Aplikasi Teknologi Budidaya Mikroba Intensif untuk Usaha Tani Bawang Merah di Kabupaten Brebes
Abstract
Penggunaan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) bawang merah (Allium ascalonicum L.) terutama ulat bawang merah S. exigua dan penyakit layu Fusarium oxysporum mengalami permasalahan serius yaitu ketidakefektifan, dampak negatif terhadap lingkungan, dan residu pada produk. Budidaya mikroba intensif adalah teknologi ramah lingkungan yang bisa menggantikan pendekatan kimia intensif dan meningkatkan produksi. Penelitian ini bertujuan menganalisis keefektifan penerapan teknologi budidaya mikroba intensif di lahan bawang merah milik petani. Penelitian dilakukan di Desa Pedeslohor, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, pada lahan seluas 3800 m2 yang dibagi menjadi dua perlakuan, yaitu budidaya mikroba intensif dan konvensional. Pengamatan mencakup insidensi dan keparahan serangan OPT, pertumbuhan tanaman, tingkat kelangsungan hidup tanaman, serta produktivitas hasil panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Insidensi S. exigua pada perlakuan mikroba intensif (74,6%) sebanding dengan metode konvensional (84,92%). Insidensi F. oxysporum sedikit lebih tinggi pada perlakuan mikroba intensif (4,05%) dibandingkan konvensional (2,3%), namun kedua perlakuan tetap di bawah 5%. Sementara itu, produksi total bawang merah dengan teknologi mikroba intensif lebih tinggi 163 kg dibandingkan metode konvensional pada luas 1.900 m2, dengan peningkatan pendapatan sebesar 23,42%. Teknologi budidaya mikroba intensif dapat menjadi alternatif ramah lingkungan untuk produksi bawang merah pada skala pertanian kecil. Pesticides use to control pests of shallot (Allium ascalonicum L.), especially shallot caterpillar S. exigua and wilt disease Fusarium oxysporum, encounters serious problems such as ineffective control, negative impacts on the environment, and product residues. Microbe-intensive is an environmentally friendly cultivation technology that can replace intensive chemical approaches and increase productivity. This study aims to analyze the effectiveness of microbe-intensive cultivation technology in shallot fields owned by small-scale farmer. The study was conducted in Pedeslohor Village, Jatibarang District, Brebes Regency. Land as wide as 3800 m2 divided into two treatments, namely microbe-intensive cultivation and conventional cultivation. Parameters observed were incidence and severity of pest attack, plant growth, plant survival rate, and yield. The results showed that the incidence of S. exigua in the microbe-intensive treatment (74,6%) was comparable to conventional method (84,92%). F. oxysporum incidence was slightly higher
(4,05% vs 2,3%) but both treatments were still below 5%. Meanwhile, the total production of shallots with microbe-intensive technology was 163 kg higher than conventional method in 1900 m2, with an income increasing to 23,42%. Microbeintensive cultivation technology was proved as an environmentally friendly alternative for shallot production on small-scale farm level.
Collections
- UT - Plant Protection [2511]
