dc.description.abstract | System of Rice Intensification merupakan salah satu metode budidaya padi yang dapat meningkatkan produktivitas dengan cara intensifikasi. Prinsip dasar penanaman padi menurut metoda S.R.I. adalah : (1) penanaman bibit muda (6-12 hari), (2) bibit ditanam dangkal, satu batang per lubang, (3) jarak tanam lebar, (4) kondisi tanah lembab dan (5) sering dilakukan penyiangan (Sutaryat, 2008). System of Rice Intensification berkembang di Indonesia bagian timur dengan peningkatan produksi sebesar 78%, penurunan penggunaan benih sebesar 80%, penghematan air 40% serta menurunkan biaya produksi sebesar 20% (Hasan dan Sato, 2007). Dalam budidaya S.R.I. pupuk yang digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan yaitu dapat menggunakan pupuk anorganik, pupuk organik maupun kombinasi antara anorganik dan organik. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh budidaya S.R.I. dengan berbagai perlakuan pupuk terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi padi di Desa Limo, Depok, Jawa Barat. Penelitian dirancang berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan dan empat perlakuan yaitu, budidaya padi secara : konvensional, S.R.I. anorganik, S.R.I. organik dan S.R.I. semi-organik. Kondisi irigasi pada lahan penelitian pada awal tanam sampai dengan 6 minggu setelah tanam dalam keadaan baik, tetapi pada 8 minggu setelah tanam (fase generatif) sampai dengan panen lahan penelitian mengalami kekeringan. Kekeringan terjadi karena rusaknya saluran irigasi akibat perbaikan jalan. Kekeringan yang dialami terjadi pada awal fase generatif, sehingga mengakibatkan pengurangan hasil yang tak terpulihkan. Sebelum terjadinya kekeringan, pengelolaan air berjalan dengan baik, untuk sistem budidaya konvensional tanaman digenangi air dengan ketinggian 5 cm di atas permukaan tanah, sedangkan untuk semua sistem budidaya S.R.I. pengaturan air diatur sampai kondisi tanah lembab tetapi tidak tergenang. Kekeringan yang dialami berdampak terhadap semua sistem budidaya dan dampak terbesarnya dialami oleh semua budidaya S.R.I. Pengelolaan air dengan ketinggian 5 cm di atas permukaan tanah dan umur tanaman yang lebih tua 20 hari menyebabkan sistem budidaya konvensional tidak mengalami cekaman air pada saat pembentukan malai, sedangkan sistem budidaya S.R.I. mengalaminya. Pada sebagian besar fase generatif dikonsumsi banyak air dan kekeringan yang terjadi pada fase ini akan menyebabkan beberapa kerusakan yang di sebabkan oleh terganggunya pembentukan malai, pembungaan dan fertilisasi yang berakibat kepada peningkatan sterilisasi sehingga mengurangi hasil (Subagyono et al., 2009). Kekeringan yang terjadi di lahan percobaan pada saat awal pembentukan malai hingga panen serta serangan hama seperti keong mas, penggerek batang, belalang, walang sangit dan burung lebih berdampak pada sistem S.R.I. Hal ini menyebabkan tinggi tanaman, jumlah batang per 100 m2 dan jumlah batang iv produktif per 100 m2 pada sistem budidaya S.R.I. nyata lebih rendah dibandingkan sistem konvensional. Komponen hasil seperti panjang malai, jumlah gabah isi dan bobot 1000 butir pada budidaya S.R.I. juga lebih rendah dari konvensional. Sedangkan untuk jumlah gabah permalai pada sistem budidaya S.R.I. lebih tinggi dari budidaya konvensional walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Jumlah Gabah Kering Panen (GKP) dalam ubinan (2.5 m x 2.5 m) pada sistem budidaya konvensional sebesar 2.175 kg (3.48 ton/ha), S.R.I. anorganik 1.725 kg (2.76 ton/ha), S.R.I. organik 1.14 kg (1.83 ton/ha) dan S.R.I. semiorganik 1.5 kg (2.41 ton/ha). Produksi tersebut masih dibawah rata-rata produksi nasional yaitu 4.85 ton/ha. Kata kunci : System of Rice Intensification (S.R.I.), Produksi Padi, Kekeringan | id |