ELIMINASI Helminthosporium solani PADA BIBIT UMBI KENTANG (Solanum tuberosum L.) IMPOR DENGAN PERLAKUAN AIR PANAS DAN FUNGISIDA

Abstract

Kentang merupakan salah satu tanaman sayuran utama di Indonesia. Penyakit penting pada umbi kentang adalah penyakit kudis perak (Silver scurf) yang disebabkan oleh Helminthosporium solani dan mengakibatkan penurunan berat umbi kentang sebesar 13% serta menghasilkan tunas yang lebih kecil. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Karantina Indonesia Nomor 571/2025, penyebaran H. solani masih terbatas di Indonesia yaitu Jawa, Lombok, dan Sumatera (Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat). H. solani seringkali ditemukan pada bibit kentang impor melalui pelabuhan Tanjung Priok (hasil intersepsi BBKHIT DKI Jakarta). Informasi mengenai perlakuan karantina terhadap H. solani masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan asosiasi H. solani dengan penyakit kudis perak pada umbi kentang impor, untuk mendapatkan kombinasi perlakuan air panas dan fungisida yang efektif mengendalikan H. solani, serta untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap sifat agronomis pada bibit umbi kentang. Perlakuan fungisida merupakan salah satu perlakuan kimiawi yang saat ini digunakan untuk perlakuan karantina pada bibit umbi kentang yang terinfeksi H. solani. Fungisida yang sering digunakan untuk keperluan perlakuan benih adalah fungisida dengan bahan aktif mankozeb yang mengandung belerang karena memiliki fitotoksisitas yang rendah terhadap benih dan dalam keadaan tertentu dapat bersifat sebagai insektisida. Pada penelitian ini dikaji keefektifan perlakuan air panas dan fungisida untuk melihat persentase hambatan perkecambahan konidia H. solani, pengaruh perlakuan terhadap sifat agronomis, insidensi penyakit dan severitas penyakit pada bibit umbi kentang. Penelitian dilaksanakan di gudang bibit kentang impor, Laboratorium BBKHIT DKI Jakarta dan BKHIT Jawa Barat. Penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu : (1) Pengambilan sampel dan isolasi H. solani, (2) Deteksi dan identifikasi H. solani secara morfologi dan molekuler, (3) Pengujian keefektifan pengendalian H. solani secara in vitro perlakuan air panas (55 °C) dan fungisida selama waktu 0, 5, 10, 20 menit dan konsentrasi 0, 1, 2, 4 g l-1, (4) Pengujian keefektifan pengendalian H. solani secara in vivo perlakuan air panas (55 °C) dan fungisida selama waktu 0, 5, 10, 20 menit dan konsentrasi 0, 1, 2, 4 g kg-1 bibit. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (Anova), apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata di uji lanjut menggunakan uji Tukey pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan cendawan H. solani terbukti berasosiasi dengan penyakit kudis perak yang diisolasi dari bibit umbi kentang impor asal Inggris. Pengamatan menunjukkan adanya pertumbuhan koloni cendawan berwarna coklat gelap sampai hitam, berpencar, konidia tunggal, konidia lurus atau melengkung, konidia memiliki pseudosepta 2-8, berwarna subhialin sampai coklat, bentuk konidia obclavate, panjang 24-85 µm, lebar 7-11 µm. Hasil identifikasi secara molekuler menggunakan primer universal ITS 1 dan ITS 4 menunjukkan adanya ukuran DNA sekitar 530 pasang basa pada isolat H. solani asal Inggris. Begitu pula identifikasi menggunakan dua jenis primer spesifik menunjukkan adanya ukuran DNA 345 pasang basa menggunakan primer HSF120-HSR465 dan 447 pasang basa menggunakan primer HSF19-HSR447 pada sampel isolat dan jaringan tanaman bibit umbi kentang asal Inggris. Hasil sequencing menggunakan primer spesifik HSF120-HSF465 menunjukan isolat cendawan H. solani asal Inggris memiliki persamaan dengan isolat yang berasal dari negara Rusia, Belanda, Uganda, New Zealand, Kanada, India dan USA pada umbi kentang. Perlakuan air panas selama 0 menit dan konsentrasi fungisida 4 g l-1 efektif dalam menghambat perkecambahan konidia H. solani sampai 100%. Perlakuan air panas selama 0 menit dan konsentrasi fungisida 4 g kg-1 bibit memberikan pengaruh yang terbaik dalam meningkatkan bobot basah tunas. Perlakuan air panas dan fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap insidensi dan severitas penyakit kudis perak pada bibit umbi kentang.

