Epidemiologi Dan Usaha Pemberant Asan Penyakit Rabies Di Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur Periode Nopember 1997 - April 2000
Abstract
Rabies adalah penyakit viral yang mematikan, yang dapat menyerang semua jenis mamalia dan teliular ke manusia (zoonosis). Secara alami penyakit ini menyerang anjing, kucing, carnivora liar dan kelelawar. Penyakit rabies hampir selalu ditularkan melalui gigitan. Gejala klinis yang muncul sangat bervariasi. Rabies pada anjing mernpakan suatu permasalahan utama di Kabupaten Flores Timur karena anjing mernpakan vektor utama dan juga sebagai korban penyakit rabies di sana. Kasus gigitan pertama kali dilaporkan terjadi di kota Larantuka pada bulan Nopember 1997, kemudian dari kota Larantuka penyakit ini menyebar ke selurnh pulau Flores. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran epidemiologi penyakit rabies di Kabupaten Flores Timur dan usaha pemberantasannya. Sejak lanuari 1998 sampai April 2000 menunjukan bahwa 47 buah spesimen pemeriksaan dinyatakan positif rabies. Bahan tersebut berasal dari 6 kecamatan di Kabupaten Flores Timur yaitu: Wulanggitang, Tanjung Bunga, Larantuka, Adonara Barat, Adonara Timur dan Omesuri. Sebanyak 108 spesimen hipokampus anjing telah diperiksa di Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) Wilayah VII Maros, Sulawesi Selatan dan 46 spesimen serum darah anjing telah diperiksa terhadap penyakit rabies di Pusat Veterinaria Farma Surabaya. Sampai dengan 31 April 2000, jumlah korban yang meninggal dunia akibat penyakit rabies sebanyak 21 orang, di 6 kecamatan di Kabupaten Flores Timur. Anjing gila yang menggigit manusia di Flores Timur diduga telah di tulari virns rabies oleh anjing yang telah terinfeksi virns rabies (dalam masa inkubasi) yang berasal dari pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penyebaran penyakit rabies di Kabupaten Flores Timur di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Sosial Budaya masyarakat Kabupaten Flores Timur 2. Kondisi infrastrnktur kesehatan hewan yang minim 3. Pengawasan lalu-lintas hewan rentan rabies kurang optimal 4. Adanya anjing liar 5. Kepadatan populasi anjing Dalam rangka pemberantasan penyakit hewan menular, maka penyakit rabies telah diberi prioritas pertama untuk operasional pembebasannya. Penanganan penyakit rabies tidak lagi hanya menekan kasus, tetapi untuk pembebasan penyakit dan program tersebut berlaku untuk selurnh Indonesia. Langkah-langkah yang ditempuh adalah berupaya agar daerah bebas dapat terns dipertahankan status bebasnya, sedang semua daerah teliular ditargetkan untuk dapat dibebaskan. Dengan demikian Kabupaten Flores Timur yang telah tertular sejak tahun 1998 dan masih tertular sampai sekarang termasuk dalam program untuk dibebaskan kembali. Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Flores Timur dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten Flores Timur bekerja sarna dengan instansi lainnya melakukan sosialisasi, pengawasan lalu lintas hewan peka rabies dan eliminasi hewan penyebar virus rabies.