Evaluasi Tingkat Keberhasilan Revegetasi Pada Lahan Bekas Tambang Timah Pt. Koba Tin Koba, Bangka-Belitung
Abstract
Sejak keluarn)3 UU no. lItabun 1967 (j~ UU no. 78/1958) tentang Penanaman Modal Asing dan UU no. 111tahun 1967 (jo UU no. 37/1960) tentang Pokok-Pokok Pertambangan maka kegiatan penambangan di Indonesia mulai marak dan bergerak maju. Bahan galian golongan A dan golongan B merupakan bahan galian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, tidak hanya bagi pengusaha, tetapi juga sebagai penghasil devisa dan penggerak. roda perekonomian negara.Namun seiring dengan berk.embangnya usaha pertambangan, banyak masalah lingkungan terjadi pada areal pertambangan. lni karena sektor pertambangan berurusan dengan media yang tidak bisa diperbaharui lagi. Pengerukan lapisan tanah atau pengeboran tanah akan menghancurkan ekosistem yang ada di permukaan. Penebangan tutupan hutan untuk lokasi tambang dan pembangunan berbagai fasilitas pendukung akan meluluhlantakkan kesuburan tanah (Munggoro dkk, 1999). Sebagai kompensasi dari segala kerusakan yang ditimbulkan, maka sebuah perusahaan pertambangan berkewajiban dan bertanggung jawab dalam usaha pengelolaan lingkungan, baik selama proses penambangan berlangsung maupun pada tahap pasca penarnbangan. Salah satu kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki laban bekas tambang adalah dengan rcklamasi dan revegetasi. Selanjutnya diperlukan suatu evaluasi khusus mengenai keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan, agar dapat diketahui sejauh mana kegiatan revegetasi dapat mcmcnuhl tujuan perbaikan laban bekas tambang. PeneJitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis tingkat keberhasilan revegetasi yang dilakukan PT. Koba Tin di laban-laban bekas tambang timah berdasarkan pada standar pengukuran parameter pertumbuhan tanaman pada berbagai umur tanaman. Kegiatan pengambilan data dilaksanakan pada laban-laban bekas tambang timah yang telah direvegetasi oleh PT. Koba Tin di Koba-Bangka selama kurang lebih 2 bulan dari pertengahan bulan Juni sampai pertengahan bulan Agustus 2002. Bahan-bahan yang diperlukan untuk objek penelitian ini ada1ah tegakan!tanaman revegetasi yang berumur 3, 6, 9 dan 12 tabun pada 5 tipe tanah lahan revegetasi yang berbeda, yaitu pasir tailing (sand tailing), lumpur (slime), liat (clay), humik (humic) dan tanah laterit (latenlic soil); sampel serasah, sampel tanah dan sampel tumbuhan dalam bentuk herbarium. Bahan pendukung lain adalah peta areal revegetasi dan alkohol. Khusus untuk pengamatan satwaliar diperlukan juga tegakan revegetasi yang berumur 1 tabun atau laban bekas tambang yang belurn direvegetasi. Peralatan yang digunakan antara lain: kompas brunton, pita ukur, Clinometer sunto, cangkul, linggis, timbangan, koran bekas dan tarnbang plastik. Data yang dikumpulkan adalah data-data primer yang terdiri dari : persentase hidup tanaman, persentase penutupan tajuk, penampilanlpertwnbuhan tanaman, perkembangan akar; kondisi laltanltempat tumbuh meliputi potens! serasah dan sifat fisik-kimia tanah serta keanekaragaman hayati yang meliputi vegetasi lokal dan satwaliar. Selain itu dikumpulkan pula data sekunder mengenai kondisi umum lokasi penelitian. Areal revegetasi PT. Koba Tin seluas ± 3364 ha, terdiri dari 5 tipe tanah yang berbeda; yaitu . pasir tailing .. lumpur, liat, humik dan laterit. Dari seluruh plot pengamatan (51 plot) yang ditempatkan secara acak pada tiap jenis tanah dengan umur tanaman tertentu, dapat diketahui bahwa terdapat 8 jenis tanaman pokok yang dijadikan sebagai tanaman revegetasi. Jenis-jenis tersebut adalah: Acacia mangium, Acacia