Show simple item record

dc.contributor.authorAzizah, Nur
dc.date.accessioned2011-08-10T05:02:08Z
dc.date.available2011-08-10T05:02:08Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49702
dc.description.abstractHutan Tropika Indonesia merupakan komunitas spesies tumbuhan dengan keanekaragaman hayati besar yang merupakan sumber senyawa-senyawa metabolit sekunder. Ki lemo (L. cubeba) dan Pasang butaruwa (Q. induta) yang tumbuh di Hutan Gunung Salak berpotensi sebagai tumbuhan obat karena mengandung alkaloid, triterpenoid/steroid, flavonoid, dan saponin yang merupakan senyawa bioaktif (Sugiana 2003). Metode pengujian terhadap kandungan senyawa bioaktif yang digunakan adalah metode bioassay dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach atau yang dikenal dengan nama Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar zat ekstrakif kulit bagian dalam (inner bark) dan bagian teras cabang Ki lemo dan Pasang butaruwa yang larut dalam pelarut aseton dan hasil fraksinasinya dengan pelarut n-heksan, etil-asetat dan residunya, serta untuk menguji bioaktivitas zat ekstraktif tersebut terhadap A. salina melalui pengujian BSLT. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu ekstraksi serbuk (40-60 mesh) dengan pelarut aseton dan fraksinasi bertingkat ekstrak aseton dengan n-heksan dan etil asetat. Ekstrak aseton yang diperoleh dan fraksi-fraksinya diuji BSLT dan dihitung mortalitasnya. Data mortalitas yang diperoleh diolah menggunakan analisis probit untuk mendapatkan nilai LC5o dan menentukan bioaktivitasnya. Kandungan ekstrak aseton inner bark kayu Ki lemo dan Pasang butaruwa (6,70% dan 3,80%) lebih tinggi daripada bagian teras cabangnya (1,25% dan 0,99% ).Ekstrak aseton inner bark Ki lemo mengandung fraksi non polar yang tertinggi (fraksi n-heksan 1,62%), diikuti fraksi etil asetat (1,29%) dan residu (1,08%). Sedangkan fraksi tertinggi dari ekstrak aseton teras cabang Ki lemo adalah fraksi semi polar (fraksi etil asetat 0,66%), diikuti fraksi n-heksan (0,40%) dan residu (0,07%). Inner bark Pasang butaruwa mempunyai kadar ekstraktif tertinggi pada fraksi polar (residu 1,79%), diikuti fraksi etil asetat (0,94%) dan fraksi n-heksan (0,28%). Sedangkan fraksi tertinggi dari ekstrak aseton teras cabang Pasang butaruwa adalah fraksi semi polar (fraksi etil asetat 0,37%), diikuti residu (0,30%) dan fraksi n-heksan (0,21%). Bioaktivitas ekstrak aseton inner bark Ki lemo jauh lebih tinggi (LC5o 534,882 ppm) dibanding bagian teras cabangnya (LC5o 2.326,550 ppm). Sedangkan ekstrak aseton teras cabang Pasang butaruwa mempunyai bioaktivitas lebih tinggi (LC5o 268,999 ppm) dibanding inner barknya (LC5o 1.566,290 ppm). Fraksi teraktif dari ekstrak aseton inner bark Ki lemo adalah fraksi residu (LCso 110,060 ppm), sedang pada Pasang butaruwa fraksi teraktif ekstrak aseton inner barknya adalah fraksi n-heksan (LC5o 419,670 ppm). Pada bagian teras cabang Pasang butaruwa, fraksi teraktif adalah fraksi residu (LC5o 342,931 ppm). Berdasarkan klasifikasi Meyer (1982), ekstrak aseton inner bark Ki lemo (LC5o 534,882 ppm) dan teras cabang Pasang butaruwa (LC5o 268,999 ppm) termasuk ke dalam kategori toksik. Sedangkan ekstrak aseton bagian teras cabang Ki lemo (LC5o 2.326,550 ppm) dan inner bark Pasang butaruwa (LC5o 1.566,290 ppm) termasuk ke dalam kategori tidak toksik.en
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleUji bioaktivitas zat ekstraktif kayu ki lemo (Litsea cubeba (Lour) Pers) dan pasang butaruwa (Quercus induta BL) terhadap artemia salina leachen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record