Analisis Rantai Nilai Kopi Arabika di Kabupaten Bandung
Date
2025Author
Nesia, Khairina Aswita
Nurmalina, Rita
Muflikh, Yanti Nuraeni
Metadata
Show full item recordAbstract
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dan penyumbang devisa
terbesar keempat setelah kelapa sawit, karet, dan kakao. kopi mampu menambah
devisa negara, menjadi sumber pendapatan bagi jutaan petani kecil, mengurangi
pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Provinsi Jawa
Barat merupakan salah satu penghasil kopi utama di Indonesia. Biji kopi dari daerah
ini dikirim ke berbagai negara untuk dinikmati para konsumen kopi. Kabupaten
Bandung merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi terbesar di Jawa Barat.
Kualitas kopi arabika dapat dicapai dengan menstandarkan aktivitas para pelaku
dalam rantai nilai kopi yang berkaitan pada proses penanaman, pengolahan, dan
pengendalian mutu kopi arabika yang dihasilkan agar tetap terjaga mutunya.
Saluran pemasaran pada rantai nilai kopi arabika di Kabupaten Bandung
memiliki beberapa saluran pemasaran yang tentunya melibatkan aktor yang berbeda
dalam setiap rantai pemasaran, sehingga hal ini berdampak pada nilai dari kopi
arabika yang berbeda karena untuk produk yang dipasarkan terdapat beberapa
bentuk yaitu cherry, gabah, greenbean, roasted bean, kopi bubuk, dan minuman
kopi. Hal ini akan memengaruhi penerimaan setiap aktor pada rantai pemasaran
yang dilihat dari besaran nilai tambah pada setiap rantai dengan adanya perbedaan
harga pada produk yang sama, sedikitnya pengolahan kopi menjadi kopi bubuk dan
bentuk ekspor kopi regular yang tentunya dengan harga yang lebih rendah
dibanding kopi specialty. Rantai nilai merupakan strategi yang dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mengoptimalkan seluruh aktor yang terlibat dalam proses
input hingga output dan sampai kepada konsumen akhir. Tujuan dari penelitian ini
adalah: 1) Mengidentifikasi pemetaan rantai nilai kopi arabika di Kabupaten
Bandung; (2) Menganalisis tata kelola rantai nilai kopi arabika di Kabupaten
Bandung; (3) Menganalisis kinerja rantai nilai kopi arabika di Kabupaten Bandung;
dan (4) Menentukan Upgrading rantai nilai kopi arabika di Kabupaten Bandung.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung pada 6 Kecamatan yang
ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu Kecamatan Ciwidey, Rancabali,
Pangalengan, Cimaung, Paseh, Ibun. Kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada
bulan Juni-Agustus 2023. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan menggunakan kuisioner yang ditujukan kepada responden yang
terlibat dalam produksi kopi dari hulu hingga hilir yang meliputi petani kopi,
kelompok tani, koperasi, pedagang, pengolah, eksportir serta aktor lain yang dapat
memberikan informasi tambahan terkait rantai nilai kopi arabika. Data sekunder
bersumber dari jurnal ilmiah, penelitian terdahulu, artikel, data BPS, data
Kementrian Pertanian, dan sumber lain yang mendukung penelitian.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non probability
sampling, yaitu dengan metode purposive sampling, dan snowball sampling.
Jumlah responden pada penelitian ini yaitu 135 petani. Proses penentuan sampel
pada 6 Kecamatan yang terdiri dari 9 Desa yaitu Desa Lebak Muncang, Cipelah,
Pulosari, Margaluyu, Warnasari, Campakamulya, Drawati, Loa, dan Laksana.
Pengambilan sampel pada penelitian dilakukan dengan penyebaran sampel secara
merata di setiap desa yaitu 15 petani kopi arabika yang ditentukan secara sengaja
untuk dijadikan sampel penelitian. Untuk responden lainnya seperti pedagang,
kelompok tani, koperasi, pedagang kecil, pedagang besar, dan eksportir belum
diketahui jumahnya karena proses pemilihan dilakukan secara snowball sampling
dengan mencari informasi berupa rujukan untuk sampel yang diperlukan yang
bersumber dari sumber data primer dalam hal ini adalah petani kopi arabika di
Kabupaten Bandung.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif (deskriptif) dan
kuantitatif dengan mengkaji rantai nilai kopi arabika di Kabupaten Bandung baik
itu dari proses produksi hulu hingga konsumen akhir. Data kualitatif digunakan
untuk menganalisis dan menginterpretasikan pemetaan, tata kelola, dan upgrading.
Data kuantitatif yang digunakan untuk menghitung nilai tambah dan sebagai
penjelas serta penguatan data kualitatif. Analisis tata kelola rantai nilai dilakukan
berdasarkan pada tiga variabel utama yaitu komplaksitas, kodifikasi, dan
kapabilitas. Analisis kinerja rantai nilai dilakukan dengan analisis margin rantai
nilai untuk menghitung selisih dan laba setiap pelaku dalam rantai nilai dengan
menggunakan perhitungan margin pemasaran rantai nilai (ACIAR 2012).
Upgrading dari pelaku dalam rantai nilai ada empat tipe, yaitu: upgrading proses,
produk, fungsi, dan rantai/antar sektor.
Pelaku yang terlibat pada rantai nilai kopi arabika Kabupaten Bandung yaitu
petani, kelompok tani, koperasi, pedagang kecil, pedagang besar, eksportir, dan
coffeeshop. Aktivitas yang dilakukan pelaku rantai nilai yaitu produksi, pascapanen
& pengolahan, pemasaran pada produk cherry, gabah, greenbean, dan kopi bubuk.
Terdapat 6 aliran rantai nilai kopi arabika di Kabupaten Bandung yaitu (1) petani kelompok tani-pedagang kecil-pedagang besar-eksportir; (2) petani-koprasi pedagang besar-eksportir, (3) petani-pedagang kecil-pedagang besar-eksportir; (4)
petani-kelompok tani-koperasi-coffeeshop/konsumen; (5) petani-koperasi coffeeshop/konsumen; (6) petani–kelompok tani-koperasi–eksportir. Struktur tata
kelola kopi arabika Kabupaten Bandung merupakan tipe modular yaitu
kompleksitas tinggi, kodifikasi tinggi, kapabilitas tinggi. Pada tipe modular, petani
yang berperan sebagai produsen kunci tidak terlalu bergantung pada pembeli.
Namun, adanya hubungan kerjasama antar pelaku rantai nilai atas dasar
kepercayaan dan saling menguntungkan.
Kinerja rantai nilai dengan pemetaan nilai tambah pada setiap aktivitas
berbeda dan tidak merata. Penambahan nilai disesuaikan dengan proses yang
dilakukan. Pada panen dan pascapanen melakukan penambahan nilai yang cukup
tinggi karena proses pengolahan cherry menjadi greenbean cukup panjang.
Penambahan nilai dari penyediaan input menuju produksi yang dilakukan oleh
petani lebih kecil dibanding pemasaran yang dilakukan oleh eksportir. Upgrading
rantai nilai kopi Arabika Bandung dapat dilakukan dengan pendekatan yang
komprehensif meliputi perbaikan di sisi proses produksi, pengolahan dan fasilitas
pengolahan, serta ekspansi pasar ke tingkat internasional.
Collections
- MT - Economic and Management [3183]
