| dc.description.abstract | Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sangat rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di kawasan gambut selama musim kemarau. Untuk mengatasi masalah ini, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dilakukan pada 28 Juni - 10 Juli 2023, dengan tujuan meningkatkan curah hujan dan mengurangi risiko kebakaran. Penelitian ini menganalisis dampak implementasi TMC terhadap curah hujan, Tinggi Muka Air Tanah (TMAT), dan distribusi titik panas (hotspot). Analisis dilakukan dengan membandingkan data curah hujan CHIRPS selama periode TMC dengan data curah hujan historis 15 tahun, mengevaluasi perubahan TMAT menggunakan uji-t berpasangan, serta menganalisis distribusi temporal dan spasial hotspot MODIS. Hasil utama menunjukkan keberhasilan TMC dengan peningkatan curah hujan sebesar 43% dibandingkan rata-rata historis (100 mm menjadi 143 mm pada 2023). Peningkatan ini berdampak langsung pada kenaikan Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) secara signifikan (p-value = 0,01), dari -0,70 m menjadi -0,61 m selama operasi TMC, dan terus membaik hingga -0,57 m setelah TMC. Dampak paling krusial teramati pada pengendalian hotspot. Analisis temporal menunjukkan jumlah hotspot berhasil ditekan dari 12 titik pada periode sebelum TMC menjadi 11 titik selama TMC berlangsung. Setelah TMC dihentikan, jumlah total hotspot meningkat signifikan menjadi 33 titik. Analisis spasial menunjukkan kemunculan hotspot dengan konsentrasi tertinggi teramati di wilayah non-gambut, sementara area gambut yang sebelumnya menjadi lokasi kemunculan hotspot kini relatif terlindungi. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan dampak TMC sebagai strategi mitigasi karhutla di Kalimantan Barat melalui peningkatan curah hujan yang terukur dan perlindungan spesifik terhadap ekosistem gambut yang rentan. | |