View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Dissertations
      • DT - Economic and Management
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Dissertations
      • DT - Economic and Management
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Efisiensi Produksi dan Kesenjangan Teknologi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Bersertifikasi ISPO dan Non-ISPO di Provinsi Riau: Pendekatan Stochastic Meta-frontier

      Thumbnail
      View/Open
      Cover (318.5Kb)
      Fulltext (1.196Mb)
      Lampiran (534.3Kb)
      Date
      2025
      Author
      Liana, Limetry
      Siregar, Hermanto
      Sinaga, Bonar Marulitua
      Hakim, Dedi Budiman
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Perkebunan kelapa sawit rakyat merupakan pilar penting dalam perekonomian Indonesia, khususnya di Provinsi Riau yang menjadi salah satu pusat produksi utama. Sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan rumah tangga petani, serta Pembangunan di pedesaan. Namun, produktivitas kelapa sawit rakyat masih tertinggal dibandingkan dengan perkebunan besar milik perusahaan swasta atau negara, yang mencerminkan adanya inefisiensi dalam sistem produksi. Di sisi lain, meningkatnya tuntutan pasar global terhadap praktik keberlanjutan memacu pemerintah Indonesia untuk mewajibkan penerapan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Sertifikasi ISPO dirancang untuk memastikan praktik produksi yang berkelanjutan sekaligus memperkuat kapasitas produksi, efisiensi manajerial, dan daya tawar petani dalam rantai nilai kelapa sawit nasional. Meskipun bersifat wajib, tingkat adopsi sertifikasi ini di kalangan petani rakyat masih rendah, tercermin dari hanya 19 sertifikat ISPO yang mencakup 9.344,38 hektar di Provinsi Riau. Kondisi ini mengindikasikan adanya potensi perbedaan perilaku produksi dan efisiensi antara petani yang bersertifikat dan yang tidak. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis faktor-faktor input yang memengaruhi produksi Tandan Buah Segar (TBS) sekaligus mengidentifikasi penyebab inefisiensi teknis; (2) mengukur serta membandingkan efisiensi teknis dan kesenjangan teknologi antara petani bersertifikat ISPO dan non-ISPO; (3) menganalisis efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi; serta (4) mengevaluasi dampak sertifikasi ISPO terhadap kinerja usaha tani kelapa sawit rakyat, mencakup aspek produksi, harga jual, penerimaan, pendapatan, dan biaya produksi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Siak, yang dipilih karena jumlah rumah tangga petani sawit rakyat dan jumlah kepemilikan sertifikat ISPO terbesar di Riau. Siak merupakan wilayah yang penting untuk produksi kelapa sawit, dan pemilihannya memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai dampak sertifikasi ISPO terhadap kinerja produksi TBS. Studi ini mencakup tiga desa dengan karakteristik petani dan pola kemitraan yang berbeda, yaitu Desa Empang Pandan (petani swadaya ISPO dan non-ISPO), Desa Keranji Guguh (petani kemitraan non-ISPO), dan Desa Mandiangin (petani kemitraan ISPO). Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung terhadap 177 petani kelapa sawit rakyat, terdiri dari 87 petani bersertifikat ISPO dan 90 petani non-sertifikasi, selama periode Agustus 2023 hingga Februari 2025. Pendekatan analisis terdiri atas empat metode utama: Stochastic Frontier Analysis (SFA) dengan Maximum Likelihood Estimation (MLE) untuk mengestimasi fungsi produksi dan mengidentifikasi faktor penyebab inefisiensi teknis; Stochastic Meta-Frontier (SMF) untuk mengukur efisiensi teknis dan kesenjangan teknologi antar kelompok petani; model dual frontier untuk evaluasi efisiensi alokatif dan ekonomi sumber daya; serta Propensity Score Matching (PSM) untuk menilai dampak sertifikasi ISPO dengan mengontrol bias seleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi TBS petani bersertifikat ISPO secara signifikan dipengaruhi oleh penggunaan pupuk kimia, umur tanaman, serta interaksi antara luas lahan dengan umur tanaman dan antara umur tanaman dengan pupuk organik. Sementara itu, pada petani non-ISPO, produksi dipengaruhi oleh umur tanaman, tenaga kerja, pupuk kimia, serta interaksi antara umur tanaman dan pupuk kimia. Variabel sosial-ekonomi seperti usia, pendidikan, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis, namun pola pengelolaan kebun terbukti memengaruhi tingkat inefisiensi teknis, khususnya pada petani non-ISPO. Analisis menggunakan pendekatan meta-frontier menunjukkan bahwa petani ISPO memiliki efisiensi teknis rata-rata yang lebih tinggi dan lebih mampu menerapkan teknologi budidaya secara efektif. Namun demikian, kesenjangan teknologi antara kedua kelompok masih cukup besar, menandakan perlunya penguatan inovasi dan adopsi teknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi. Analisis dual frontier juga memperlihatkan bahwa petani ISPO lebih adaptif terhadap perubahan harga input, khususnya pupuk kimia, dibandingkan petani non-ISPO yang menunjukkan efisiensi penggunaan pupuk lebih rendah. Efisiensi alokatif penggunaan pestisida dinilai cukup baik pada kedua kelompok, tetapi penggunaan tenaga kerja berada pada kategori under-used, yang disebabkan oleh tingginya biaya upah sehingga petani lebih mengandalkan tenaga kerja keluarga. Untuk itu, peningkatan kapasitas petani non-ISPO dalam manajemen input serta dukungan berupa subsidi dan insentif menjadi penting untuk perbaikan efisiensi usaha tani secara menyeluruh. Meski demikian, secara umum, kedua kelompok petani dinilai efisien secara ekonomi. Evaluasi terhadap faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani dalam mengikuti sertifikasi ISPO menunjukkan bahwa usia petani berpengaruh positif, sementara luas lahan berpengaruh negatif karena keterkaitan dengan peningkatan beban biaya dan kompleksitas administratif, terutama pada aspek legalitas. Dampak jangka pendek dari sertifikasi ISPO hanya tercermin pada peningkatan harga jual TBS, sementara produksi dan pendapatan bersih belum menunjukkan perbaikan signifikan, yang diduga akibat masa transisi dalam implementasi standar Good Agricultural Practices (GAP) serta kenaikan biaya produksi. Oleh karena itu, sertifikasi ISPO belum mampu memberikan dampak ekonomi yang berarti dalam jangka pendek, khususnya pada indikator produksi dan pendapatan petani. Temuan ini menegaskan pentingnya kebijakan yang tidak hanya menekankan pada kepatuhan administratif terhadap sertifikasi, tetapi juga mendorong peningkatan kapasitas teknis petani, perluasan akses terhadap teknologi, serta penyediaan dukungan pembiayaan. Pelatihan intensif dalam pengelolaan input, terutama pupuk dan manajemen umur tanaman, sangat diperlukan guna meningkatkan produktivitas dan daya saing petani sawit rakyat. Lebih lanjut, kebijakan sertifikasi ISPO perlu diperkuat dengan program pendampingan berkelanjutan dan pemberian insentif harga premium, agar adopsi sertifikasi dapat meluas dan memberikan manfaat ekonomi yang optimal.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169364
      Collections
      • DT - Economic and Management [494]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository