dc.description.abstract | Cadangan karbon lahan gambut merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca. Tetapi ketika dibuka (reklamasi), laju emisi karbon dari lahan gambut akan meningkat secara cepat. Pengembangan perkebunan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) di lahan gambut menyebabkan cadangan karbon lahan gambut mengalami penurunan secara cepat. Oleh sebab itu, penetapan cadangan karbon bahan gambut saprik, hemik, dan fibrik sangat perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk menentukan karakteristik lahan gambut dan melakukan pengukuran jumlah cadangan karbon bahan gambut saprik, hemik, dan fibrik pada lahan yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan di Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan, Dumai. Karakteristik tanah yang teliti meliputi warna, ketebalan, bobot isi, kadar air, pH, C organik, dan kadar abu. Rataan ketebalan bahan gambut saprik 146 cm, hemik 28 cm, dan fibrik 34 cm. Bahan gambut saprik memiliki warna yang lebih gelap daripada hemik dan fibrik. Bahan gambut saprik memiliki rataan bobot isi 0,26 g/cm3 dan rataan kadar air 277%. Tanah gambut memiliki kemasaman yang tinggi dengan pH kurang dari 4. Rataan C organik untuk bahan gambut saprik 53,95%; hemik 55,45%; dan fibrik 55,85%. Rataan kadar abu untuk bahan gambut saprik 6,98%; hemik 4,47%; dan fibrik 3,71%. Tingkat kematangan gambut berkorelasi negatif dengan kemasamaan gambut dan C organiknya. Namun, tingkat kematangan gambut berkorelasi positif dengan kadar abunya. Cadangan karbon di Lubuk Gaung untuk bahan gambut saprik 2.050 ton/ha (ketebalan 146 cm), hemik 341 ton/ha (ketebalan 28 cm), dan fibrik 266 ton/ha (ketebalan 34 cm). Tingginya cadangan karbon ini menunjukkan bahwa gambut memiliki fungsi penting sebagai tempat pemendaman karbon. | id |