auriculijormis, EucaJyptus urophylla, MelaJeuca leucadendron, Paraserianlhes fa/cataria, Anacardium occidentale, Casllarina eqUlset{folia dan Vitex pubescens. Dari ke-8 jenis tersebut; A. mangium, A. auriculiformis dan E. urophylla rnerupakan jenis-jenis yang dominan ditanam di areal revegetasi. Bcrdasarkan pcngamatan dan perhitungan data yang diperoleh, rata-rata persentase hidup tanaman yang diperoleh menunjukkan angka yang fluktuatif. Tidak ada satu tipe tallahpun yang mempunyai persentase hidup tanaman yang meningkat secara signifikan seiring dengan bertalUbalmya umur tanaman. Persentase hidup tanaman tertinggi ditemukan pada tipe tanah lumpur dengan umur tanaman 12 tahun (87.72%) di areal Kayu Ara 3. Sementara persentase hidup tanaman yang terendah ditemukan pada tipe tanah humik dengan urnur tanaman 6 tahun (36.04%). Dari hasil pengamatan di lapangan, seca.ra urnurn areal revegetasi telah tertutupi oleh tajuk tanaman. Terjadi peningkatan yang signifikan pada penutupan tajuk tanaman seiring dengan bertambalmya umur tanaman. Dari 17 lokasi yang diamat~ hanya terdapat 3 lokasi yang nilai penutupan tajuknya berada di bawah standar, yaitu: Air Bara K4 (78.76%) yang mewakili tipe taoah pasir umur 12 tabun, KedangkaI 4 (31.79%) yang mewakili tipe tanah lumpur berumur 3 tahun dan Merapin Dredge (26.68%) yang mewakili tipe tanah liat berumur 3 tahun. Sementara lokasi yang mewakili nilai penutupan tajuk tertinggi adalah Lingkop North (465.01 %) yang mewakili tokasi humik umur 6 taltun, Nilai persentase penutupan tajuk yang melebihi 100% menunjukkan bahwa telah terjadi overlap tajuk antar pabon. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran di lapangan, pertumbuhan tanaman revegetasi tidak semuanya sesuai seperti yang diharapkan. Hal ini diduga disebabkan kurangnya kegiatan pemeliharaan seperti pemangkasan sehingga berpengaruh terhadap penampilan pohoo secara keseluruhan dan khususnya terhadap volume biomassa batang. Nilai volume biomassa batang tertinggi terdapat pada lahan humik umur 6 tahun (0.628 m). Sementara rulai volume terendah ditemukan pada tipe tanah liat urnur 3 tabun (0.00086 ml ). Walaupun penanlpilan fisiknya kurang menggembirakan. namun pertumbuhan tanaman pada tipe tanah Iiat dan laterit menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Tanaman seperti sengon, mangium, fonnis dan urophyUa mempunyai penampilan yang menUl~ukkan ketahanan tumbuh dan pcrtumbuhan yang baik. Dari 17 site yang ada, terdapat 61 pabon yang berhasil digali untuk dihhat perkemhangan akamya. Secara umum perkembangan akar tanaman revegetasi pada laban bekas tamhang timah mcnulljukkan angka yang variatif. Perkembangan akar yang menggembirakan ditemukan pada tipe tanah humik. dimana pada usia 3 tahun, hampir semua jenis perakaran tanaman mampu menembus lu bang tanallmya. Seiring dengan bertambahnya urnur tanaman, perkembangan panjang akar mellunjukkan peningkatan. Panjang dan perkembangan akar, baik vertikal maupun horisontal, selain oleh fuktor usia tananUUl, secara urnurn dipengaruhi oleh banyaknya kandungan hara pada lapisan tanah dan ketebalan lapisan tanah sebagai tempat tumbuh (Longman and Jenik, 1992). Menurut Ewusie (1990), keberadaan serasah lantai butan dalam daur barn hutan sangat menentukan bagi perkembangan tingkat produktifitas tanah di bawahnya. Berdasarkan basil pengamatan dan pengukuran di lapangan, serasah yang berhasil dikumpulkan dari se1uruh lokasi lahan revegetasl masih berada dalarn keadaan utuh. Patensi tertinggi terdapat pada tipe tanah hat dengan umur 12 tahun (32.34 kglha) di areal Lubuk Besar hlok 2/5. Patensi serasah terendah tcrdapat pada tipe tanah