Show simple item record

dc.contributor.authorSolikhin, Ali
dc.date.accessioned2010-05-08T08:23:38Z
dc.date.available2010-05-08T08:23:38Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/16426
dc.description.abstractJab merupakan salah satu jenis tanaman komersial yang telah lama dikembangkan di berbagai tempBt. ()i Indonesia, jab telah dl perkenalkan sejak 400 hingga 600 tabun yang sHam terutama banyak dikembangkan di daerah Jawa serta di sebagian daerah iainnya seperti pulau Muna dan lain·lain. Salah satu kesulitan yang dlhadapi da1am pengeloiaan dan pengembangan hutan tanaman jati ialah ketersediaan bibit yang relatifterbatas baik dan segi jumlah maupun dari segi waktu ketersediaannya. Selama ini penyediaan btbit .latl mengandalkan pada bibit daTi bijt, yang memiliki persen kecambah yang rendah dan tersedia hanya pada bulan-bulan tertentu. Untuk membantu mengatasi rnasalah tersebut, maka perbanyakan tanaman secara vegetatif menjadi salah satu altematif utama karena pembiakan vegetatif memiliki keuntungan yaitu a) OOpat menghasilkan bibit dalamjomlah besar, b) menghasilkan keturunan yang sifat dan penampakannya serupa dengan induknya, dan c) tidak dibatasi oleb waktu_ Salah sam bentuk pembiakan vegetatif ada1ah stek Salah satu jcnis stell. yang ada iaIah stek pucuk. Teknik joi merupaka teknik yang relatif mudah dan murah untok dikefJakan. Kebefhasilan tekna. ini akan sangat ditentukan oleh faktor media perakaran dan pcnggunaan hormon pengatur tumbuh, terutama yang rnampu merangsang pertumbuhan akar, dan metode pemberian normonnya. Selain itu, keberhasilan penyediaan bibit dari stek yang baik dan berjwnlah besar juga akan dipengaruhi oleh k~aan bahan stck. Dalam hal ini diperlukan adanya somber bahan stek berupa kebun pangkas khusus untuk penyediaan bahan stekjati. Penanganan dan pengelolaan kebun pangkas yang balk dthatapkan dapat membantu meningkatkan kebethasilan penyediaan biM jati yang berkualitas dan dalam J urn lah yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan jati untuk distek dengan menggunakan teknik stek pucuk dengan memberikan perlalruan media pemkaran, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan lama perendamaan dalam ZPT. Penelitian inl juga bertujuan untule: mengetahui pengelolaan kebun pangkas jab yang ideal sebagai sumber bahan steknya. Han muneul tunas merupakan han pertama kall tunas muneul dari setiap unit JUi. Parnmeter ini berfungsl untuk menentukaJJ kecepatan awal dari pertunasan, dimana semakin cepat tunas muncul mal.a semakin besar kesempatan untuk berkembang lebih dahulu dan sebaliknya .. Hal ini terhhat baik pada pemangkasan ke-l maupun pemangkasan ke-2. Tren pemangkasan ke-l menunJukan bahwa tetjadi penurunan rata-rata panjang tunas untulc: kenaikan bari kemunculan tunas. Tunas yang muneul lebih awal memiliki kecenderungan untule: mempunyal tunas yang lebih panjang dari pada tunas yang muneul belakangan. Pada bali ke-4 rata-rata panjang tunas adalah 5,50 em dan kemudian tesjadi penwunan hingga mencapai 3,50 em di akbir minggu ke-4. Pada pemangkasan ke-2 Juga menunjukan pola yang sarna, dimana han pertama kali tunas muneul mlah han ke 5 dengan panjang tunas 5,98 em kemudian terns menurun hmgga mencapai 3,00 em di akhif mioggu ke4. Adanya pola penurunan hari bertunas int dlduga terjadi karena keterbatasanJumlah ham di dalam polybag tempat tanaman. Polybag beserta medianya tidak diganti dari pemangkasan ke-l sampai pemangkasan ke-2, dan juga tidak dilakukan pemupukan. Artinya dengan ukumn tempat tumbuh yang tetap, maka jumlah ham yang ada di dalamnya juga terbatas. Mara yang ada sudah banyak terpakai pada pemangkasan ke-l, sehmgga pada pemangkasan ke-2 butuh waktu yang lehih lama bagi wunnan untuk biss bertunas. Secara umum, perkembangan jumlah tunas baik pada pemangkasan Ire-I maupun pemangkasan ke-2 menunjukan peIlUfUDan jumlah dari minggu ke minggu. Data pada Tabel 5 menunjubut adanya pola penurunan jumlah tunas yang masih hidup pada setiap mmggunya. Pada pemangkasan ke-l jumlah tunas pada minggu ke-l berjumlah 410 buah tunas, peda minggu ke-2 turon menjadi 246 buah tunas, pada minggu ke-3 turun lagi men]adi 199 buah tunas dan pada minggu terakhir turon menjadi 197 buah tunas. Dernikian Juga halnya dengan pemangkasan ke-2, pada minggu pertama berjumlah 291 buah tunas turon pada mlOggu ke-2 berjumlah 254 buah tunas, pada minggu ke-3 betjumlah 226 buah tunas, dan pada akhir minggu ke-4 Jumlah tunasnya hanya 195 booh tunas. Ini berarti terjadi penurunann yang culrup besac dari jumJah tunas yang ada pada minggu ke-l. Adanya pola penurunan ini terjadi karena banyak tunas dari unit tanaman pengamatan yang mati. yang diduga karena adanya mekanisme bertahan bidup dan keterbatasan ham. Mekanisme