Show simple item record

dc.contributor.authorLesniawati, Eka
dc.date.accessioned2010-05-14T15:00:24Z
dc.date.available2010-05-14T15:00:24Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21818
dc.description.abstractPenelitian mengenai keseimbangan hara pada sistem sawah telah dilakukan di Desa Cijedil (S1), yang merupakan lahan sawah baru; dan Desa Cibeureum (S2), yang merupakan lahan yang telah 20 tahun disawahkan. Analisis sifat fisik dan kimia tanah dilakukan pada contoh tanah pada kedalaman 0-30 dan 30-60 cm, analisis tanaman setelah panen (akar, jerami, beras, dan sekam), analisis air dan pengukuran debit air mulai saat tanam hingga menjelang masak. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada model input-output setiap unsur terpilih (N, P, K, Ca, Mg) dalam sistem sawah terdapat perbedaan dalam jumlah input atau outputinya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan proses, sifat unsur hara dalam suatu sistem sawah dan interaksi antar hara tersebut. Input yang paling besar adalah berasal dari kadar hara tanah itu sendiri karena kemungkinan adanya penambahan yang berasal dari pupuk (untuk P dan K). dan juga dari air yang masuk sistem sawah (untuk N). Sedangkan (untuk K, Ca, dan Mg) penambahan juga berasal dari pelapukan mineral yang terus menerus (plagioklas, augit, dan hiperstene). Kehilangan yang paling besar adlalah melalui denitrifikasi dan aliran permukaan (untuk N), melalui fiksasi (untuk P dan Mg), melalui panen (untuk K), dan melalui aliran permukaan (untuk Ca). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik dari kedua kondisi sawah tersebut. Salah satu perbedaan tersebut adalah fosfor di S1yang merupakan sawah baru lebih kecil dibandingkan pada S2. Perbedaan tersebut disebabkan karena terjadi akumulasi fosfor pada S2 yang telah lama disawahkan dan telah memperoleh pemupukan fosfor yang intensif. Dilihat dari jumlah hara yang diserap oleh tanaman setelah panen dan hara yang ditambahkan, pemupukan di S1 kurang efisien dibandingkan S2. Hal ini disebabkan sawah di S1 belum stabil, sehingga lebih banyak pupuk yang hilang dibandingkan di S2. Selain itu juga hasil penelitian menunjukkan bahwa, kandungan hara pada air di S1 (Desa Cijedil) dan S2 (Desa Cibeureum) dari yang paling besar ke yang paling kecil yaitu N, K, Mg, Ca, dan P. Secara umum kandungan hara nitrogen dan fosfor pada air sungai (yang masuk ke dalam sistem sawah) maupun yang keluar dari sistem sawah menuju sungai, sangat berpotensi menyebabkan terjadinya blooming fitoplankton. Kualitas air sungat yang masuk ke dalam suatu sistem sawah yang sangat berpotensi ini, selain berasal dari pertanian juga diduga berasal dari peternakan, kotoran rumah tangga dan limbah industri. Sedangkan pemupukan P tidak berpengaruh terhadap sumbangan hara P ke dalam sungai. Kemungkinan dapat terjadinya eutrofikasi pada badan sungai di S1 maupun di S2, terutama pada bulan Juni, Juli, dan Agustus yang hampir mendekati bulan-bulan kering. Hal ini terjadi karena pada bulan-bulan kering, debit aliran sungai menjadi kecil daripada musim hujan, selain itu sinar matahari tersedia lebih banyak.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleBudget Unsur – Unsur Hara Penting pada Tanah Sawahid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record