Populasi Mikrob dan Cacing Tanah pada Lahan Agroforestri Suku Badui
Date
2025Author
MAULANA, RIAN
Widyastuti, Rahayu
Sanjaya, Wilhelmus Terang Arga
Metadata
Show full item recordAbstract
Praktik agroforestri suku Badui dilakukan secara tradisional tanpa pupuk dan
pengolahan intensif, namun potensi pengaruhnya terhadap kesehatan tanah belum
banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kimia dan
biologi tanah pada berbagai umur pengelolaan agroforestri di lahan masyarakat
suku Badui. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif eksploratif di lahan pertanian
suku Badui Luar di Desa Cibungur, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak,
Banten, dengan pengambilan sampel pada empat umur pengelolaan lahan: 0, 1, 3,
dan 5 tahun, dan lahan monokultur sebagai pembanding. Parameter biologi yang
dianalisis meliputi populasi mikrob tanah, populasi dan biomassa cacing tanah, dan
respirasi tanah. Parameter kimia tanah meliputi pH tanah, C-organik, N-total, dan
rasio C/N. Hasil menunjukkan bahwa agroforestri umur 3 dan 5 tahun memiliki
populasi organisme tanah dan kualitas kimia tanah lebih baik dibanding lahan
monokultur dan agroforestri fase awal. Analisis komponen utama
mengelompokkan agroforestri 3 dan 5 tahun dalam kuadran yang berkorelasi positif
dengan indikator kesehatan tanah. Temuan ini menunjukkan bahwa praktik
agroforestri tradisional yang dilakukan secara kontinyu mampu mendukung
pemulihan biologis dan kesuburan tanah, serta dapat dijadikan model pengelolaan
lahan berkelanjutan berbasis kearifan lokal.
Kata kunci: Analisis komponen utama, kesehatan tanah, monokultur, tradisional The Badui tribe's agroforestry practices are carried out on a subsistence
basis without fertilizers or intensive cultivation, but the potential impact on soil
health has not been widely studied. This study aims to analyze the chemical and
biological characteristics of soil at various ages of agroforestry management on
Badui tribal land. The study was conducted as a descriptive exploratory study in
Cibungur Village, Leuwidamar Subdistrict, Lebak District, Banten, with soil
samples collected at four management ages: 0, 1, 3, and 5 years, and monoculture
land as a control. The biological parameters analyzed included soil microbial and
fungal populations, earthworm populations and biomass, and soil respiration. The
chemical parameters included soil pH, organic carbon, total nitrogen, and C/N
ratio. The results showed that agroforestry at 3 and 5 years of age had better soil
organism populations and soil chemical quality compared to monoculture land and
early-stage agroforestry. The first principal component in multivariate analysis
explained 64.4% of the variation and grouped 3- and 5-year-old agroforestry into
a quadrant positively correlated with soil health indicators. These findings indicate
that continuous subsistence agroforestry practices can support biological recovery
and soil fertility and can serve as a model for sustainable land management based
on local wisdom.
Keywords: monoculture, principal component analysis, soil health, traditional
agroforestry.
