dc.description.abstract | Salah satu faktor utama yang berperan dalam penurunan produksi dan tingginya mortalitas ruminansia di Indonesia adalah adanya penyakit yang disebabkan oleh parasit nematoda saluran pencernaan. Cacing nematoda saluran pencernaan yang menginfeksi ruminansia terutama dari anggota famili Trichostrongylidae. Nematodosis pada umumnya bersifat kronis dan menyebabkan kerugian ekonomi tersembunyi. Upaya pengendalian kecacingan akibat infeksi parasit nematoda saluran pencernaan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, diantaranya pengobatan dengan menggunakan antelmintika (chemical treatment), perbaikan manajemen padang rumput dan penggembalaan (grazing management) dan pengendalian hayati (biological control). Pengobatan dengan antelmintika dapat menimbulkan resistensi agen parasit penyebab kecacingan, akumulasi residu bahan kimia obat dan pencemaran lingkungan. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengendalian biologis nematodosis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan kapang nematofagus Arthrobotrys oligospora (Fresenius, 1852) isolat lokal dalam mereduksi larva infektif (L3) Trichostrongylidae pada pupukan tinja domba sebagai langkah awal seleksi kapang untuk mendapatkan kandidat agen pengendali biologis nematodosis pada ruminansia. Penelitian dilakukan di Laboratorium Belmintologi, Bagian Parasitologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Bewan, Institut Pertanian Bogor. Satu ekor domba jantan lokal yang terinfeksi cacing famili Trichostrongylidae secara alamiah dengan jumlah telur tiap gram tinja sebanyak 8.375 diambil sebagai domba donor. Tinja domba donor dikoleksi mengikuti ritme defekasi normal, kemudian dihomogenkan. Tinja yang sudah homogen dipupuk dalam cawan plastik masing-masing 5 gram sebanyak 20 pupukan dan dibagi dalam empat kelompok perlakuan (n=5) dengan pemberian suspensi konidia sebagai berikut: kelompok kontrol tanpa pemberian konidia, serta tiga kelompok lainnya ditambahkan konidia dengan dosis 5.000, 10.000 dan 20.000 konidia pergram tinja. Pupukan diinkubasi pada suhu kamar selama 14 hari sebelum larva dipanen dengan teknik Baermann. Basil penelitian menunjukkan bahwa jumlah larva yang ditemukan pada pupukan tinja kontrol lebih banyak dibandingkan dengan yang ditambah konidia kapang (Gl, G2 dan G3). Pada Gl, G2 dan G3 teIjadi reduksi L3 masing-masing sebesar 52,82 %, 71,78 % dan 79, 29 %. Basil analisis statistik menunjukkan perbedaan nyata antara kelompok perlakuan Gl, G2 dan G3 terhadap kelompok Kontrol (K). Besarnya penurunan L3 berbanding lurus dengan peningkatan dosis konidia. Terdapat perbedaan nyata antara G 1 dengan G2 dan G3. Persentase reduksi L3 pada kelompok G3 lebih tinggi dibandingkan G2, namun perbedaannya tidak nyata. | id |