Potensi Sebaran Sorgum berdasarkan Analisis Kesesuaian Agroklimat dan Produktivitas di Jawa Barat
Abstract
Perubahan iklim menimbulkan tantangan besar bagi sektor pertanian, terutama dalam upaya identifikasi wilayah potensial untuk pengembangan tanaman alternatif yang lebih adaptif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian agroklimat dan memperkirakan produktivitas sorgum (Sorghum bicolor) di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2030 dan 2050, dengan menggunakan skenario iklim SSP245 dan SSP585.
Analisis kesesuaian agroklimat dilakukan melalui pendekatan kesesuaian lahan metode FAO dan pemodelan CLIMEX. Hasil menunjukkan bahwa saat ini sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk dalam kategori sesuai untuk budidaya sorgum. Skenario perubahan iklim SSP245 dan SSP585 menyebabkan perubahan nilai Ecoclimatic Index dan kelas keseuaian di beberapa wilayah untuk tahun 2030 dan 2050. Wilayah Utara dan Barat seperti Karawang, Indramayu, Subang dan Sukabuni memiliki kesesuaian lahan yang relatif stabil dan tinggi, sehingga berpotensi sebagai wilayah prioritas pengembangan sorgum.
Pemodelan regresi linier berganda dengan variabel curah hujan, suhu minimum, dan kelembapan relatif maksimum menghasilkan proyeksi spasial produktivitas sorgum di Jawa Barat, dengan potensi tinggi pada wilayah dataran tinggi dan menengah, serta lebih rendah di pesisir utara. Rekomendasi yang dihasilkan bersifat indikatif dan perlu diverifikasi melalui pengamatan lapangan, integrasi faktor edafik, serta pemodelan yang lebih holistik untuk mendukung perencanaan pengembangan sorgum di masa depan.
Temuan ini menunjukkan bahwa sorgum memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai tanaman tahan iklim di Jawa Barat. Sorgum juga dapat diintegrasikan sebagai tanaman sela pada lahan sawah tadah hujan selama musim kemarau. Namun, pengembangan sorgum menghadapi kendala nyata di tingkat lapangan, terutama terkait pemasaran dan jaminan harga. Studi kasus di Desa Janggala, Kabupaten Ciamis, menunjukkan bahwa tanpa dukungan pemerintah yang komprehensif, termasuk jaminan harga dan kemitraan pasar, petani enggan melanjutkan budidaya sorgum meskipun hasil panen cukup baik.
Berdasarkan hal tersebut, pengembangan sorgum di Jawa Barat memerlukan pendekatan holistik yang menggabungkan evaluasi agroklimat, pemodelan produktivitas, penerapan pola tanam adaptif, serta peran aktif pemerintah dalam mendukung aspek hilirisasi, pemasaran, dan perlindungan ekonomi petani. Dengan demikian, sorgum dapat menjadi komoditas alternatif yang berkelanjutan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketahanan pangan.
