Proses Dialog dan Aksi Kolektif dalam Kegiatan Restorasi Lahan Gambut di Sumatera Selatan
Date
2025Author
Rosana, Elly
Muljono, Pudji
Lubis, Djuara P.
Fatchiya, Anna
Metadata
Show full item recordAbstract
Lahan gambut merupakan ekosistem yang menyimpan cadangan karbon tinggi dan menopang kehidupan masyarakat sekitar, namun kini mengalami kerusakan parah akibat eksploitasi lahan yang tidak terkendali dan kebakaran berulang. Restorasi menjadi upaya penting untuk memulihkan fungsi ekologis dan sosial gambut, yang diimplementasikan melalui program 3R (rewetting, revegetation, revitalization). Sayangnya, berbagai tantangan muncul, terutama rendahnya partisipasi masyarakat yang dipengaruhi oleh lemahnya komunikasi, kurangnya pemahaman sosial-budaya, dan tidak efektifnya pelibatan komunitas. Dalam penelitian ini, pendekatan komunikasi yang mengedepankan dialog, konvergensi antar pemangku kepentingan, serta aksi kolektif berbasis model Figueroa menjadi kunci dalam membangun kesepahaman bersama, meningkatkan kesadaran ekologis, dan memperkuat keberlanjutan restorasi gambut di Sumatera Selatan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis proses dialog kelompok masyarakat dalam kegiatan restorasi lahan gambut di Sumatera Selatan; (2) menganalisis proses aksi kolektif kelompok masyarakat dalam kegiatan restorasi lahan gambut di Sumatera Selatan; (3) Merumuskan dampak proses dialog dan aksi kolektif pada kelompok masyarakat dalam kegiatan restorasi lahan gambut di Sumatera Selatan, dan (4) merumuskan strategi komunikasi kegiatan restorasi gambut di Sumatera Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis dan pendekatan studi kasus instrumental multi kasus. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, yaitu di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan dan Desa Menang Raya Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. Pengumpulan data telah dilakukan pada Agustus hingga Desember 2023 melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, kajian historis, diskusi kelompok terfokus, dokumentasi, serta studi pustaka. Informan ditentukan secara sengaja dan melalui teknik snowball, mencakup seluruh pemangku kepentingan restorasi lahan gambut. Data dianalisis menggunakan model Miles, dengan dukungan perangkat lunak NVivo 12 Plus. Kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan visualisasi pendukung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses dialog komunitas dalam kegiatan restorasi gambut di Sumatera Selatan menegaskan pentingnya komunikasi yang partisipatif, kritis, dan horizontal, sebagaimana tercermin dalam tahapan model Figueroa. Dialog tidak hanya menjadi sarana pertukaran informasi, tetapi juga berfungsi sebagai ruang untuk membangun pemahaman bersama dan memperkuat kapasitas sosial komunitas. Ketika difasilitasi secara konsisten dan melibatkan aktor-aktor lokal, dialog ini berkontribusi pada pembentukan kesadaran ekologis kolektif serta mendorong praktik restorasi yang berbasis kolaborasi dan nilai-nilai lokal. Keberhasilan proses tersebut sangat dipengaruhi oleh keberlanjutan pendampingan, penguatan komunikasi internal, dan penciptaan ruang dialog yang sesuai dengan konteks sosial-ekologis lokal. Ruang-ruang ini, baik formal maupun informal, memungkinkan terjadinya refleksi, pertukaran pengalaman, dan penguatan solidaritas, yang pada akhirnya memperkuat fondasi sosial bagi keberhasilan restorasi gambut.
Proses aksi kolektif dalam kegiatan restorasi lahan gambut berlangsung secara partisipatif melalui pembagian peran, mobilisasi organisasi lokal, dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan. Sinergi antar aktor memperkuat pelaksanaan program yang mencakup dimensi ekonomi, ekologi, dan inovasi sosial. Evaluasi partisipatoris menunjukkan berkembangnya kapasitas kolektif, namun tetap diperlukan penguatan adaptasi masyarakat terhadap tantangan sosial dan ekonomi.
Dampak proses dialog dan aksi kolektif pada masyarakat terjadi pada tingkat individu dan sosial. Pada individu, terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta perubahan persepsi terhadap risiko lingkungan. Sedangkan pada tingkat sosial, dialog dan aksi kolektif memperkuat kohesi serta kesadaran kolektif, mendorong terbentuknya ruang dialog komunitas, dan memunculkan pergeseran norma dalam pengelolaan ekosistem. Rasa memiliki terhadap lahan gambut tumbuh seiring dengan keterpaparan informasi dan media, memperkuat komitmen kolektif untuk keberlanjutan, serta mencerminkan transformasi kesadaran ekologis yang tampak dalam pergeseran istilah dalam masyarakat.
Strategi komunikasi restorasi gambut berbasis SMART Goals memberikan arah sistematis dalam mengelola komunikasi antar pemangku kepentingan. Pendekatan ini meningkatkan efektivitas, memperkuat koordinasi, serta mendorong partisipasi masyarakat. Sebagai strategi yang adaptif terhadap konteks sosial-ekologis dan budaya lokal, komunikasi ini membangun kepercayaan, menjembatani perbedaan, dan mendorong dialog partisipatif. Dengan demikian, strategi ini memperkuat transformasi sosial dan komitmen kolektif bagi keberlanjutan restorasi gambut.
Kata kunci: aksi kolektif, dialog, model IMCFSC, pemangku kepentingan, restorasi lahan gambut
Collections
- DT - Human Ecology [610]
