Show simple item record

dc.contributor.advisorHartoyo
dc.contributor.advisorKhomsan, Ali
dc.contributor.advisorSumarwan, Ujang
dc.contributor.authorIskandar, Abubakar
dc.date.accessioned2010-10-11T03:52:22Z
dc.date.available2010-10-11T03:52:22Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://iirc.ipb.ac.id/handle/123456789/40576
dc.description.abstractKemiskinan merupakan fenomena sosial yang terlihat tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Kemiskinan oleh Herbert (2002) didefinisikan sebagai ketidak-mampuan orang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan standar kebutuhan lainnya. Selama periode 1970-1996, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin yang cukup signifikan dari 70 juta menjadi 22.5 juta. Namun akibat krisis ekonomi, pada tahun 1998, jumlah penduduk miskin meningkat sangat tajam menjadi 49.5 juta (24.23%). Pada tahun 2006, BPS melaporkan jumlah penduduk miskin sebanyak 39.0 juta (17.8%), lebih tinggi dari jumlah penduduk miskin pada tahun 2005, yaitu sebanyak 35.1 juta (16.0%). Banyak faktor yang berkaitan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin dalam dua tahun terakhir, di antaranya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diakibatkan oleh kebijakan pengurangan subsidi BBM. Fenomena masih tingginya angka kemiskinan juga menunjukkan bahwa program peningkatan kesejahteraan belum secara efektif dapat mengurangi masalah kemiskinan. Hal tersebut diakibatkan oleh beragamnya penggunaan metode dalam mengidentifikasi sasaran sehingga pelaksanaan program peningkatan kesejahteraan dinilai kurang terpadu antar sektor. Selain itu, program pengentasan kemiskinan belum menyentuh aspek pemberdayaan dan peningkatan ketrampilan dalam mengelola sumberdaya keluarga, sehingga dana bantuan langsung tunai, misalnya, lebih banyak digunakan keluarga untuk keperluan konsumtifid
dc.description.abstractThe improvement of family welfare has become the major objective of national development program. Many programs have directed to the improvement of family welfare. However, in 2006, there were still about 39.0 millions people (17.8%) live in poverty. This indicates that the implementation of poverty alleviation programs was not very effective due to many reasons, such us lack of targeting and insufficient setting of programs.
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan dampaknya terhadap kesejahateraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogorid
dc.subject.keywordFamily welfare
dc.subject.keywordPoverty indicator
dc.subject.keywordFamily resource management


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record