Show simple item record

dc.contributor.advisorSumardjo
dc.contributor.advisorAmanah, Siti
dc.contributor.advisorAnwas, E. Oos M.
dc.contributor.authorMadonna, Metha
dc.date.accessioned2025-07-29T02:07:33Z
dc.date.available2025-07-29T02:07:33Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166084
dc.description.abstractIndonesia berulangkali mengalami bencana wabah penyakit menular seperti pes (1910), difteri (2010), malaria (1852) dan Covid-19 (2020). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat 1.051.795 jiwa meninggal akibat Covid 2021. Faktor tidak tertanganinya wabah penyakit menular karena minimnya fasilitas medis, klinik pengobatan dan Puskesmas, belum berkembangnya industri farmasi berdampak minimnya pasokan obat, vaksin, dan peralatan medis serta rendahnya kesadaran masyarakat. Membangun ketahanan kesehatan masyarakat menjadi langkah pencegahan primer yang relevan. Permasalahannya keterbatasan tenaga penyuluh fungsional bidang kesehatan, dan diperlukan metode penyuluhan yang relevan dengan masyarakat masa kini. Penelitian menunjukkan media komunikasi digital berbasis internet menjadi alternatif penyuluhan akseleratif (Sumaedi, 2021) dan potensi kader kesehatan sebagai penyuluh swadaya dalam penelitian Sutrisna (2021). Penelitian ini bertujuan menganalisis implementasi cyber extension pencegahan penyakit menular, peran penyuluh swadaya dalam mengimplementasikan cyber extension, proses penerimaan dan pemanfaatan cyber extension oleh penyuluh swadaya serta merumuskan strategi mobilisasi penyuluh swadaya untuk menyelenggarakan cyber extension. Guna menjawab pertanyaan penelitian mengenai mekanisme cyber extension bidang kesehatan digunakan teori belajar sibernetik (Pask dan Scott), teori strukturasi (Giddens) untuk menganalisis peran dan fungsi penyuluh swadaya dalam implementasi cyber extension, Model UTAUT untuk menganalisis proses penerimaan teknologi oleh penyuluh swadaya. Studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Jagakarsa merupakan wilayah yang paling sering diterpa wabah penyakit menular di Jakarta Selatan. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara dilakukan kepada 55 informan kunci kader kesehatan di Kelurahan Jagakarsa (Lokus 1), Kelurahan Lenteng Agung (Lokus 2) dan Kelurahan Srengseng Sawah (Lokus 3) yang ditetapkan secara sengaja dengan teknik snowball. Dikonfirmasi wawancara delapan informan pendukung dari kalangan birokrat, praktisi, pemerhati dan penerima manfaat. Data sekunder diperoleh dari dokumen, arsip dan publikasi ilmiah yang relevan. Analisis data dilakukan melalui klasifikasi data (koding), reduksi dan kondenisasi data dalam bentuk narasi, tabel dan gambar. Hasil penelitian implementasi cyber extension sudah berjalan melalui website, media sosial dan aplikasi interaktif seperti WhatsApp dan Zoom Meeting. Diselenggarakan oleh Pemerintah, Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun influencer dan kader kesehatan yang dilakukan secara parsial namun sifatnnya masih sebatas menyebarkan informasi dan sarana koordinasi. Peran penyuluh swadaya signifikan menyasar target penyuluhan dan penerima manfaat sekaligus menyentuh khalayak luas. Proses penerimaan dan pemanfaaan cyber extension oleh kader berlangsung baik sesuai ekspektasi kinerja dan ekspektasi usaha, pengaruh sosial dan fasilitas pendukung yang tersedia. Strategi yang perlu dilakukan Pemerintah dalam rangka memobilisasi penyuluh swadaya untuk menyelenggarakan cyber extension: (1) pemetaan wilayah dan kelompok masyarakat tertentu yang rentan diterpa wabah penyakit menular, (2) penilaian tentang urgensi, relevansi dan perencanaan realisasi diselenggarakannya cyber extension berbasis masyarakat, (3) pelatihan peningkatan kecakapan digital bagi penyuluh dengan konsep Training of Trainer (TOT), (4) pendampingan pasca pelatihan oleh profesional, (5) monitoring dan evaluasi dilakukan secara reguler dan konsisten oleh tim yang dibentuk secara kolektif, (6) daya dukung berupa tersedianya materi penyuluhan kesehatan serta fasilitas internet, dan (7) penghargaan berupa insentif atau sejenisnya. Implikasi praktis penelitian menunjukkan urgensi penyelenggaraan cyber extension melalui website, media sosial atau aplikasi interaktif lain sebagai media penyuluhan yang akseleratif, menjangkau khalayak luas namun memiliki aspek kognitif, afektif dan perilaku. Mobilisasi penyuluh swadaya di wilayah berpotensi wabah atau berstatus KLB perlu disiapkan dalam bentuk pelatihan untuk melakukan penyuluhan melalui media komunikasi digital berbasis internet sebagai inovasi cyber extension berbasis masyarakat untuk membangun ketahanan kesehatan publik. Implikasi akademis pemanfaatan cyber extension berbasis masyarakat perlu dikomparasi kualitas maupun capaian hasilnya dengan cyber extension yang diselenggarakan oleh Pemerintah (ASN) atau swasta. Disimpulkan bahwa cyber extension relevan dan perlu diimplementasikan pada wilayah dan kelompok masyarakat yang rentan diterpa wabah penyakit menular. Peran penyuluh swadaya signifikan dalam penyampaian pesan mengenai pencegahan dan penanganan penyakit, serta pendampingan. Penerimaan dan pemanfaaan cyber extension memenuhi empat konstruk yaitu ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh sosial dan fasilitas pendukung. Mobilisasi penyuluh swadaya untuk menyelenggarakan cyber extension disiapkan melalui tujuh tahapan yaitu pemetaan, penilaian, pelatihan, pendampingan, monitoring, daya dukung dan penghargaan.
dc.description.sponsorshipUniversitas Bhayangkara Jakarta Raya
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePemanfaatan Cyber Extension Berbasis Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Menular di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatanid
dc.title.alternativeUtilization of Community-Based Cyber Extension in the Prevention of Infectious Diseases in Jagakarsa District, South Jakarta.
dc.typeDisertasi
dc.subject.keywordcyber extensionid
dc.subject.keywordpencegahan penyakit menularid
dc.subject.keywordpenyuluh swadayaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record