Show simple item record

dc.contributor.authorSukmawati, Aprilia
dc.date.accessioned2011-08-04T03:50:15Z
dc.date.available2011-08-04T03:50:15Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49503
dc.description.abstractSistem peringatan dini (early warning system) merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan meluasnya kebakaran hutan yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan pemantauan untuk mendeteksi gejala awal terjadinya kebakaran hutan secara terus-menerus. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pemantauan titik panas (hotspot) melalui penginderaan jarak jauh dengan menggunakan satelit, salah satunya dengan satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) melalui sensor AVHRR (Advance Very High Resolution Radiometer). Kabupaten Pontianak merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang daerahnya rawan terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan, dimana hampir setiap tahunnya terjadi kebakaran hutan dan lahan. Curah hujan merupakan faktor alam yang dapat mempengaruhi peristiwa kebakaran pada suatu wilayah. Kondisi curah hujan di suatu tempat akan mempengaruhi tingkat kekeringan bahan bakar, kemudahan bahan bakar untuk menyala, penjalaran api, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara parameter curah hujan dengan jumlah titik panas di Kabupaten Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat dan menentukan model persamaan terbaik dari hubungan antara parameter curah hujan dengan hotspot. Manfaat dari penelitian ini adalah menyajikan model persamaan hubungan antara parameter curah hujan dengan titik panas yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah titik panas sebagai peringatan dini terhadap kejadian kebakaran di Kabupaten Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada bulan April hingga Juli 2006. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan harian di Kabupaten Pontianak tahun 2000-2005, digital data sebaran hotspot di Kabupaten Pontianak tahun 2000-2005, digital data penutupan lahan Kabupaten Pontianak tahun 2001, 2003 dan 2004, dan digital data penggunaan lahan Kabupaten Pontianak tahun 1998. Dalam pengolahan data digunakan seperangkat komputer dengan beberapa perangkat lunak, yaitu Minitab 13 untuk pengujian ANOVA, Curve Expert untuk menentukan model persamaan terbaik dari hubungan antara curah hujan dengan jumlah hotspot, MS Excel untuk pengolahan grafik dan tabulasi data, dan Arc View 3.3 untuk pengolaban data dalam format Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisis data dilakukan secara statistik dan deskriptif. Analisis statistik dilakukan terhadap hubungan antara parameter curah hujan dengan jumlah hotspot, sedangkan analisis deskriptif dilakukan terhadap hasil kegiatan overlay antara peta penutupan lahan serta peta penggunaan lahan dengan peta sebaran hotspot di Kabupaten Pontianak. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis pengaruh dari tren perubahan lahan terhadap jumlah hotspot di Kabupaten Pontianak. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan ANOVA, jumlah hari hujan bulanan rata-rata merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah deteksi hotspot bulanan di Kabupaten Pontianak karena menghasilkan P Value sebesar 0.027 yang berarti bahwa faktor jumlah hari hujan bulanan rata-rata mempengaruhi jumlah deteksi hotspot secara signifikan di Kabupaten Pontianak. Karenanya dapat dilakukan pengujian untuk mendapatkan model dan persamaan terbaik dari hubungan antara jumlah hari hujan bulanan rata-rata (x) terhadap jumlah deteksi hotspot (y).en
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleHubungan Antara Curah Hujan Dengan Titik Panas (Hotspot) Sebagai Indikator Terjadinya Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Baraten


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record