Studi Pengaturan Hasil pada Kelas Perusahaan Jati ( Tectona grandis L.f ) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Abstract
Untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan produksi hasil hutan diperlukan perencanaan pengaturan hasil hutan. Perencanaan yang baik dalam rangka mewujudkan kclestarian hasil hutan diusahakan dengan penyesuaian kegiatan produksi dengan kapasitas ~naksimum dari tegakan hutan. Pada prinsipnya, tujuan akhir dari pengaturan hasil yaitu untuk mewujudkan kondisi hutan yang selalu memiliki kondisi yang baik dan utuh melalui perlakuan pengelolaan yang mengarah kepada keseimbangan antara pertumbuhan dengan jumlah tebangan yang diperbolehkan setiap periode tebangan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode perencanaan pengaturan hasil hutan yang tepat sesuai dengan karakteristik hutannya agar dapat mengarahkan hutan pada keadaan yang normal. Metode pegaturan hasil dapat di klasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : lnetode berdasarkan luas, metode berdasarkan volume dan riap, metode berdasarkan volume dan luas, dan metode berdasarkan j~mlah'~ohonD.i harapkan dengan metode pengaturan hasil yang digunakan dalam penelitian ini dapat ditentukan metode yang terbaik. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan dimulai pada awal bulan September 2003 sarnpai dengan akhir Oktober 2003 di KPH Cianjur Perlim Perhutani Unit 111 Jawa Barat dan Bauten pada Kelas Perusahaan Jati ( Teclona grandis L.f ). Metode yang digunakan adalah metode berdasarkan luas, metode berdasarkan volume dan riap, dan metode berdasarkali volume dan luas Salah satu tujuan dari pengaturan hasil adalah mengardhkan hutan menuju formasi hutan normal. Hutan normal dapat dicirikan dengan memiliki susunan kelas umur yang memiliki luasan yang relatif sama pada setiap kelas umurnya. Di KPH Cianjur, pada kedua Bagian Hutan yaitu Bagian Hutan Ciranjang dan Sindang Barang memiliki luasan yang berbeda pada setiap kelas umurnya. Pada Bagian Hutan Ciranjang terdapat perbedaan yang sangat mencolok pada susunan kelas umurnya, lebih dari 67 persen luasan total terdiri dari kelas umur I, dan jumlah ini semakin menurun seiring dengan bertambahnya kelas umur. Pada Bagian Hutan Sindang Barang terdapat 5 kelas hutan yang terdiri dari 4 kelas ulnur dan satu kelas hutan masak tebang, susunan luasan pada setiap kelas ulnur tersebar lebih merata dibandiugkan Bagian Hutan Ciranjang, luasan yang paling besar terdapat pada kelas umur I dengan luas 2.403,34 ha (40 % dari luas total ), sedangkan pada kelas umur I1 mengalami penurunan luasan menjadi sebesar 1.548,25 ha (25,83 %) dan pada kelas umur 111 mengalami penurunan luasan yang sangat tajam menjadi sebesar 238,59 ha (3,98 %) dan kembali meningkat tajam pada kelas umur IV menjadi 1.662,64 ha (27,74 %) , untuk kelas hutan masak tebang luasannya hanya sebesar 140,81 ha (2,35 %), yang merupakan luasan terkecil dari seluruh kelas hutan lainnya. Terjadinya ketimpangan luasan pada masing-masing kelas umur di setiap bagian hutan dapat disebabkan karena adanya gangguan hutan, seperti penebangan liar, ha1 ini dapat dilihat dari kecilnya luasan pada kelas umur 111 dan IV (Bagian Hutan Ciranjang) yang pada umumnya kegiatan pencurian kayu rawan terjadi pada kedua kelas umur ini. Pada metode berdasarkan luas area , formula kompromi semua kelas umur memiliki waktu yang paling cepat untuk menuju formasi hutan normal dibandingkan dengan formula kompromi dua hingga tiga kelas umur terakhir. Formula kompromi tiga kelas umur terakhir memerlukan waktu yang lebih cepat untuk menuju formasi hutan yang normal dibandingkan formula kompromi dua kelas umur terakhir. Semakin banyak kelas umur yang dikompromikan dalam perhitungan etat maka akan semakin cepat pula membentuk hutan normal. Bila formula kompromi ini diterapkan maka akan lebih baik dipilih formula kompromi pada semua kelas'umur, karena walaupun sangat berisiko menebang tegakan muda akan tetapi dapat mencapai hutan dalam luasan yang relatif normal dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan formula yang lainnya.' Pada fonnula Cotta etat yang dihasilkan pada Bagian Hutan Ciranjang setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan adalah sebesar 7.349,58 m3/tahun sedangkan untuk Bagian Hutan Sindang Barang, etat yang dihasilkan setelah pengujian adalah