Show simple item record

dc.contributor.authorBudlharto, Petrus
dc.date.accessioned2010-05-17T08:19:10Z
dc.date.available2010-05-17T08:19:10Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22524
dc.description.abstractPertambahan penduduk yang semakin meningkat di Indonesia mengakibatkan lahan-lahan pertanian yang subur semakin berkurang, terutama untuk berbagai keperluan seperti perumahan, pertokoan, jalan, dan industri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka mulai dikembangkan pemanfaatan lahan-lahan marginal diantaranya lahan gambut. Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian masih dihadapkan pada berbagai masalah, diantaranya ketebalan dan taraf dekomposisi, status hara makro dan mikro yang rendah, kemasaman tanah dan kandungan asam-asam organik, adanya lapisan pirit, dan tata air yang buruk. Berbagai usaha untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan, diantaranya pencucian bahan-bahan meracun, pengapuran dan penambahan bahan mineral, penambahan unsur-unsur hara makro dan mikro, dan penggunaan jenis dan varietas tanaman yang toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Namun pemecahan masalah tersebut masih terfokus kepada perbaikan kondisi tanah yaitu dengan peningkatan pH tanah dan peningkatan ketersediaan hara bagi tanaman. Tanah gambut di Indonesia lebih didominasi oleh lignin, yang apabila terdegradasi akan menghasilkan senyawa fenolat. Senyawa fenolat inilah yang merupakan senyawa yang bersifat toksik bagi tanaman dan sangat menentukan tingkat produksi tanaman. Penelitian terhadap karakteristik asam-asan fenolat telah mulai banyak dilakukan namun masih sebatas penelitian di laboratorium dan rumah kaca sehingga belum dapat diaplikasikan secara langsung dalam proses produksi tanaman. Basil penelitian terakhir dari Saragih (1996), diketahui bahwa kation Fe3+ dapat mengendalikan reaktivitas asam-asam fenolat, terutama pada taraf 5 - 7'h. % dari nilai erapan maksimumnya. Penelitian ini dirancang untuk menguji hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di laboratorium secara langsung di lapangan dengan menggunakan tanaman padi IR-64 dan jagung hibrida Pioneer 8 dengall mengambil lokasi di daerah Dendang Jambi yang tergolong ke dalam gambut peralihan. Bahan amelioran yang digunakan terak baja yang berasal dari limbah pabrik baja Cilegon Jawa Barat dengan kandungan Fe20 3 sebesar 34,66 %. Petak percobaan dibuat dengan ukuran 5 x 5 m, sebanyak 30 petak untuk 5 taraf pemberian amelioran terak baja, 3 ulangan, dan dua tanaman. Perlakuan yang diberikan meliputi 5 tarafyaitu 0 % (TO), 2\1, % (Tl), 5 % (T2), 7\1, % (T3), dan 10 % (T4) dari nilai erapan maksimum Fe atau setara dengan 0 kg (TO), 19 kg (Tl), 38 kg (T2), 57 kg (T3), dan 76 kg (T4) dosis terak baja. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji terhadap hasil pengamatan menggunakan uji nilai tengah Duncan. Pengamatan dilakukan pada konsentrasi derivat asam-asam fenolat dan produktivitas tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah batang/rumpun, bobot gabah kering untuk tanaman padi, dan bobot pipilan kering dan brangkasan kering untuk tanaman jagung. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa konsentrasi derivat asam-asam fenolat di lapangan tidak sarna dengan konsentrasi derivat asam-asam fenolat sebelumnya yang dilakukan di laboratorium. Konsentrasi derivat asam-asam fenolat fluktuatif antar perlakuan yang diberikan. Pola yang dihasilkan naik turun dari kelima taraf terak baja yang dicobakan. Hal ini disebabkan karena pada penelitian lapangan ada faktor yang tidak dapat dikontrol, diantaranya hujan yang terus menerus selama penelitian sehingga menyebabkan asam-asam fenolat pada tanah gambut ada yang tercuci dan tidak tercuci. Pada pengamatan terhadap tinggi tanaman dan jurnlah batang/rumpun baik untuk tanaman padi maupun jagung juga memberikan hasil yang sarna untuk kelima taraf yang dicobakan. Pemberian amelioran terak baja berpengaruh terhadap peningkatan produksi bobot gabah kering tanaman padi. Produksi bobot gabah kering tanaman padi tertinggi terjadi pada dosis 5 % dari nilai erapan maksimurn Fe, sedangkan pada dosis lebih besar dari 5 % justru kembali menurunkan produksi bobot gabah kering. Secara keseluruhan, bobot gabah kering adalah pada dosis pemberian amelioran terak baja 0 % < 2\1, % < 10 % < 7\1, % < 5 %. Hasil ini sudah sesuai dengan penelitian sebelumnya di laboratorium yang menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi derivat asam-asanl fenolat terjadi pada dosis 2\1, - 7\1, % yang akan berakibat terhadap peningkatan produktivitas tanaman, karena proses pengkhelatan antara kaation polivalen Fe dan asam-asam fenolat efektif pada dosis tersebut. Pemberian amelioran terak baja berpengaruh terhadap peningkatan produksi bobot pipilan kering dan brangkasan kering tanaman jagung, namun belum berbeda nyata apabila dibandingkan dengan tanpa pemberian amelioran terak baja. Secara keseluruhan, produksi bobot pipilan kering dengan pemberian amelioran terak baja adalah sebagai berikut 10 % < 0 % < 5 % < 2Y, % < 7Y, %. Sedangkan untuk produksi bobot brangkasan kering adalah 10 % < 5 % < 2Y, % < 0 % < 7Y, %. Secara umum rata-rata produksi tanaman padi IR-64 dan jagung hibrida Pioneer 8 pada lahan gambut Dendang lambi belum memberikan hasil yang baik. Hal ini disebabkan disamping karena pengaruh asam-asam fenolat yang masih cukup tinggi juga karena selama penelitian hujan terus-menerus sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Namun dari hasil penelitian lapangan ini dapat dibuat rekomendasi bahwa penggunaan amelioran terak baja adalah pada dosis 5 - 7Y, % dari nilai erapan maksimum Fe dengan lebih memperhatikan waktu inkubasi amelioran terak baja dan masa penanaman.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePeningkatan Produktivitas Padi IR-64 dan Jagung Hibrida Pioneer 8 pada Lahan Gambut Dendang Jambi dengan Pemberian Amelioran Terak Baja Berkadar Fe(lII) Tinggiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record