Evaluasi Fusarium oxysporum Non-Patogenik untuk Induksi Resistensi Tanaman Tomat Terhadap Penyebab Layu (fusarium oxysporum f.sp. Lycopersici schlecht.)
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan keefektifan F. oxysporum non-patogenik (FoNP) strain NPF 1-3, NPF 19-1, dan FlOA-l'vI yang berasal dari panili sebagai agens untuk menginduksi resistensi tanaman tomat terhadap infeksi F. oxysporum f. sp. lycopersici (Fol). Percobaan ini dievaluasi dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 14 perlakuan, 3 ulangan, dan 4 tanaman per ulangan. Perlakuan yang diberikan ialah introduksi 3 jenis isolat FoNP masing-masing dengan 2 macam cara, yang diinokulasi patogen dan tanpa patogen serta kombinasinya. Induksi resistensi dievaluasi dengan introduksi FoNP melalui dua cara, yaitu cara infestasi ke tanah dan perendaman akar sebelum bibit dipindah ke penanaman. Infestasi agens FoNP ke tanah dilakukan dengan mencampur 2 ml (I 05 konidialml) suspensi konidia FoNP ke dalam media tanam, diinkubasi selama 7 hari, kemudian ditanami 2 benih tomat. Introduksi FoNP dengan cara perendaman akar di dalam suspensi konidia selama 30 menit dilakukan pada bibit tomat berumur 30 hari. Perlakuan kontrol dilakukan tanpa introduksi FoNP. Perlakuan inokulasi patogen diberikan pada bibit berumur 30 hari yang sebelumnya telah mendapat perlakuan introduksi FoNP. Inokulum patogen tersebut diberikan dalam bentuk biakan pada beras sebanyak 5g beras (105 konidialg) yang dicampur dengan 2 kg tanah. Pengamatan dilakukan terhadap persentase tanaman terinfeksi patogen, tanaman terpenetrasi F oNP, keefektifan pengendalian, dan tinggi tanaman pada 1 dan 3 minggu setelah tanam (mst). Oleh karena gejala layu tidak nampak hingga 9 mst maka dilakukan reisolasi FoNP dan Fol pada akar dan batang tanaman pada media Komada. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan adanya infeksi patogen dan peran FoNP di dalamjaringan inang. Perlakuan inokulasi awal FoNP dengan cara campur tanah dan perendaman akar tidak berbeda nyata setelah dilakukan uji statistik, namun pada umumnya mengakibatkan penurunan persentase tanaman terinfeksi patogen, baik pada akar maupun batang tanaman tomaL FlOA-M yang diinduksikan melalui perendaman akar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menekan persentase infeksi dibandingkan dengan kedua isolat lainnya dan dibandingkan dengan induksi melalui campur tanah. Keefektifan pengendalian isolat Fl OA-M mencapai 80,1%. FoNP dapat berpenetrasi dan bereproduksi baik dalam jaringan akar maupun batang, serta berpeluang untuk menginduksi resistensi tanaman tomat dengan kemampuan yang berbeda-beda. Isolat FoNP yang lebih efektif dalam jaringan akar adalah F 1 OA-M yang diinokulasikan dengan cara cam pur tanah dan NPF 1-3 dengan cara perendaman akar (tanaman terpenetrasi FoNP 66,7%). Uji statistik menunjukkan kemampuan N"PF 1-3 dan NPF 19-1 dengan cara inokulasi campur tanah tidak berbeda nyata dengan NPF 19-1 dan FI0A-M dengan cara perendaman akar, tetapi berbeda nyata dengan FI0A-M yang diinokulasikan dengan cara campur tanah dan NPF 1-3 dengan cara perendaman akar. Isolat yang lebih efektif dalam jaringan batang adalah NPF 1-3 dengan cara campur tanah (tanaman terpenetrasi FoNP 33,3%). Uji statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan lainnya kecuali dengan kontroI. FoNP cenderung dapat menstimulasi tinggi tanaman dengan atau tanpa kehadiran patogen layu fusarium. NPF 1-3 dengan cara inokulasi campur tanah efektif menstimulasi tinggi tanaman dengan kehadiran patogen, dan cara perendaman akar efektif tanpa kehadiran patogen. Dalam percobaan ini semua tanaman uji termasuk kontrol yang diinokulasi patogen tidak memperlihatkan gejala layu hingga 9 minggu setelah tanam (mst). Hal ini menunjukkan bahwa isolat Fol yang digunakan kurang virulen, namun mampu berada dalamjaringan pembuluh pada akar dan batang tomat. Percobaan serupa perlu diu lang dengan mempertahankan virulensi patogen Fol sehingga jelas keefektifan FoNP dalam menginduksi resistensi inang terhadap penyakit layu fusarium. Studi lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui mekanisme resistensi inang terhadap Fol, misalnya aktivitas enzim atau senyawa fitoaleksin yang diproduksi inang karena telah terinduksi. Perlu dievaluasi kemungkinan terjadinya perubahan sifat dari FoNP menjadi strain yang patogenik setelah diaplikasikan.
Collections
- UT - Plant Protection [2412]