dc.description.abstract | Infeksi busuk buah pada buah mangga buah disebabkan oleh Lasidiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. (syn. Botryodiplodia theobromae Pat.) mencapai 54% dari total volume ekspor. Hal ini menjadi masalah utama dalam ekspor mangga Indonesia. Pengendalian hayati terpadu selama penyimpanan digunakan sebagai alternatif penggunaan fungisida dalam pengendalian penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi khamir dan kitosan dalam pengendalian busuk buah mangga selama penyimpanan. Perlakuan tunggal secara in vitro dilakukan dengan uji antagonis, uji kitinolitik khamir, perlakuan kitosan (konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% v/v), dan perlakuan thiram (konsentrasi 0,001%, 0,01%, 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan 1% b/v). Perlakuan secara in vivo dilakukan dengan pencelupan isolat uji khamir (20 isolat) , kitosan (0,01%, 0,025%, 0,05%, 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% v/v), dan thiram (konsentrasi 0,1% dan 0,3% b/v) pada buah mangga. Perlakuan kombinasi secara in vivo dengan pencelupan khamir dan kitosan dalam menekan penyakit busuk buah dan mempertahankan penampilan fisik buah. Penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan dengan uji berjarak Duncan (DMRT). Cryptococcus albidus var aerius IPB1, C. albidus var aerius PB2, Candida edax IPB, C. terreus A IPB, C. luteolus, C. edax 13, dan C. albidus var aerius 6 mempunyai aktivitas penghambatan terhadap B. theobromae secara in vitro. C. albidus var aerius IPB1 paling efektif dalam menghambat patogen dibandingkan perlakuan khamir lainnya dan kontrol. Aktivitas kitinolitik hanya ditunjukkan oleh Buleromyces albus 7 dan C. edax 13 dengan adanya zona bening pada koloidal kitin agar pada hari ke-7 inkubasi. Konsentrasi kitosan paling efektif dalam menghambat pertumbuhan patogen adalah 2% (v/v) pada hari ke-3 inkubasi dengan tingkat hambatan relatif sebesar 89,74%. Pada uji in vivo, C. albidus var aerius IPB1, Pichia guilliermondi A1, Debaryomyces hansenii C12, Rhodotorula glutinis, dan C. edax 13 mampu menghambat patogen. C. albidus var aerius IPB1 paling efektif dalam menghambat dibandingkan perlakuan khamir lainnya. Konsentrasi kitosan dan thiram paling efektif dalam menghambat pertumbuhan pathogen adalah 2% (4 hari setelah inkubasi) dengan tingkat hambatan relatif sebesar 89,74% dibandingkan pengujian lainnya. Kombinasi C. albidus var aerius IPB 1, R. glutinis, D. hansenii C 12, C. edax 13 dan kitosan menunjukkan pengaruh penghambatan lebih tinggi terhadap penyakit daripada perlakuan tunggal | |