Show simple item record

dc.contributor.authorRachmawanti, Herny
dc.date.accessioned2010-05-09T05:30:41Z
dc.date.available2010-05-09T05:30:41Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/16951
dc.description.abstractKabupaten Bogor memiliki tiga fungsi utama dalam kaitannya dengan zona pengembangan wilayah Jabotabek, salah satunya adalah berfungsi sebagai areal konservasi, hal i!li berkenaan dengan posisi geografisnya dibagian hulu dari DAS Ciliwung dan DAS Cisadane maka berfungsi sebagai pengatur tala air bagi daerah Metropolitan Jabotabek. Mengingat fungsinya tersebut , maka keberadaan hutan di wilayah Kabupaten Bogor sangat penting. Berdasarkan pemikiran tersebut maka diperlukan pemantauan terhadap kondisi penutupan dan penggunaan laban khususnya di kawasan hutan, sehingga dibarapkan dapat memberikan infonnasi tentang kondisi butan khususnya kondisi hutan di kawasan hutan wilayah Kabupaten Bogor. Dalam hal penyediaan data dan infonnasi secara cepat, teliti dan akurat Penginderaan Jauh memiliki peranan yang sangat penting. Penginderaan Jauh juga dengan mudah dapat diintegrasikan dengan Sistem Infonnasi Geografis, sehingga proses anal isis spesial dan pemetaan dapat dilakukan dengan cepat. Data Penginderaan yang digunakan dalam penelitian ini adalab Citra satelit Landsat 7 ETM+ path/row 122165 terkoreksi WGS 84 SUTM 48 Tahun 2000, yang ditunjang dengan data lapangan. Klasiftkasi pada citra dilakukan menggunakan prosedur Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification) dengan metode kemungkinan maksimum (maximum Likelihood method}. Analisis spasial yang dilakukan .ad alah analisis overlay yaitu menggabungkan Citra hasil klasiflkasi dengan pets digital RTRW Kabupaten Bogor. HasH analisis visual didapatkan nilai OIF (optimum lndelcs factor) tertinggi adalah pada kombinasi band 2-3-5, menunjukkan kombinasi ini menyajikan informasi yang paling banyak dibandingkan komposit lainnya. Berdasarkan hasil klasifikasi mampu membedakan 25 kelas penutupan dan penggunaan lahan yaitu : hutan rapat, hutan sedang, hutan jarang, hutan pinus, hutan akasia, kebun campuran rapat, kebun campuran sedang, kebun campUlan jarang, perkebunan kelapa sawit, perkebunan teh, perkebunan karet, pemukiman perkotaan, pemukiman pedesaan, daerah industri, sawah baru tanam, sawah siap panen, tegalan, tanah kosong, semak belukar, alang-a1ang, padang rumput, badan air, awan, awan tipis dan bayangan awan. Kelas hutan sedang merupakan kelas yang paling luas diantara kelas yang lainnya, yaitu 9.45 % dari seluruh luasan areal penelitian, sedangkan luasan terkecil dimiliki oleh. tanah kosong yaitu sebesar 0.27 %. Dari keseluruhan penampakan citra, terdapat banyak awan dan kabut (awan tipis). Luas areal tertutup awan, awan tipis dan bayangan awan merupakan 15.03 % dari keseluruhan luasan areal penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan ketelitian Idasiftkasi dengan menggunakan kombinasi band 1·2·3-4·5-7 didapatkan nilai overall accuracy sebesar 99.069 % dengan nilai kappa statistik 0.990. Dari Grafik Reflektansi yang dibuat, dapat diberikan inforrnasi untuk masing-masing kelas penutupan dan penggunaan lahan, reflektansi nilai On rata-rata bervariasi pada band 4, hutan rapat memiliki nilai reflektansi yang lebm rendah dibandingkan hutan sedang danjarang, begitu pula dengan kebun campuran rapat, nilai reflektansinya lebm rendah dari kebun campuran sedang dan kebun campuran jarang, hal tersebut disebabkan karena dengan semakin banyakllebat penutupan lahan oleh vegetasi, akan menurunkan rata-rata nilai ON, karena sebagian sinar matahari di serap oleh klorofil daun vegetasi. Pada vegetasi sejenis, akasia memiliki kerapatan tajuk tertinggr dibandingkan karet, sawit, pinus dan teh yang memiliki kerapatan paling rendah. Kelas penutupan laban yang bervegetasi mengalami penurunan