Potato (Solanum tuberosum L.) is an important vegetable crop in Indonesia. One of the most important diseases of potato tubers is silver scurf, a surface blemish disease, caused by Helminthosporium solani. Based on Head of Indonesian Quarantine Authority Decree number 571 of 2025, H. solani distributed in limited area in Indonesia; Java, Lombok, Sumatera (Bengkulu, Jambi, South Sumatera, North Sumatera, West Sumatera). H. solani frequently detected in imported potato tubers through Tanjung Priok sea port (based on interception of BBKHIT DKI Jakarta). Information about quarantine treatment for H.solani are still limited. Recently, fungicide used as the main quarantine treatment for eliminating H. solani from infected potato tuber seeds. Research on the effectiveness of hot water treatment and fungicide to control H. solani has not been widely conducted. Sample taken from quarantine facility for imported potato seed storage in Bekasi, West Java, Indonesia. Therefore, the aim of this study is to identify the Helminthosporium isolates carried by imported potato tuber seeds and to obtain the most effective combination of hot water treatment (HWT) and fungicide treatment to control H. solani. The research was conducted the Laboratory of BBKHIT in DKI Jakarta, and the Laboratory of BKHIT in West Java. Research conducted in vitro and in vivo. Both in vitro and in vivo, hot water treatment conducted with a combination of temperature and time of exposure (55 °C for 0, 5, 10, and 20 minutes). The fungicides used at several concentration level (0, 1, 2, and 4 g l-1). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA), and if significant differences were found, further analysis was performed using Tukey’s test at the 5% significance level. Results showed that H. solani was associated with silver scurf disease isolated from seed potatoes imported from the United Kingdom. The observation show a growth of dark brown to black and hairy colonies on the potato seeds surface. The colonies consist a subulate, mid to very dark brown and paler near the apex of conidiophores. Conidia straight or curved, obclavate, subhyaline to brown, 2-8 pseudoseptate 24-85 (39)µ long, 7-11 (9,4)µ thick in the broadest part, tapering to 2-5 at the apex, with a dark brown to black scar at the base. Molecular identification using universal primers ITS1 and ITS4 showed a DNA size of approximately 530 base pairs in H. solani isolates from United Kingdom. Similarly, identification using two types of specific primers revealed DNA sizes of 345 base pairs with primers HSF120-HSR465 and 447 base pairs with primers HSF19-HSR447 in both isolates and plant tissue samples of potato tuber seeds from United Kingdom. Sequencing using the specific primer HSF120-HSR465 showed that H. solani isolates and plant tissue samples of potato tuber seeds from United Kingdom. Sequencing using the specific primer HSF120-HSR465 showed that H. solani isolates from United Kingdom had similarities with isolates from Russia, the Netherlands, Uganda, New Zealand, Canada, India, and the USA on potato tubers. Hot water treatment for 0 minutes combined with a fungicide concentration of 4 g l-1 was effective in inhibiting conidial germination by up to 100%. Hot water treatment for 0 minutes and a fungicide concentration of 4 g kg-1 potato tuber seeds produced the best effect in increasing shoot fresh weight. However, the hot water and fungicide treatments did not significantly affect the incidence and severity of silver scurf disease on tubers.