Produksi Jagung Manis dan Kacang Tunggak secara Tumpangsari dengan Perbedaan Arah Baris dan Jumlah Baris Kacang Tunggak

Abstract

Penanaman tumpangsari antara jagung manis (Zea mays L. var. saccharate Sturt) dan kacang tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) memerlukan pengaturan arah baris tanam dan jumlah baris kacang tunggak untuk meningkatkan produktivitas lahan. Arah baris timur-barat memberikan adanya efek lorong sehingga dapat menerima lebih banyak cahaya ke dalam kanopi. Namun, kondisi lahan pertanian tidak selalu mendukung penanaman arah tersebut, terutama pada lahan dengan topografi miring ke arah timur atau barat diperlukan arah baris tanam utara-selatan untuk mengurangi erosi. Selain itu, diperlukan pengaturan jumlah baris kacang tunggak sebagai strategi penanaman untuk meningkatkan produksi kedua tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi pertumbuhan dan produksi jagung manis dan kacang tunggak secara tumpangsari, dilihat dari aspek agronomis dan ekonomis, termasuk nisbah kesetaraan lahan dan analisis usahatani. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2024 di Lahan Sawah Baru IPB, Dramaga, Bogor. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi dengan dua faktor: arah baris tanam (utara–selatan dan timur–barat) sebagai petak utama, dan jumlah baris kacang tunggak (monokultur jagung/T0, satu baris kacang tunggak/T1, dan dua baris kacang tunggak/T2) sebagai anak petak, masing-masing diulang empat kali, menghasilkan 24 petak perlakuan. Tambahan tiga petak monokultur kacang tunggak, meliputi satu baris kacang tunggak arah baris utara-selatan dan arah baris timur-barat (jarak tanam 80 cm × 20 cm), dan dua baris kacang tunggak (jarak tanam 40 cm × 40 cm), sehingga total 27 petak percobaan. Populasi jagung manis monokultur terdiri atas 40 tanaman per petak. Pada sistem tumpangsari, baik perlakuan satu baris maupun dua baris kacang tunggak, populasi per petak terdiri atas 40 jagung dan 40 kacang tunggak. Adapun populasi monokultur kacang tunggak adalah 40 tanaman per petak. Hasil penelitian menunjukkan arah baris tanam tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis dan kacang tunggak, namun arah baris timur-barat berpotensi menghasilkan 14,6% produksi kacang tunggak yang lebih tinggi, meskipun menurunkan 5,3% produksi jagung manis dibandingkan arah baris utara-selatan. Jumlah baris kacang tunggak menurunkan produktivitas jagung manis sebesar 17,5% (satu baris) dan 27,8% (dua baris) dibandingkan monokultur jagung manis, namun tidak berpengaruh terhadap hasil kacang tunggak. Meskipun begitu, satu baris kacang tunggak berpotensi meningkatkan hasil biji kering sebesar 8,5% dibandingkan dua baris kacang tunggak. Tumpangsari jagung manis dan kacang tunggak memiliki nilai NKL dan R/C >1, dengan kacang tunggak lebih dominan dalam berkompetisi. Penanaman jagung manis dan kacang tunggak secara tumpangsari direkomendasikan dengan arah baris timur-barat dan satu baris kacang tunggak.

Intercropping between sweet corn (Zea mays L. var. saccharata Sturt) and cowpea (Vigna unguiculata L. Walp) requires optimizing row orientation and cowpea row number to increase land productivity. East-West row orientation creates a corridor effect, allowing more light to penetrate the canopy. However, agricultural land conditions do not always support planting in this orientation. In particular, land with a sloping topography to the east or west requires north-south rows to reduce erosion. Additionally, adjusting the number of cowpea rows is a planting strategy to enhance the production of both crops. This study evaluated the effects of row orientation and cowpea row number on the growth, yield, and economic performance of sweet corn–cowpea intercropping, including land equivalent ratio and farm analysis. The study was conducted from June to September 2024 at the IPB experimental field in Sawah Baru, Dramaga, Bogor. The study used a split-plot design with two factors: planting row orientation (North–South and East–West) as the main plot, and the number of rows of cowpeas (sweet corn monoculture/T0, intercropping with one row of cowpea/T1, and two rows of cowpea/T2) as the subplot, with four replications, resulting in 24 treatment plots. Three additional plots of cowpea monoculture were included, comprising one row of cowpea in a North-South and an East-West (planting distance 80 cm × 20 cm), and two rows of cowpea (planting distance 40 cm × 40 cm), resulting in a total of 27 experimental plots. The population of sweet corn monoculture was 40 plants per plot. In the intercropping system, both one row and two rows of cowpea consisted of 40 sweet corn plants and 40 cowpea plants per plot. The cowpea monoculture population was 40 plants per plot. The results showed that the row orientation does not affect the growth and production of sweet corn and cowpea, but an east-west row orientation has the potential to increase cowpea production by 14.6%. However, it reduces sweet corn production by 5.3% compared to a north-south row orientation. The number of cowpea rows reduced corn productivity by 17.5% (one row) and 27.8% (two rows) compared to sweet corn monoculture, but did not affect cowpea yield. However, one row of cowpea has the potential to increase dry seed yield by 8.5% compared to two rows of cowpea. Sweet corn and cowpea intercropping has an LER and R/C value>1, with cowpea being more dominant in competition. Sweet corn and cowpea intercropping is recommended with rows oriented east-west and one row of cowpea.