Show simple item record

dc.contributor.authorAnisa, Lisa
dc.date.accessioned2010-05-11T06:40:22Z
dc.date.available2010-05-11T06:40:22Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/18966
dc.description.abstractSungai merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan alami kota. Begitu juga halnya dengan Kota Banjarmasin yang memiliki  107 sungai, dan dikenal dengan sebutan “Kota Seribu Sungai”. Sebagai ibukota propinsi, ketersediaan fasilitas dan utilitas pada kota ini sangat menjadi perhatian pemerintah dalam usaha pembangunan dan peningkatan kesejahteraan kota. Perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan alami kota. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan biofisik. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penataan lanskap riparian Sungai Martapura guna meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Banjarmasin serta menghasilkan model lanskap riparian Sungai Martapura yang nyaman, fungsional, dan lestari. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menentukan arah kebijakan kota, terutama di riparian-riparian sungai dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan di sepanjang riparian Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan. Panjang riparian Sungai Martapura yang diamati sekitar 20.964 km, dengan batas kawasan riparian sejauh 30 m dari tepi sungai tersebut Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei langsung ke lapang dan wawancara dengan perwakilan masyarakat di sekitar tapak. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari instansi-instansi terkait, Dinas Pertanian Kota Banjarmasin, Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase Kota Banjarmasin, PDAM Bandarmasih, Dinas Tata Kota dan Perumahan Banjarmasin, Badan Meteorologi dan Geofisika, serta studi pustaka yang berkaitan dengan lanskap riparian sungai. Tahap analisis dan sintesis dilakukan untuk menentukan batas kawasan penelitian dan ruang-ruang fungsionalnya yang dinilai dari aspek legal (RTRW), aspek fisik (RTH dan land cover), dan aspek ekologis (sinuositas). Sintesis dilakukan untuk menentukan ruang dan alternatif yang akan dilakukan dengan meng-overlay tiga aspek analisis tersebut untuk memperbaiki kualitas lingkungan alami Sungai Martapura. . Dari aspek ekologis, analisis dilakukan terhadap data sinuositas untuk menentukan karakter alami sungai. Nilai sinuositas sungai dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara panjang kelokan sungai yang menghubungkan dua titik yang telah ditentukan pada sungai tersebut dengan panjang garis lurus yang dibentuk oleh dua titik tersebut. Semakin banyak kelokan yang terdapat pada suatu sungai, menyebabkan semakin tingginya nilai sinuositas sungai. Hal ini menandakan semakin tingginya potensi sungai tersebut untuk dapat berfungsi sebagai kawasan alami yang dapat menjadi habitat bagi ekosistem sungai. Standar penilaian pada sinuositas sungai pada penelitian ini dilakukan berdasarkan tingkat kealamian karakter yang dimiliki tiap segmen sungai. Kategori skoring nilai sinuositas yang diberikan, yaitu: 1 (kurang tinggi), 2 (tinggi), dan 3 (sangat tinggi). Bentuk kelokan Sungai Martapura termasuk ke dalam bentuk sinuous dan meander. Pada aspek fisik, dilakukan analisis terhadap luas RTH dan jenis land cover yang ada pada riparian sungai tersebut. Kategori skoring nilai pada luas RTH ditentukan berdasarkan persentase luas RTH pada tiap segmen riparian sungai, yaitu: 1 (rendah), 2 (sedang), dan 3 (tinggi). Luas RTH tersebut ditentukan berdasarkan rasio antara ketersediaan RTH dengan luas riparian Sungai Martapura pada peta kondisi eksisting Kota Banjarmasin. Sedangkan kategori skoring pada jenis land cover ditentukan berdasarkan perbandingan antara dominansi penutupan lahan oleh vegetasi dengan lahan kosong dan bangunan yang terdapat pada riparian sungai, yaitu: 1 (kurang), 2 (sedang), dan 3 (baik). Subkawasan sungai dengan karakter alami berklasifikasi sangat tinggi tidak boleh dibangun dan kondisi alaminya harus dilindungi, salah satunya dengan dijadikan sebagai hutan kota. Subkawasan sungai dengan karakter alami berklasifikasi tinggi boleh dibangun, tetapi harus diimbangi dengan pemanfaatan ketersediaan RTH kota, misalnya dengan pembuatan taman kota. Sedangkan subkawasan sungai dengan karakter alami berklasifikasi kurang tinggi boleh dibangun dengan diselingi penanaman vegetasi pada lahan kosong di antara bangunan. Subkawasan riparian Sungai Martapura yang harus ditanami dengan tanaman yang berfungsi melindungi riparian antara lain dalam bentuk hutan kota atau penanaman yang rapat (densitas tanaman tinggi) dalam perencanaan ini memiliki luas ± 107291.96 m2 (7.63%), untuk perencanaan taman kota seluas ± 228468.32 m2 (16.25%), dan lahan untuk penanaman vegetasi di antara bangunan seluas ± 87474.25 m2 (6.22%). Subkawasan Sungai Martapura yang harus dilindungi dalam keadaan alami adalah 3 kelurahan di Banjarmasin Selatan (sebagian Mantuil, sebagian Basirih, dan Kelayan Selatan), dan 3 kelurahan di Banjarmasin Timur (Sungai Lulut, Banua Anyar, dan Pengambangan). Pemanfaatan ketersediaan RTH pada subkawasan Sungai Martapura menjadi taman kota melingkupi 1 kelurahan di Banjarmasin Selatan (Mantuil), 3 kelurahan di Banjarmasin Barat (Basirih, Teluk Tiram dan Telawang) dan 2 kelurahan di Banjarmasin Selatan (Kelayan Selatan dan Pekauman). Sedangkan penanaman vegetasi pada lahan-lahan kosong di antara bangunan dilakukan pada 1 kelurahan di Banjarmasin Barat (Telawang), 2 kelurahan di Banjarmasin Selatan (Pekauman dan Kelayan Barat), 9 kelurahan di Banjarmasin Tengah (Kelayan Luar, Sungai Baru, Gadang, Kertak Baru Ulu, Kertak Baru Ilir, Antasan Besar, Seberang Masjid, Pasar Lama, dan Melayu), dan 3 kelurahan di Banjarmasin Utara (Antasan Kecil Timur, Surgi Mufti, dan Sungai Jingah), 3 kelurahan di Banjarmasin Timur (Sungai Bilu, Sungai Lulut, dan Banua Anyar). Vegetasi yang dipergunakan untuk perencanaan pada lanskap riparian Sungai Martapura adalah vegetasi berkayu yang akarnya dapat menahan erosi tebing sungai dan vegetasi penutup tanah. Penggunaan teknik rekayasa dalam mencegah erosi tebing sungai lebih ditekankan pada penggunaan teknik bioengineering. Teknik bioengineering yang dipergunakan adalah live stake dan gabion wall.id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)
dc.subjectkarakter alamiid
dc.subjectkualitas lingkungan alamiid
dc.subjectriparianid
dc.subjectsinuositas sungaiid
dc.titlePerencanaan Lanskap Riparian Sungai Martapura untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan Alami Kota Banjarmasin.id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record