Evaluasi Integritas Lanskap Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Studi Kasus: Jalur Pendakian Cibodas)
Abstract
Keberadaan taman nasional saat ini sangat mengkhawatirkan. Intensitas penggunaan baik legal maupun ilegal di kawasan taman nasional semakin meningkat. Kegiatan ilegal di dalam kawasan taman nasional diantaranya pencurian kayu bakar, penebangan pohon, pengambilan tanaman khas/endemik, dan pendakian gunung secara ilegal, sedangkan kegiatan yang legal diantaranya pengelolaan kawasan dan besarnya tekanan pengunjung sehingga melebihi daya dukung kawasan. Jika hal ini tidak diperhatikan maka eksistensi atau karakter dari taman nasional dan kekayaan alam bangsa ini akan hilang. Untuk itu perlu adanya kajian dari pengelola menanggapi permasalahan ini. Salah satu kegiatan manajemen lanskap ialah mengevaluasi atau mengkaji suatu kawasan/lanskap. Melalui evaluasi atau kajian ini, dapat diketahui apakah lanskap tersebut masih terjaga karakter aslinya ataukah tidak. Semua aspek tersebut selanjutnya akan menjadi evaluasi pengelolaan lanskap yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kondisi eksisting, kualitas estetika, karakter kualitas ekologi, dan pengelolaan lanskap Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) khususnya Jalur Pendakian Cibodas. Merumuskan solusi permasalahan, sintesis, sehingga fungsi dan karakter dari taman nasional dapat terwujud secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian ini dibatasi pada pengamatan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango khususnya jalur pendakian Cibodas-puncak Gede. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk pengumpulan data ekologis, estetika dan karakter, persepsi dan preferensi pengunjung. Pengolahan data kualitas estetika, karakter ekologi dan evaluasi pengelolaan dengan menggunakan metode Semantic Differential (SD). Dari hasil pengolahan data karakter ekologi dan kualitas ekologi dihasilkan evaluasi sehingga didapatkan gagasan/rekomendasi agar karakter lanskap taman nasional tetap utuh dan terjaga. Secara umum penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan tahap pengolahan data. TNGGP terletak diantara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 1.000-3.019 mdpl dan terletak di titik 106°51'- 107°02' BT dan 64°1'-65°1' LS. Luas kawasan TNGGP saat ini sekitar 22.851,782 ha. Topografi kawasan ini bervariasi, terdiri dari lahan datar, dataran tinggi, dan bukit sedang sampai terjal. Jenis tanah di TNGGP ialah tanah Regosol dan Litosol, tanah asosiasi Andosol dan Regosol, dan tanah Latosol coklat. Iklim di kawasan ini berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim A, dengan nilai Q berkisar antara 11.30%-33.30%. Suhu udara berkisar antara 10º-18º C. Kelembaban relative sepanjang tahun berkisar dari 80%-90%. Daerah ini termasuk daerah terbasah di pulau Jawa dengan rata-rata curah hujan tahunan 3.000-4.200 mm. Secara umum jenis vegetasi di TNGGP dapat dibagi dalam tiga zona hutan (Haris, 2001). Urutan ketinggian dari ketiga zona hutan tersebut adalah zona hutan Perum Perhutani, zona hutan Montana, dan zona hutan Sub Alpin. Menurut Riatmo (1989) vegetasi di TNGGP yaitu hutan Sub Montana, Hutan Montana dan hutan Sub Alpin. TNGGP memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Diantara satwa yang hampir punah antara lain, satwa primata dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Jenis satwa langka antara lain: jenis primata seperti Gibbon Jawa (Hylobates moloch) dan Surili Jawa (Dresbytis aygula), jenis mamalia seperti macan tutul (Panthera pardus), anjing hutan (Cuon alpinus), dan trenggiling (Manis javanica), jenis burung seperti alapalap (Accipiter soloensis), betet (Lanios scaeh), kutilang (Pycnonotus aurigaster), Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan Burung hantu (Otus angelinae). Hasil evaluasi terhadap kualitas estetika, karakter kualitas ekologi dan pengelolaan lanskap di tiap lanskap dinilai baik/tinggi. Namun dalam beberapa kriteria misalnya banyaknya satwa liar dan pengelolaan fasilitas masih dinilai kurang. Masih terdapat kegiatan vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung seperti membuang sampah, merusak/mencoret-coret fasilitas dan memetik tanaman. Permasalahan lain yang ada di tiap lanskap antara lain fasilitas yang rusak dan kurang memadai serta tidak terdapat tempat pembuangan sampah. Untuk itu disusun beberapa rekomendasi untuk mempertahankan karakter lanskap TNGGP dan juga untuk mencapai tujuan awal pembentukan taman nasional. Rekomendasi tersebut antara lain, pengadaan pelatihan atau penyuluhan singkat tentang pendidikan konservasi, penanganan khusus terhadap kegiatan vandalisme, pengadaan tempat sampah di setiap obyek wisata/tempat pemberhentian pengunjung, pemeliharaan terhadap habitat satwa dan vegetasi, peningkatan fasilitas-fasilitas, pembatasan pengunjung dan larangan berkemah, pengalihan jumlah kuota pengunjung, pengkajian ulang terhadap zonasi taman nasional dan pengkajian ulang terhadap aturan-aturan yang sudah dibuat.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]