Show simple item record

dc.contributor.authorHanum, Muthia
dc.date.accessioned2010-05-18T10:49:38Z
dc.date.available2010-05-18T10:49:38Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22873
dc.description.abstract15,7%, dalam menyediakan daging mencapai 22% dan populasi ayam Buras mencapai 270 juta ekor dengan tingkat perkembangan yang cukup pesal. Untuk memicu terusnya peningkatan ini pemerintah mengeluarkan surat keputusan Menteri Pertanian Nomor: 17/SK/Mentanu/1985 tentang intensifikasi ayam Buras. Salah satu penerapan prgram tersebut adalah pemeliharaan ayam Buras secara intensif di kandang individual. Dalam pemeliharaan secara intensif ini diperlukan penjantan unggul terseleksi untuk pelaksanaan inseminasi buatan (IB). Dan untuk terwujudnya keberhasilan IB ini diperlukan pengencer yang dapat mempertahankan kualitas scmcil. Kegunaan dari bahan pengencer semen adalah untuk meningkatkan volume semen sehingga lebih banyak betina yang bisa diinseminasi, dan untuk mempertahankan daya hidup spermatozoa selama penyimpanan sehingga akan mempennudah pendistribusiannya. Dalam pengenceran semen ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat pengenceran dan komposisi pengencer. Tinggi rendalmya pengenceran semen tergantung pada volume semen, konsentrasi spermatozoa, persentase spermatozoa hidup yang moti! dan keperluan dosis spermatozoa untuk IB. Penelitian ini memakai tujuh ekor ayam Lokal berkelamin jantan. Semen segar didapatkan melalui metode masase atau pengurutan. Kemudian semen segar ini dimasukkan dalam pengencer semen yang dipakai. Bahan pengencer yang digunakan adalah beltsviue poulfry .iemen extender (BPSE), laktat ringer's, NaCI fisiologis, 5% dekstrosa dan ringer's. Persentase motilitas spermatozoa pada awal penyimpanan .(0 jam) dengan semua bahan pengencer yaitu : BPSE, NaCI fisiologis, laktat ringer's, 5% dekstrosa, ringer's tetap tinggi. Persentase motilitas spermatozoa pada penyimpanan dengan bahan pengencer BPSE tetap tinggi sampai pengamatan terakhir (72 jam) dengan perincian nilai rata-rata 93% (0 jam) dengan kisaran 91,78-94,22 %, nilai rata-rata 89% (24 jam): dengan kisaran 87,13-90,87%, nilai rata-rata 85% (48 jam) dengan kisaran 83,42-86,58%, nilai rata-rata 73% (72 jam) dengan kisaran 71,78-74,22%. 13ahl1n pengencer yang humpir S!lma bagusnya dengan BPSE adalah laklat ringer's, karena sampai pada pengamatan 48 jam persentase moti!itas spermatozoa tetap tinggi yaitu nilai rata-rata 90% (0 jam), nilai rata-rata 84% (24 jam) dengan kisaran 82,13- 85,87%, nilai rata-rata 73% (48 janl) dengan kisaran 71,78-74,22%. Penurunan motilitas teljadi pada pengamatan 72 jam yaitu turun menjadi 57% dengan kisaran 54-60%. Larutan NaCI fisiologis hanya dapat mempertahankan viabilitas spermatozoa sampai hari ke-2, karena pada pengamatan pada 72 jam terjadi penurunan yang sangat rendah yaitu persentase motilitas spermatozoa hanya dengan ralaan 30% dengan kisaran 24,3-35,7%. Pada awal penyimpanan, spermatozoa yang disimpan dalam NaCI fisiologis menunjukkan motilitas yang tinggi dengan rataan 90%, dan nilai rata-rata 84% (24 jam) dengan kisaran 83-85%. Pengencer 5% dekstrosa merupakan pengencer yang paling tidak mampu mempertahankan viabilitas spermatozoa karena persentase motilitas spermatozoa sangat rendah sekali. Dekstrosa berkonsentrasi 5% ini hanya mampu mempertahankan viabilitas spermatozoa beberapa jam saja (awal penyimpanan) yaitu nilai rata-rata 84% (0 jam) dengan kisaran 83-85%, kemudian teljadi penunman pada pengamatan 24 jam menjadi 40% dengan kisaran 35,53-44,47% dan terus turun menjadi 6% (48 jam) dengan kisaran 3,08-8,92% dan 1% (72 jam) dengan kisaran 0-2%. Sama halnya dengan 5% dekstrosa, ringer's sebenarnya tidak bagus sebagai pengencer karena hanya mampu mempertahankan viabilitas spermatozoa pada awal penyimpanan saja (84%) dengan kisaran 83-85%, pada pengamatan 