Status Rizobwm Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Kedawung (Parkia Timoriana (Dc.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur
Abstract
Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di kawasan Taman Nasiooal Meru Betiri Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1977, 1978, 1980, 1989) dalam Zuhud dkk (1994) menetapkan Kedawung sebagai jenis tumbuhan obat hutan tropika Indonesia yang banyak. digunakan untuk fitofarmaka dan obat tradisional. Pemanfaatan K.edawung sebagai simplisia obat terutama pada bagian biji. Biji Kedawung berkbasiat untuk mengobati penyakit nyeri haid, kholera, diare. masuk angin, penguat Iambung dan tuka, serta mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, glukosa dan garam-garam alkali. Berdasarkan surat edaran Ditjen POM Depkes No. 765/DD-DR/V/92 Kedawung sudah semakin terancam keberadaannya karena belum ada upaya pembudidayaannya. Apabila kondisi ini dibiarkan tanpa upaya-upaya konservasi. maka dikhawatirkan akan menyebabkan kepunahan bagi Kedawung. Rizobium merupakan bentuk asosiasi antara bakteri bintil akar dengan aka! legum. Bentuk asosiasi ini ditampilkan secara fisik da1am bentuk nodul yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Oi dalam bintil akar tersebut mikroba ini mampu secara kimia menambat nitrogen bebas (N2) dari atmosfer dan merubahnya menjadi amonia (NH3) yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman inang (host) untuk pertumbuhannya. Sedangkan mikroba sendiri memperoleh kaIbobidrat sebagai sumber energi. Keberadaan rizobium pada K.edawung sebagai spesies yang termasuk kelompok tanaman legum sampai saa1 ini belum diketahui Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) adalah salah satu tipe cendawan pembentuk mikoriza yang akhir-akhir ini cukup populer dan mendaplt perhatian daD para ahli lingkungan dan biologis, sebagai salah satu alternatif teknologi pupuk biologis untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas, dan kualitas tanaman hufan terutama yang difanam pada lahan-Iahan marginal yang kurang subur. CMA memiliki peran yang cukup penting, yaitu: memperbaiki nutrisi tanaman dan meningkatkan pertumbuhan, sebagai pelindung hayati (bio-protecton), meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan, terlibat dalam siklus bio-geo-kimia, sinergis dengan ntikroorganisme lain. dan mernpertahankan keanekaragaman tumbuhan (Setiadi, 1999). Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui status rizobium dan CMA pada Kedawung (Parkia timoriana), dan untuk mengetahui keanekaragaman CMA di rizosfer Kedawung yang mmbuh di habitat alam Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. Penelitian ini rnenggunakan contob tanah dan akar dari bawah tegakan Kedawung di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur dan dilanjutkan dengan perlakuan di LaboratoriUffi Bioteknologi Kehutanan di Pusat Penelitian Bioteknologi lnstitut Pertanian Bogor. BintiJ _ sebagai petunjuk adanya rizobium tidak dijumpai poda Kalawung, baik pada tingkat pohon maupun tingkat anakan. I""'g"_' ...... CMA poda Kalawuog menggunakan sampel _ dan tanah komposit Iangsung dati lapangan untuk. dibuat preparat, dan melakukan metode trapping dengan menumbuhkan tanaman inangPuerarlajavanica pada sampel tanah komposit dari lapangan. Persentase infeksi akar yang terjadi pada ~tiap sampel pobon Kedawung di alam sangat bervariasi. Penentase infeksi yang tettinggi adalah pacta P41 (pabon Kedawung bemomor 41) dengan nilai persentase sebesar 16.74%. Sedangkan nilai persentase yang terendah terdapat pada P26, P33 dan PI 00, yaitu O. Nilai infeksi yang teIbesar terdapa1 pacta A3I (anakan pada nomor pobon 31) sebesar 65.74%. Sedangkan nilai persentae terkecil dimiliki oleh A41 dan A52 sebesar O. Pemeriksaan infeksi CMA terhadap pobon Kedawung basil trapping diperoleb data jwnlah infeksi tertinggi pada P55 (pabon Kedawung dengan nomor pohon 55) sebesar 100%. Sedangkan jumlah terkecil terdapat pada P52 sebesar 2.56%. Juml.ah infeksi terbesar pada sampel anakan basil traPPing terdapat pada A52 sebesar 92.09010. Ser!angJomjumlah infeksi terkecil terdapat pada A14 sebesar 4.26%. Perhitungan persentase infeksi CMA di dalam akar menWljukkan nilai tertinggi pada P55 basil trapping dengan nilai sebesar 100%, dan nilai terendah pada P26, P33 dan PIOO dengan nilai 0 tanpa melalui trapping. Jumlah spora yang terbanyak terdapat pada P55 sebesar" 51 spora/50 gram contoh tanah. Sementafa terdapat beberapa sampel yang tidak dijumpai spora, yaitu pada P2, P14, P26, P29, P30, P33, P41, PSt. PS2, P54, P99, PIOO, PI02 dan P103. Pada tingkat anakan, jumlah spora terbanyak terdapat pada A29 sebesar 59 spora/50 gram contoh tanah. Sedangkan beberapa sampel juga tidak dijumpai spora, yaitu A2, A31, A41, A44, A51, A52. A54, A55 dan Al02. HasH pengamatan memperlihatkan bahwa jumlah spora terbanyak yaitu pacta A29 (59 spora/50 gram contoh tanah) dan P55 (51 sporaf50 gram contob tanah). A29 memiliki solum tanab yang daIam, dengan kondisi vegetasi non pohon berupa bangban, tepusan, bambu dan semak.. Sedangkan P55 memiliki kondisi tanah yang kering dengan vegetasi semak. rotan dan tumput. Komparasi antara data infeksi CMA dan populasi spora dir.eroleh data menunjukkan bahwa tanaman dengan jumlah spora terbesar, yaitu pacta A29, temyata tidak berarti persentase infeksi akamya terbesar pula A29 memiliki persentase infeksi akar sebesar 89.29%. Persentase infeksi akar tertinggi dimiliki oleh P55 (100%), meskipun sampel ini hanya memiliki jumlah spora 51 spora/50 gram contoh tanah. HasH pengamatan ini menunjukkan bahwa pada Kedawung terdapat 3 genus CMA yang menginfeksi akar, yaitu Acaulospora, Glomus dan Gigaspora, sedangkan genus yang lainnya, yaitu Archaeospora, Paraglomus, &lerocysh·s, Scutellospora dan Entrophospora tidak ditemukan. Pada sampel Kedawung tingkat pohon. genus yang terlihat mendominasi adalah Glomus dengan total jumlah spera 80 spora Sebaran sporn yang paling sempit adalah genus Gigaspora, yaitu sebesar I spora.