lumpur berumur 3 tahun (1.55 kg/hal di lokasi KedangkaJ 4. Kondisi areal yang hampir seluruhnya ditutupi lumpur basah dan tanaman Eriocaulon cinereum sehingga sulit untuk mengumpulkan serasah daun kayu putih, menjadi penyebab kecilnya angka potensi serasah lokasi im. Dari 816 plot contoh yang mewakili 17 site, ditemukan sebanyak 57 jenis tanaman lokal yang telah masuk dan bidup pada areal revegetasi. Vegetasi lokal ini terdiri dari golongan pohon, rumput. semak dan paku-pakuan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang masuk, golongan semak yang dominan adalah Melastoma maiabathricum. Sementara untuk golongan paku-pakuan, Gleichenia {mearis dan I.ycopodillm cernllllm merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Sedangkan Imperata cylindrica merupakan jenis rumput-rumputan yang dominan terdapat di areal revegetasi. Luasnya areal revegctasl yang didominasi olch tumbuhan bav.uh, rumput dan semak mcnalldakan bahwa lahan tersebut merupakan lahan marjinal yang tidak subur (Sirait, 1997). Dan keseluruhan 17 site ditambah 5 site khusus pengamatan satwaliar, ditenlUkan 30 jenis satwa yang tcrdiri dari: 25 Aves, 2 Mammalia dan 3 Reptilia. Dari jumlah tersebut, 15 jenis (13 Aves dan 2 Reptilia) ditemukan dalam plot pengamatan. Sisanya, sebanyak 15 jenis (12 Aves, 2 Mammalia dan 1 Reptilia) ditemukan di Iuar plot pengamatan maupun sepanjang perjalanan. Diantara jenis-jenis tersehut, terdapat jenis-jenis satwaliar yang statusnya dilindungi, antara lain: Elang laut perut-putih (Hahaeetus leucogaster), Elang tiram (Pandion haliaetus), Pecuk Ular (Anhinga melanogaster), Bangau (Leptopti[os javdnicus) dan Belibis (Dendrocygna javanica). Berdasarkan pengamatan di lapangan; karena merupakan tegakan seumur, sehingga tidak mempunyai stratifikasi tajuk yang lengkap, burong-burung terse but lebih banyak menggunakan ruang tajuk tengah hingga atas dari pohon. Jenis pohon yang biasa digunakan untuk melakukan aktifitas adalah mangium, fonnis dan sengon. Aktifitas yang dilakukan mulai dari makan, bennain, berkicau, menisik, beristirabat maupun berjemur. Kecuali untuk jenis-jenis burung tertentu seperti burung Gemak loreng (Turnix suscitator), Karen padi (Amallrornis phoenicurus) dan Cabak kota (Caprimlllgus qffinis) yang lebm suka berdiam dan berjalan di atas tanah yang agak terbuka. Berdasarkan parameter-parameter pertumbuhan tanaman yang diamati, secara keseluruhan revegetasi pada lahan bekas tambang timah PT. Koba Tin dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini terlihat dan persentase hidup tanaman yang secara umum berada di atas 60%, walaupun untuk beberapa lokasi tertentu mempunyai nilai di bawah standar, dan penutupan tajuk rata-rata yang telah melebihi 100%. Penampilan fisik tanaman revegetasi tidak scmuanya sesuai seperti yang diharapkan, khususnya pada tipe tanah laterit dan tanah liat. Selam kOlldisi lingkungan yang ekstnm, kurangnya kegiatan pemeliharaan seperti pemangkasan diduga menjadi penyebab kurang bagusnya penampilan fisik tanaman. Perkembangan akar tanaman yang telah mampu menembus Iubang tanam menunjukkan bahwa tanaman revegetasi telah mampu beradaptasi dengan kondisi lahan ~ ang ekstnm. Produksi serasah yang cukup tinggi pada areal revegetasl sebagai sumber bahan organik yang dapat memperbaiki kondisi laban, dapat menjanlln kelangsungan bidup tanaman untuk Jangka waktu yang panjang. Keberagaman jenis tanaman (baik pokok maupun tumbuhan bawah) menclptakan mikrohabitat yang menunjang bagi keberadaan dan kchidupal1 sahvaliar. Sehingga areal revegetasi telah dapat memenuhi salah satu fungsinya yaitu dalam men~ .. ediakan habitat bagi satwaliar.