sebesar 18.171,63 m3/tahun. Setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan, untuk metode berdasarkan volume dan riap, pada formula Austria di Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.679,85 1n3/tahun dan pada Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 18.387,81 m3/tahun. Pada formula Hundeshagen untuk Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.460,35 m3/tahun dan untuk Bagian Hutan Sindang Barang didapatkan hasil etat sebesar 18.624 m3/tahun. Pada hasil perhitungan dengan menggunakan formula Von Mantel etat yang diperoleh adalah sebesar 7 896,lG m3/tahun. Dengan menggunakan formllla ini pada Bagian Hutan Sindang Barang menghasilkan etat sebesar 17.483,31 m3/tahun. Dalam perhitungan dengan menggunakan formula Von Mantel Flury maka pada Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.460,75 m3/tahun. Pada Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 18.170,33 m3/tahun. .Pada hasil perhitungan dengan menggunakan formula Chapman untuk Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.679,35 m3/tahun, dan untuk Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 18.387,64 m3/tahun. Pada metode berdasarkan volume dan luas, setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan pada formula Bum didapat nilai etat sebesar 7.893,08 m3/tahun untuk Bagian Hutan Ciranjang sedangkan pada Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 17.800,96 m3/tahun. Untuk Formula modifikasi Burn didapatkan etat sebesar 7,893.08 m3/tahun untuk Bagian Hutan Ciranjang sedangkan untuk Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 18,112.90 m3/tahun. Untuk menentukan Formula terpilih dalam rangka mewujudkan kelestarian hasil digunakan beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Besarnya etat yang optimal. 2. Resiko yang paling kecil akan penebangan pada tegakan muda. 3. Selisih kumulatifjangka waktu penebangan terkecil. 4. Selisih volume total (volume pada umur tebangnya) dengan tegakan persediaan nyata. . 5. Jumlah pengujian. Untuk penentuan formula terpilih pada Bagian Hutan Ciranjang akan menitik beratkan pada kriteria selisih kumulatif jangka waktu penebangan terhadap daur yang nilainya paling lnendekati dengan daurnya. Dari kriteria ini akan dipilih tiga buah formula dan selanjutnya apabila didapatkan nilai yang relatif salna (tidak berbeda jauh satu dengan yang lainnya) maka akan dipilih formula yang memberikan etat terbesar sehingga akan lebih menguntungkan secara ekonomis bagi perusahaan. Untuk kriteria lainnya dijadikan kriteria penunjang dikarenakan nilai yang tidak jauh berbeda antar lnetode dan memiliki pengaruh yang relatif lebih kecil bagi kelestarian hasil dan keuntungan perusahaan. Tiga buah formula yang terseleksi adalah formula Chapman, Austria, dan Von Mantel Flury dengan nilai selisih secara berturut-turut ; -0,56 tahun, -0,56 tahun, dan 0,59 tahun. Formula Chapman dan Austria memiliki nilai sama , akan tetapi formula Austria memiliki etat yang lebih besar. Formula Austria memiliki selisih jwp yang lebih kecil dan nilai etat yang lebih besar dari formula Voli Mantel flury dimalia dari segi ekonomis maka formula Austria lebih menguntungkan. Dari uraian diatas lnaka formula Austria ditetapkan sebagai formula terpilih untuk Bagian Hutan Ciranjang KPH Cianjur. Pada Bagian Hutan Sindang Barang ditetapkan 3 buah formula untuk diseleksi lebih lanjut, dimana ketiga formula itu adalah formula Bum, formula Von Mantel flury, dan formula modifikasi Burn dengan nilai secara berurutan sebesar ; -0,34 tahun, -0,48 tahun, dan 0,84 tahun. Fortnula Burn dan formula Von Mantel Flury memberikan nilai selisih yang relatif tidak berbeda jauh akan tetapi pada formula Von Mantel Flury lebih memberikan keuntungan yang lebih besar, dan pada etat yang dimilikinya menghasilkan riap yang lebih tinggi dibandingkan dengan formula Burn, sehingga formula Von Mantel flury dipilih untuk dibandingkan lebih lanjut dengan formula modifikasi Bum . Formula Von Mantel Flury memiliki nilai selisih kumulatif jangka waktu penebangan yang lebih kecil dan etat yang lebih besar dibandingkan formula modifikasi Burn yang secara ekonomis lebih menguntungkan, dua ha1 ini memiliki syarat yang cukup untuk menetapkan formula Von Mantel flury sebagai formula terpilih pada Bagian Hutan Sindang Barang.
Collections
- UT - Forest Management [3201]