24 jam turun menjadi 54% dengan kisaran 48,15- 58,85%, nilai rata-rata 13% pada pengamatan 48 jam dengan kisaran 11,78-14,22% dan 4% pada pengamatan 72 jam dengan kisaran 2;13-5,87%. Berdasarkan data di atas terlihat bahwa persentase motilitas spermatozoa akan menm•un sejalan dengan lama penyimpanan, dan penurunannya akan berbeda untuk setiap bahan pengencer. Selain jenis pengencer, penurunan motilitas dan penurunan aktivitas metabolik juga dipengaruhi faktor penyimpanan semen dalam lemari es dengan suhu SoC yang menyebabkan spermatozoa mengalami cold shock dan kemungkinan terjadi degradasi bagian-bagian spermatozoa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Bakst, dalam Abdiuah 1996) cekaman dingin dan perbedaan tekanan osmotik antm•a spermatozoa dengan pengencer menyebabkan terjadinya lisis pada bagian-bagian spermatozoa. Pendapat ini diperkuat oleh (Blesbois dan Reviers, dalam Abdiuah 1996), penyimpanan semen dalam suhu SoC selama 24 jam berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan fertilitas spermatozoa. Walaupun mcnuru( (Parks dan Lynch, dalam Widjajakusuma e/ al. 2000) bahwa spermatozoa lInggas lebih resisten terhadap cold shock (chiuing injury) dari pad a spermatozoa babi dan ruminansia. Karena glycolipid membran plasma spermatozoa lInggas berbeda nyata pada sifat molekuler dan fase thermotropiknya dari pad a glycolipid spermatozoa mamalia. Secara kontras kandungan protein plasma membran spermatozoa lInggas adalah rendah, persentase ethanolamine phospho glyceride dalam total lipid spermatozoa juga rendah, dan kekurangan komponen bertitik cair tinggi dalam glycolipid-nya. Profil molekul membran plasma spermatozoa ayam jelas lebih tahan terhadap perubahan fisik yang terjadi pada suhu yang rendah. AbnOlmalitas morfologi spermatozoa dalam pengencer BPSE menunjukkan nilai rata-rata 6,20% (0 jam) dengan kisaran 6,12-6,28%, nilai rata-rata 6,95% (24 jam) dengan kisaran 6,79-7,11 %, nilai rata-rata 7,40% (48jam) dengan kisaran 6,58- 8,22%, nilai rata-rata 8,65% (72 jam) dengan kisaran 8,48-8,82%. Abnormalitas morfologi spermatozoadalam pengencer laktat ringer's menunjukkan nilai rata-rata 5,15% (0 jam) dengan kisaran 5,05-5,25%, nilai rata-rata 6,55% (24 jam) dengml kisaran 6,02-7,08%, nilai rata-rata 7,30% (48 jam) dengan kisaran 6,88-7,72%, nilai rata-rata 7,90% (72 jam) dengan kisarml 7,S7-8,23%. Abnormalitas morfologi spermatozoa dalam pengencer NaCI fisiologis menunjukkan nilai rata-rata 5,75% (0 jam), nilai rata-rata 6,18% (24 jam), nilai rata-rata 6,88% (48 jam), nilai rata-rata 7,91 % (72 jam). Abnormalitas morfologi spermatozoa dalam pengencer 5% dekstrosa menunjukkan nilai rata-rata 8,18% (0 jam) dengan kisaran 7,98-8,38%, nilai rata-rata 10,05% (24 jam) dengan kisaran 9,26-10,84%, nilai rata-rata 12,48% (48 jam) dengan Abnormalitas morfologi spermatozoa dalam pengencer ringer's menunjukkan nilai rata-rata 8,78% (0 jam) dengan kisaran 8,61-8,95%, nilai rata-rata 9,70% (24 jam) dengan kisaran 9,21-10,19%, nilai rata-rata 11,38% (48 jam) dengan kisat•an 10,51- 12,25%, nilai rata-rata 16,60% (72 jam) dengan kisat•an 14,51-18,69%. Semen cair tersebut dimasukkan ke dalam refrigerator dengan suhu tetap 4°C. Pemeriksaan dan evaluasi sample semen cair dilakukan setiap 24 jam sekali pada suhu kamar sekitar 27-28oC. Parameter yang diukur dalam pemcriksaan semen adalah persentase motilitas dan abnormalitas morfologi. Dari penelitiaan ini dapat disimpulkan bahwa pengencer yang terbaik, yaitu pengencer yang dapat mempertahankan kualitas semen ayam Lokal adalah beltsviue poultry semen extender (BPSE). Pengencer ini dapat mempertahankan motilitas spermatozoa selama lima hari.id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)
dc.titleEfektifitas Berbagai Jenis Pengencer Terhadap Kualitas Semen Cair Ayam Lokalid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record