Show simple item record

dc.contributor.authorSyaepudin, Mohamad
dc.date.accessioned2010-05-09T06:40:17Z
dc.date.available2010-05-09T06:40:17Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/16971
dc.description.abstractHakikat pembangunan nasional adaIah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarabt Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pembangunan nasional. Pcmbangunan nasional dilaksanakan merata di selurub Indonesia tennasuk di dalamnya komunitas masyarakat tradisional (Dinas Sosial, 1999). Sumberdaya rotan bagi masyarakat tradisional digunakan untuk kebutuhan produksi maupun konsumsi sehingga mereb akan sangat menjaga keberadaan bulan tersebut dengan menerapkan aturan adat yang dimilikinya. Walaupun dengan luas butan yang teroaw, mereka dapat bertahan dengao sumberdaya butan yang ada hingga beratus-ratus tahun lamanya. Masyarakat Baduy sebagai komunitas masyarakat tradisional di Propinsi Banten memiliki tiri khas sendiri baik adat,. budaya maupun pola perekonomiannya. Masyarakat Baduy ini te1ah menggantungkan kehidupan dati kegiatan berladang dengan cara membuka hutan. Dan beberapa contob-contoh peneIitilm pada masyarakat Baduy, belum ada pene!itian yang dikhususkan mengenai pola perekonomian masyuakat Baduy yang tenliri dari pola produksi, pola distribusi dan pola konsumsi masyarakat Baduy dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga pola tersebut dan untuk memperoandingkan antara pendapatan (dinnsaksikan dan tidak ditransaksikan) dengan pengeJuaran konsumsi (baik di dalam maupun Il:ar Desa Kanekes) dengan maksud untuk mengetahui ketergantungan masyarakat Baduy terhadap keberaciaan butan maupun barang-barang konsumsi masyarakat loar Desa Kanekes (masyarakat Desa Ciboleger). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui pola produksi, pola distribusi dan pola konsumsi hasil-hasil produksi basil hutan maupun non hutan masyarakat Baduy dan faktor-faktor yang mempengaruh ketiga pala tersebut dan membandingkan antara pendapatan rumah tangga Baduy (ditransaksikan dan tidak ditransaksikan) dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga (baik di dalam maupun luar Desa Kanekes). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Propinsi Banten pada bulan Juni 2002 sampai dengan Agustus 2002. Cara pengambilan contoh diJakukan dengan purposJve sampling terhadap responden Baduy Dalam dan Baduy Luar yang memanfaatkan basil butan. SeJain itu, dilakukan pengamatan dan wawancara deogan responden Baduy yang membawa basil produksi yang akan dijual maupun barang-barang yang berasal dari luar BaWy untuk keperluan konsumsi atau produksi mereka Pola produksi masyarakat Baduy terdiri dan pemanfaatan hasil hutan (Ieuweung kolot dan reuma). basil pertanian (huma) dan industri rumah tangga (home industry) seperti /coja, golak., gula aren, dan tenunan. SeWn itu, terdapat sektor jasa. yaitu buruh hanan. Dan berdasarkan basil-hasil penelitian sebelumnya seperti Pumomohadi (l98S), Gama (1993), Nugraha (1996), dan Rahayu (2001), pola produksi masyarakat Baduy relatiftidak berubah. Pola produksi masyarakat Baduy sudah tidak subsisten lagi dan penggunaan uang sudah sangat lazim sekali pada orang Baduy baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam untuk kepenringan transaksi jual beli dan membeli barang-barang konsumsi ataupun produksi. Berdasarkan perbitungan pendapatan per kapita, tingkat kesejahteraan material responden Baduy Luar lebih besac (Rp. 2.194.706,19 kapita/tafwn) daripada responden Baduy Dalam (Rp. 1.094.508,39 kapitaltahun). Artinya setiap anggota rumah tangga responden Baduy Luar Jebih baik kesejahteraannya dibandingkan responden Baduy Dalam. Pendapatan per kaprta teroesar Baduy Dalam dari hasiI butan (Rp. S50.S5S,OOlkapltaltahun; SO,3ODIo) sedangkan Baduy Luar dari home industry (&p. 1.284_603,7S kapiWtahun; 58,53%). Sedangkan pendapatan po< kapita ,.,.kecil dari hasiI pertmrian ~) baik Baduy Dalam (Rp. 71.998,27 kapitaltahun) maupun Baduy Luar (Rp. 74.684,00/kapitaltahun). Faktor-faktor Y8II8 mempengaruhl pola produksi terdiri dati luas tanaMahan, jumlah tenaga keJja, besamya modII. telrnologi, dan aturan adat setempat. (I) Semakin luas lahan (huma) yang dikelola maka akan scmakin bcaar pendapatan yang diterima dari twil-basil p.