Show simple item record

dc.contributor.authorKirmi, Hifzil
dc.date.accessioned2011-08-05T06:20:43Z
dc.date.available2011-08-05T06:20:43Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49572
dc.description.abstractTingginya kadar air pada kayu yang baru ditebang menyebabkan kayu tersebut belum dapat diolah secara langsung, dan lama-kelamaan kayu tersebut mengering yang menyebabkan penyusutan sehingga nantinya dapat berakibat terhadap terjadinya cacat kayu seperti : pecah permukaan, pecah ujung, dan cacat bentuk. Untuk itu diperlukan proses pengeringan agar lebih cepat mencapai kadar air keseimbangan kadar air pakai sebesar ± 12% yang dapat meminimalisasi penyusutan dan meningkatkan stabilitas dimensi kayu. Metode pengeringan yang banyak digunakan pada industri kayu di Indonesia saat ini adalah menggunakan kilang pengering konvensional. Agar mutu kayu hasil pengeringan dapat lebih baik maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan diantaranya : mutu kayu yang akan dikeringkan, cara penumpukan kayu, serta proses pengeringan yang dilakukan. Pengamatan di beberapa industri kayu menunjukan kayu hasil pengeringan yang dimanfaatkan memiliki mutu yang cukup rendah ditandai dengan kadar air yang masih tinggi serta banyaknya cacat yang terjadi. Pengamatan ini perlu dilakukan untuk melihat seberapa baik tiga faktor di atas dilakukan untuk menghasilkan mutu kayu hasil pengeringan yang lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2006, di Kilang Pengering TPK Ujung Menteng, Jakarta Timur yang berada di bawah pengawasan UPT Pusat Perkayuan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta. Bahan yang digunakan yaitu kayu albizia (Paraserianthes Jalcataria (L.) Folberg) dan kayu afrika (Maesopsis erninii Engl.), yang menggunakan alat-alat seperti : kilang pengering konvensional, alat ukur, alat tulis, dan sebagainya. Pelaksanaan penelitian dapat dibagi dalam empat pengamatan yaitu : pengamatan mutu kayu yang akan dikeringkan, pengamatan pada penumpukan kayu, pengamatan pada proses pengeringan, serta pengamatan terhadap mutu kayu hasil pengeringan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, mutu kayu yang siap dikeringkan memiliki syarat-syarat yaitu : tidak ada pin holes pada permukaan kayu, rata-rata peeah tidak lebih dari 116 panjang total kayu, tidak ada busuk, serta terdapat allowance tebal sebesar ± 4-5 mrn. Keragaman ukuran bahan yang akan dikeringkan cukup tinggi serta banyaknya jumlah cacat yang telah terbentuk seperti pecah permukaan, pecah ujung, serta cacat bentuk. Hal ini menunjukan bahwa mutu kayu yang akan dikeringkan di TPK Ujung Menteng rendah dan masih sesuai dengan penggunaannya yaitu sebagai bahan pembuatan palet. Pada proses penumpukan kayu dapat dilihat bahwa jenis kayu yang dijadikan ganjal sama dengan jenis kayu yang dikeringkan, keragaman ukuran ganjal yang cukup tinggi terlihat pada tebal papan yang berkisar 1,1-1,9 cm dan tebal balok berkisar 7,6-8,4 cm, kadar air ganjal yang tinggi (basah), serta penempatan ganjal yang tidak lurus vertikal (vertically alligrnent). Persiapan sebelum pengeringan dilakukan cukup baik seperti : persiapan kayu sebagai bahan pembakar boiler, pengecekan terhadap alat kontrol (control electric), serta membersihkan ruang pengering dari kotoran yang dapat merusak kayu-kayu yang akan dikeringkan. Sedangkan ukuran kayu yang akan dikeringkan dalam satu ruangan pengering beraneka ragam dan kadangkala produk palet yang masih memiliki kadar air tinggi juga dikeringkan dalam satu ruang pengering, serta menggunakan jadwal pengeringan yang sama untuk semua jenis dan ukuran kayu.en
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleCacat pengeringan pada kilang pengering konvensional di TPK Ujung Menteng Jakarta Timuren


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record