasi riparian dan vegetasi darat. Rencana sirkulasi dikembangkan menjadi sirkulasi air dan darat yang integratif untuk mengakomodir pergerakan manusia dan melestarikan fungsi sungai sebagai alat transportasi. Pada rencana pemukiman dilakukan penataan, penetapan arah orientasi dan perbaikan sanitasi yang bertujuan untuk peningkatan kualitas biofisik kawasan sehingga mendukung fungsi sungai sebagaimana mestinya. Dari hasil perencanaan lanskap Sungai Kelayan ini diharapkan dapat mendukung upaya revitalisasi sungai di Kota Banjarmasin agar dapat mengembalikan fungsi biofisik sungai dan dapat mendukung terciptanya waterfront city di perkotaan.en
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subjectWaterfront Cityen
dc.subjectRevitalisasien
dc.subjectRehabilitasien
dc.subjectBiofisiken
dc.subjectSungaien
dc.subjectPerencanaan Lanskapen
dc.titlePerencanaan Lanskap Sungai Kelayan Sebagai Upaya Revitalisasi Sungai di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatanen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record