nilai ON pada spektrum infra merah sedang yaitu band 5 dan band 7. Kelas-kelas penutupan laban yang mengalami penurunan nilai reflektansi pada band 5 dan band 7 adalah kelas hutan rapat, hutan sedang. hutan jarang. akasia, pinus, sawit, teh, kebun campuran jarang, badan air dan padang rumput sedangkan untuk kelas awan, awan tip is, tanah kosong, pemukiman pedesaan, semak belukar, industri, pemukiman perkotaan, karet, . tegalan, alang-alang. sawah hijau, kebun campuran rapat, kebun, kebun carnpuran sedang, sawah kuning, dan bayangan awan mengalami peningkatan nilai reflektansi. Untuk kawasan pemukiman dan industri terjadi peningkatan nilai reflektansi yang cukup besar pada spektnun ini, sehingga menunjukkan kawasan pemukiman dan industrl memiliki tingkat kadar air yang rendah, karena merupakan bangunan. Pada spektrum sinar tampak, karakteristik reflektansi minimum p~ kelas penutupan vegetasi terdapat pada band 3. Seeara umum pola reflektansi pada band 3 ini menunjukkan kenaikan rata-rata yang berbanding lurus dengan berkurangnya vegetasi pada penutupan lahan. Berdasarkan basil analisis SIG luas areal butan lindung adalah 25721.19 ha. Infonnasi tidak dapat diberikan seeara lengkap karena sebagian besar wilayah citra hasil Idasifikasi di kawasan hutan Iindung tertutup awan. Areal tertutup awan, awan tipis dan bayangan awan merupakan 56.32 % dari keselW1lhan luasan kawasan hUlan lindung. Dari areal yang tidak tertutup awan, luas wilayah butan adalah 6 569.55 ha atau 25.51 %. Dari seluruh wilayah butan, yang merupakan butan rapat adalah 1002.42 ba atau 3.89 %, butan sedang dengan luasan terbesar yaitu 3533.58 ha atau 13.73 % dan hutanjarang 478.98 ha atau 1.86 %. Luas hutan pinus adalah 1362.96 ba atau 5.29 % dan butan akasia adalah 191.61 ha atau 0.74 %. Kelas penutupan dan penggunaan laban di kawasan hutan lindung tidak hanya hutan, tetapi terdapat beberapa kelas penutupan dan penggunaan lahan lainnya yang bukan butan sebesar 17.28 % dari luas keseluruhan. Untuk kawasan hutan produksi didapatkan luas keseluruhan adalah 44253 ha. Sarna halnya dengan areal hutan lindung, sebagian areal hutan produksi pada citra hasil klasifikasi tertutup awan. Areal tertutup awan. awan tipis dan bayangan awan merupakan 26.19 % dari keseluruhan luasan kawasan hutan produksi. Adanya awan yang menutupi suatu areal penelitian dapat menghilangkan detil obyek tidak dapat dihindari karena hal ini merupakan salah satu kelemahan dari citra optik, untuk mengatasi hal ini. sebenamya dapat dilakukan dengan melakukan analisis beberapa citra pada waktu yang berbeda, tetapi da1am penelitian ini tidak dilakukan karena keterbatasan data dan biaya. Jumlah luas wilayah yang merupakan hutan sebesar 18.47 % dati seluruh kawasan hutan produksi. terdiri dari hutan rapat 301.68 ha (0.68 %), hutan sedang 4454.28 ba (10.06 %), hutan jarang 303.03 ha (0.68 %). hutan pinus 14220 ha (3.21 %) dan hutan akasia 1700.46 ha (3.84 %). Kelas penutupan dan penggunaan laban yang bukan butan produksi sebesar 54.96 % dari luas keseluruhan butan produksi. Hal tersebut mengindikasikan adanya penggunaan laban lain yang sebarusnya tidak ada di kawasan hutan lindung maupun hUlan produksi yang dapat mcngancam kcberadaan hutan lindung maupun bulan produksi. Adanya pemukiman. kebun campw-an dan lahan pertanian, menandakan telah ada perambahan oleh penduduk, sedangkan adanya pemukiman perkotaan dan perkebunan memperlihatkan kebijakan pembangunan belum dilaksanakan dengan baik sehingga perlu ditinjau kembali apakah sudah sesuai dengan peruntukkannya.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePemanfaatan Penglnderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Dalam Pemet Aan Penutup An Dan Penggunaan Laban Di Kawasan Hutan Kabupaten Bogor Tahun 2000id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record