Show simple item record

dc.contributor.advisorHarahap, Idham Sakti
dc.contributor.advisorPriyambodo, Swastiko
dc.contributor.authorRivai, Mohamad
dc.date.accessioned2025-08-22T23:15:28Z
dc.date.available2025-08-22T23:15:28Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/170138
dc.description.abstractKecoa Jerman (Blattella germanica L.) merupakan hama utama di daerah perkotaan (urban pest) di seluruh dunia. Keberadaan kecoa Jerman sangat mengganggu karena dapat menyebabkan kerusakan secara langsung, dapat memengaruhi estetika dan lingkungan, serta berpotensi sebagai vector agen penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai biologi dan preferensi makan kecoa Jerman (B. germanica) melalui analisis karakteristik biologinya yang mencakup faktor-faktor reproduksi, kelangsungan hidup, dan laju perkembangan individu dalam populasi. Penelitian ini juga berfokus pada evaluasi efektivitas penggunaan umpan tidak beracun sebagai metode alternatif pengendalian populasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2023 sampai dengan Mei 2024. Koleksi data dilaksanakan di Laboratorium Graha Rebio milik PT Rebio Mega Aranda di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Uji validasi umpan di lapangan dilaksanakan di tiga lokasi berbeda yaitu rumah sakit, restoran/karaoke, danperkantorandiKabupatenBekasi,JawaBarat.Analisissenyawaformulajenis umpan dilakukan di Laboratorium Saraswati. Uji preferensi umpan tidak beracun di laboratorium menggunakan S-Olfactometer. Uji preferensi dilakukan terhadap umpan tidak beracun dan beracun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), sedangkan validasi umpan tidak beracun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Analisis dilakukan dengan sidik ragam menggunakan R Studio, dilanjutkan uji perbandingan berganda jika terdapat perbedaan signifikan. Hasilini digunakan untuk menentukan formula umpan tidak beracun yang palingefektif. Pengamatan biologi kecoa Jerman (B. germanica) dilakukan untuk mengetahui siklus hidup dan laju perkembangan populasi di laboratorium menggunakan suhu 26–33°C dan kelembapan relatif 60–84%.Hasil menunjukkan bahwa rata-rata siklus hidup dari telur hingga imago berlangsung selama 115,8 ± 9,9 hari. Lama fase telur tercatat 23,5 ± 0,5 hari, dengan perkembangan bertahap melalui enam instar nimfa. Fase nimfa instar 1 hingga 5 berlangsung antara 10,7– 13,3 hari, sedangkan instar 6 memerlukan waktu lebih panjang yaitu 30,7 ± 2,3 hari. Pola ini mengindikasikan bahwa sebagian besar waktu perkembangan dihabiskan sebelum memasuki fase dewasa. Hal ini penting untuk menentukan waktu paling efektif dalam pengendalian populasi. Data biologi yang diperoleh dari 100 telur menunjukkan tingkat harapan hidup (ex) pada tiap fase selalu lebih tinggi dibandingkan laju kematian (qx), seperti pada telur (ex=5,45 > qx=0,00)dan nimfa instar 3 (ex=3,13 > qx=0,26). Nilai harapan hidup tertinggi terdapat pada fase telur, karena berada dalam ooteka yang melindunginya dari faktor eksternal. Penurunan jumlah individu terjadi paling drastis pada transisi darinimfa instar 2 ke instar 3, menunjukkan momen kritis dalam siklus hidupnya. Hasil ini menunjukkan populasi cenderung bertambah (pertumbuhan positif), sehingga tanpa intervensi, populasi kecoa akan terus berkembang dan sulit dikendalikan secara alami. Formula C dan D memiliki daya tarik tertinggi terhadap kecoa Jerman, dibandingkan formula lain, termasuk formula komersial (I). Formula C memiliki kandungan lemak total sebesar 12,79%, karbohidrat sebesar 65,80%, dan protein sebesar 8,25%. Energi total yang dihasilkan dari formula C adalah sebesar 411,31 Kkalper100g.Sementaraitu,formulaDmemilikikandungan lemaktotalsebesar 7,10%, karbohidrat sebesar 72,07%, dan protein sebesar 6,85%. Energi total dari formulaDtercatatsebesar379,58Kkalper100g. Meskipunhasiltangkapantidak berbeda nyata secara statistik, formula C menunjukkan rata-rata kehadiran dan tangkapan lebih tinggi. Validasi lapangan dilakukan di rumah sakit, restoran/karaoke, dan perkantoran, dengan hasil bahwa formula C secarakonsisten menarik lebih banyak kecoa daripada formula D, terutama di rumah sakit. Daya tarik umpan sangat bergantung pada kekuatan aroma, menjadikan komposisi volatil sebagai elemen penting dalam formulasi umpan efektif untuk pengendalian kecoa Jerman di lingkungan permukiman dan fasilitas umum.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKecoa Jerman (Blattella germanica L.): Biologi dan Preferensi Makanan sebagai Dasar Umpan Tidak Beracun untuk Pengendaliannyaid
dc.title.alternativeGerman Cockroach (Blattella germanica L.): Biology and Feeding Preferences as the Basis for Non-Toxic Bait for Its Control
dc.typeTesis
dc.subject.keywordFormulasiid
dc.subject.keywordgraharebioid
dc.subject.keywords-olfactometerid
dc.subject.keywordurbanpestid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record