-oduksi (padi dan oonpadi). Luas lahan > 1,6 ha memberikan pendapatan terbcsar (Rp. 384.000,00 kapitaltahun untuk Baduy DaIam; (Rp. 404.727,T1 kap;taltahun untuk Baduy lAw) dibandinskan luas lahan 1,1 - 1,6 ha; 0,6- 1,1 ha maupun < 0,6 ha (2) semakin besar jumlah anggota ke1uarga maka semaIcin kecil jumlah pengeluaran biaya burub tam dan begitu juga aebaIiknya. Bagi responden dengan jumlah anggota ke1uarg8 < 3 orang membutuhkan maya buruh tani paling besar dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anggota keluarga 3 - 4 orang maupun > 3 orang. Untuk Baduy DaIam, responden yang jumlah anggota keluarga < 3 orang mengeluarkan biaya buruh tani sebesar Rp. 5S.SSS,S5 kapitaltahun dan Baduy Luar sebesar Rp_ 178.518,S2 kapitaltahun (3) semaldn luas Iahan (huma) yang dike10la semak:in besar maka semakin besar modal yang dipergunak:an (uang). Untuk: luas laban > 1,6 ha orang Baduy mengalokasikan modaInya paling besar dibandingkan yang memiliki laban 1,1 - 1,6 ha; 0,6 - 1,1 ha; maupun < 0,6 ha. Responden Baduy Dalam yang memiliki luas laban > 0,6 ha hanya mengalokasikan modal untuk padi sebesar Rp. 181.999,92kapitaltahun lebih kecil dibandingkan Baduy Luar yang mengalokasikan sebesar Rp. 427.903,34 kapita/tahun (4) Teknologi yang digunakan oleh orang Baduy masih sederhana dilihd dari alat -alat produksi daIam kegiatan berladang maupun proses produksi sedangkan proses produksi pun masih sederhana dengan menggunakan bahan baku dari alarn sekitarnya dan jarang ~nakan pera1atan produksi dari luar Desa Kanekes (5) Aturan adat yang berlaku yang berhubunpn dengan Iarangan, tabu, buyut, dan lain-lain yang membatasi orang Baduy Dalam maupun Baduy Luar untuk memproduksi jenis-jenis hasil produksi tertentu. Sehingga berdasarkan hasil penelitian orang Baduy Luar lebih banyak menjuai jenis basil produksinya (23 jenis) dibandingkan orang Baduy Dalam (15 jenis). Pendistribusian basil-hasil produksi orang Baduy secara langsung (konsumen) maupun tidak langsung (perantara/teogkulak). Pihak tengkulak sangat berperan daJam memasarkan hasil-hasil produksinya sehingga posisi tawar orang Baduy rendah akihat dati tidak memiliki akses pasar yang blUk dan 'mgkat pengctahuan yang rend.l.. [);stnbusi basil pmdnksi masy>uakat Baduy lebih banyak ke kampung tetangga (pasar Ciboleger) dan menjual di dalam Kampung (Desa Kanekes). Hal ini karena jarak yang AlIatif dekat dan tidak menge1uarkan biaya transportasi sedangkan sistem pembayaran yang digunakan sudah menggunakan uang tidak barter lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi poIa distribusi terdiri dati sifat barang. jarak lokasi ke tempat pemasaran. sifat penycbaran atau daerah penjualan, dan aturan adat setempat (I) HasiI-hasil pertanian non-padi dan buah-bulban orang Baduy lebih banyak. cepat dijual kepada tengkuJak di Ciboleger karena sifatnya yang nudah busuk sedangkan hasil k~inan tidak setalu dipasarkan secepat mungkin karena dapat disimpan dalam jangka lama seperti golok, koja, kain temm, sabuk suat, selendang. dan """og (2) Orang Baduy Ln..