Pengaruh Penyuntikan
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penyuntikan prostaglandin (PGF2a) yang disertai dengan penyuntikan pregnant mare serum gonadotropin (pMSG) pada keberhasilan kebuntingan tikus. Empat puluh ekor tikus putih betina dari galur Sprague- Dawley berumur 8-10 minggu telah dibagi ke dalam 3 kelompok. Kelompok I, terdiri atas 10 ekor, disuntik dengan 1000 ug PGF2a/kg BB sebanyak 2 kali selang waktu 3 hari untuk menyerentakkan berahi. Kelompok 2, terdiri atas 15 ekor, disuntik dengan 1000 ug PGF2a/kg BB sebanyak 1 kali. Sehari setelah penyuntikan PGF2a tikus disuntik dengan 100 IU PMSG/kg BB. Kelompok 3, terdiri atas 15 ekor, disuntik dengan 1000 ug PGF2a/kg BB 2 kali selang waktu 3 hari. Sehari setelah penyuntikan PGF 211 pertama disuntik dengan 100 IU PMSG/kg BB . Empat hari setelah penyuntikan PGF2a.pertama, semua kelompok percobaan disuntik dengan hCG 100 IU/kg BB. Segera setelah penyuntikan hCG, tikus dikawinkan dengan pejantan selama 3 hari. Pada hari dimana tikus jantan dikeluarkan, dihitung sebagai hari pertama kebuntingan. Pada hari ke-14 kebuntingan 5 ekor tikus dari masing-masing kelompok diambil untuk dibedah dan diperiksa jumlah korpus luteum, bobot ovarium, bobot uterus, dan angka kebuntingan. Sisanya dibedah pada hari ke-28 setelah penyuntikan hCG. Hasil Percobaan menunjukkan bahwa pada kelompok tikus yang disuntik dengan PGF2a (baik 1 kali, maupun 2 kali) yang dikombinasikan dengan penyuntikan PMSG tidak ada yang berhasil bunting, baik pada pengamatan pada hari ke-14 maupun pada hari ke-28, dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam jumlah korpus luteum, bobot ovarium dan bobot uterus. Sedangkan pada kelompok tikus yang disuntik PGF2a tanpa PMSG menunjukkan angka kebuntingan 40%. Percobaan ini menunjukkan bahwa penggunaan PGF2a dan PMSG dengan dosis yang digunakan pada penelitian ini, berdampak buruk pada keberhasilan kebuntingan.