Adopsi inovasi pola kemitraan agribisnis sayuran di Propinsi Jawa Barat
Abstract
Petani sayuran sering dihadapkan pada masalah pemasaran produknya, karena ketidakpastian permintaan pasar atau produksi melimpah. Adanya kepastian pasar dan harga sebelum sayuran ditanam, menguntungkan bagi petani karena hasil sayuran mempunyai ka rakteristik mudah rusak. Penerapan pola kemitraan bertujuan untuk mengatasi masalah -masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi petani kecil, peningkatan mutu produk, dan masalah pemasaran. Melihat potensi dan tantangan penerapan pola kemitraan sebagai suatu inovasi dalam peningkatan kinerja petani kecil, maka penting menganalisis: proses keputusan inovasi petani dalam menerima dan menolak pola kemitraan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kedua, menganalisis manfaat pola kemitraan bagi petani dan mitranya baik perusahaan, koperasi maupun pedagang pengumpul. Ketiga, merancang strategi kemitraan yang berkelanjutan. Penelitian menggunakan metode studi kasus kolektif di lima perusahaan agribisnis dan satu koperasi yang menerapkan pola kemitraan agribisnis di Jawa Barat: Bogor, Cianjur, Bandung, dan Garut. Populasi penelitian adalah petani di sekitar perusahaan dan koperasi, dengan unit analisis rumahtangga tani. Proses pengambilan keputusan petani dalam pola kemitraan agribisnis terjadi melalui interaksi antara petugas atau pihak mitra dengan petani, kemudian menyebar melalui interaksi sesama petani dan keluarganya dalam suatu komunitas. Jadi pihak yang berperan dakam proses keputusan bermitra adalah: petugas atau pihak mitra, teman sesama petani dan keluarga petani. Beberapa alasan petani untuk memutuskan bermitra adalah adanya jaminan pemasaran hasil, tersedia bibit, pupuk, dan pestisida, produktivitas yang lebih tinggi, ada pendampingan petugas, dan meniru petani lain. Beberapa peubah mempengaruhi keputusan petani untuk bermitra adalah tingkat kebutuhan bermitra, kepastian pasar, pengalaman berusahatani, persepsi tentang tingkat kerumitan proses bermitra, dan ketersediaan sarana transportasi dan telekomunikasi. Keterlibatan petani dala m pola kemitraan memberi manfaat pada peningkatan pendapatan, penggunaan teknologi produksi, panen dan pasca panen, pestisida tepat guna, peningkatan mutu produk, penyerapan tenaga kerja dan modal. Adanya kesinambungan usaha bagi petani merupakan salah satu manfaat pola kemitraan dari aspek sosial. Strategi penerapan pola kemitraan agribisnis antara petani dan perusahaan, koperasi dan pedagang pengumpul, sebaiknya dilakukan dengan: menghindari perlakuan yang tidak adil, manipulasi, dan eksploitasi satu pihak oleh pihak lain, mempermudah prosedur dan aturan bermitra. Sarana transportasi dan telekomunikasi yang memadai sangat mendukung pengembangan agribinis melalui pola kemitraan.