- lebih sering datang meniuaJ basil prodnksinya dibandmgkan dengan onong Baduy DaIam Hal ;m karena iaJ>k yang ditempuh 0_ Baduy DaIam (kampuog Cibeo) ke Desa Ciboleger sekitar 11 km dibandingkan dengan lokasi kampung Baduy Dalam yang lebih dekat (muIM dari 100 m dari De.. Cronleger, yam. kampong Babakan Kaduketug) (3) ha$;1 produks; kerajinan lrulit teureup dan gula aren yang daerah pemasarannya sampai jauh ke loar Desa maupun luar Kecamatan (4) Larangan bepergian menggunakan kendaraan bermotor (angkutan umum, motor, dan lain-lain) bagi oran1l Baduy Dalam mengakibatkan mereka tidak bisa memasarkan jauh dati wllayah Desa Ciboleger dengao cepat berbeda dengan orang Baduy Luar yang lebih fteksibel diperbolehkan naik kendaraan bermotor sehingga orang Baduy Loar lebih sering memasarkan sendiri basil produksinya ke pasar Rangkasbitung misalnya untuk komoditas gula aren dan pisang. Pola konsumsi masyarakat Baduy sudah tidak subsisten lagi karena barang-barang basil produksi tidak. dikonsumsi seJuruhnya tetapi lebih banyak dijual agar memperoleb uang untuk dibelikan barangbarang konsumsi yang tidak bisa diperoleh dati daJam Desa Kanekes. Pengeluaran konsumsi terbesar orang Baduy Dalam dan Saduy Luar yaitu penge1uaran kebutuhan betas masins-masins sebesar Rp. 421.500,00 kapitaltahun (48,7-ro/o) dan Rp. 508.300,00 kapitaltahun (32,78%). Sedangkan pengeluaran kebutuhan terkecil orang Saduy Dalam adalah pakaj.an sebesar Rp. 33.452,38 bpitaltahun (3,8']0/0) dan orang Baduy Luar adalab iuran/pajak sebesar Rp. 3.%7,59 kapita/tahun (0,26%). Hal ini menunjukkan bahwa proporsi konsumsi makanan yang paling besar dibandingkan dengan kebutuhan yang lain dapat disimpulkan bahwa masyarakat Baduy masih belum sejahtera. Berdasarkan garis kemiskinan Sayogyo (1977) baik orang Baduy Dalam maupun Baduy Luar berada di atas garis kemiskinan dan dapat dikatakan sejahtera sedangkan menurut kriteria BPS (2000) orang Baduy Daiam di bawah garis kemiskinan dan dapat dikatakan kurang sejahtera dibandingkan orang Baduy Luar btnda di alas garis kemiskinan. Akan tetapi jika dilihat dari besamya proporsi pengeluaran untuk pansan (beras dan non betas) pada rumah tangga yang di atas 50010, maka bisa dikatakan mereka beluill begitu sejahtera. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi terdiri dari jum1ah anggota keluarga, tingkat pendapatan, dan aturan adat setempat (I) Orang Baduy dengan jumlah anggota keluarga kurang dati 3 orang lebih bew pengS1aran konsumsi per kapitanya dibandingkan dengan jum1ah anggota keluarga ] - 4 orang dan lebib dati 4 orang. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kesejahteraan material responden yang memiIiIci jwnlah anggota keluarga sedikit (kurang dari 3 orang) lebih tinggi dibandingkan dengan yang jum1ah anggota keluacga antara 3 - 4 orang dan lebih dari 4 orang (2) Penge1uaran konsumsi orang Baduy dalam yang memiliki pendapatan I - 3 juta lebih besar (Rp. 772.280,56 kapita/taiul) dibandingkan dengan yang memiliki penclapatan < I juta (Rp. 841.208,32 kapitaltahun). Sedangbn Baduy Luar yang berpendapatan > 3 juta memililci pengeluacan konsumsi yang tertinggi (Rp. 2.714.674,97 kapitaltahun) dibandingkan dengan yang memiliki pendapatan < I juta maupun I -3 juta (Rp. 1.186.097,81 kapftaltahun) (4) Dari segi kepemilikan peralatan rumah tangga, onmg Baduy u.. lebih banyak ragamnya dibandingkan Boduy Luar karena aturan ods! Boduy Dalam lebih ketal: dengm melarang memiliki peraJatan rumah tangga dari luu wilayah Kanekes. Pengeluanm kOlllUlllS.i dati Juar Desa Kanekes lebih besar (Baduy Dalam 31,01%; Baduy Luar 29,28%) dibandiogkan pengeluaran konsumsi dati dalam Desa Kanekes (Baduy Dalam 6,33%; Baduy Luar 2,99"/0) menunjukkan pola yang sarna sebingga tingkat ketergantungan masyarakat Baduy terhadap kebutuhan bidup dari masyarakat luar (Desa Ciboleger) sangat besar terutama kebutuhan beras. Sedangkan jika dibandingkan antara pendapatan yang ditransaksikan dengan pendapatan yang tidak ditransaksikan maka pendapatan yang ditransaksikan lebih besar (Baduy Dalam 45,88%; Baduy War 48,95%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Baduy sudah mengarah kepada pola perekonomian yang komasia1 bukan tradisional lagi.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePola Perekonomian Masyarakat Baduy Di Desa Kanekes Kabupaten Lebak Propinsi Bantenid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record