benahan hidup ini bempa pemilihan tunas terteotu uotuk tetap tumbuh dari set:iap unit tanaman jati, dan mengunmgi suplai nutrisi terhdap tunas lain yang tidak: terpilih. Ini dilakukan oleh tanaman karena adanya keterbatasan hara dan nutrisi yang dibutuhkan, sehingga tanaman akan lebih mudah uotuk tumbuh dan berkembang dengan jumlah tunas yang tidak terlalu banyak. Akibatnya, jumlah tunas akan semakin berkurang seiling dengan pertambahan waktu. Secara umum, pemangkasan ke-I dapat menghasilkan tunas yang lebih panjang dibandingkan dengan pemangbsan ke-2. Pemangkasan ke-l memihki mlai rata-rata panjang tunas 0,24 em, 2,07 em, 3,30 L'I1l, dan 4,58 em pada minggu ke-I, ke-2, ke-3 dan ke-4 secara berturut-turut Sedangkan pada pemangkasan ke-2 mta-rata panjang tunas mencapai 0.23 em, 1,11 em. 2,08 em dan 3,14 em pada minggu ke-I, kc-2, ke-3 dan ke-4 secara berturut-turut Jumlah U1"11t tanaman dengan panJang tunas lebih dati 2 em yang dihasilkan oleh pernangkasan ke-l adalah sebesar 161 unit dan pada pemaogkasan ke-2 berjumlah 160 unit tanaman. Jumlah unit terbanyak palla pemangkasan ke-l bemda pada kisamn panjang tunas 4,1 em - 5 em. sementam. pada pemangkasan ke-2 berada pada kisaran 3,1 em - 4 em. TerlihalJuga pada Tabe16, bahwa pemangkasan ke-2 menghasilkan lebih banyak Jumlah umt tanaman dengan kisaran panjang tunas rendah sedangkan pemangkasan ke-llebih banyak menghasilkan jumlah unit tanaman dengan kisamn panjang tunas yang lehih besar. Demikian Juga dengan rata-rata paI1Jang tunas akhir yang dibasilkan oleb pemangkasan satu leblh besar dan pada yang dihasilkan oleh pemangkasan ke-2 yaitu sebesar 4,58 em untuk pemangkasan ke-l dan 3,14 em untuk pemangkasan ke-2. Pada pemangkasan ke-l meml1ikI potens) produksi yang lebih besar dan pada potensi produksi pada pemangkasan ke-2. Patensi produksi tunas jati yang dihasilkan pada pemangkasan ke-l adalah sebanyak 1,15 buah tunas per unit jati dengan rata-rata: panjang tunas adalah 4,58 em, Sedangkan untuk pemangkasan ke-2 memiliki potens! produksi jumlah tunas sebesar 1,14 bush tunas per unit jati dengan rata-rata panJang tlln8Snya sebesar 3,14 em. Apabila digabungkan dan dl.lata-makan secara keseluruhan maka potensi produksi basil tunas jail adalah sejumlah 1,14 buah tunas setiap kali pemangkasan per unit Jatl dengan panJang rata-rata tunas sebesar 3,86 em. Pada penelitian ini kisaran suhu yang ada di lingkungan tempat slel adaJah 25" - 2'1' C, sementara suhu di Iingkungan luar berkisar 27" - 30" C. Hal im berarti suhu yang ada di ruangan tempat stek berada sudah optunal untuk keberhasilan stek. Pada penelitian ini kisaran kelembahan yang tercatat selama penelitian bedangsung adalah 94 % sampal Q6 %. Kisamn ini berada di atas angka lelembaban yang dianjurkan untuk dipertahankan agar stek mampu membentuk akar yaitu 90 %. Hal ini berarti falctor kelembaban sudah cukup mendukung secara optimal terltadap keberbasilan stek yang dilakukan, Dari data yang diperoleh da1am penelirian mi, didapatkan bahwa untuk faktor media tidak betpengaruh nyata dalam tamf95% terbadap keseluruhan parameter yang diamatl, Demikian juga halnya dengan basil uji Duncan yang dilakukan terbdap faktor media untuk keseluruhan paI3meter yang diamati. T erlihat bahwa tidal ada perbedaaan yang nyata antara media campuran pasir dengan kompos dan media campman antara tanah dan kompos. Sehingga bisa dikatakan bahwa penggunaan media stek dengan campuran pasir dan kompos atau dengan campuran tanah dan kompos ndak berbeda nyata. Konsentrasi IDA yang dipergunakan dalam penelititan ini adalah 100, 300, 500, dan 0 ppm sebagai kontrol. Dati basil uji sidik ragam didapatkan bahwa faktor ZPT ini berpengaruh nyata terhadap keseluruhan parameter pengamatan (persen hidup, persen berkhallus, persen berakar, panjang akar, dan jumlah altar). Sedangkan dari hasil uji Duncan didapatkan babwa levellwnsentrasi honnon yang terbaik adalah kontrol untuk: seluruh parameter, Lama perendaman berpengaruh nyata pada parameter pers.en hid up, persen berkhallus dan persen betatar, dan jumlah skaT sedangkan pada panunete!' panjang akat tidak berpengaruh nyata. DaTi hasil uji Duncan untuk seluruh parameter didapatkan bahwa untuk level lama peTendaman terbaik adalah perendaman selama 1 menit. Hal ini berarti bahwa semakm tinggi level lama perendaman menghasilkan keberllasilan stek yang semakin berkunmg, serungga ha1 ini bertent:angan denga:n hipotesis awal tentang lama perendarnan dalam larutan hormon. Dari hasH diatas didapat bahwa peningkatan level fuktor lama perendaman untuk seliap level hormon tidak selalu meningkatkan keherhasilan stele Hal im diduga teJjadi karena pengaruh dari sifat alkohol sebagai pelarul yang sekaligus sebagiU desinfectan yang bersifat toxic. Tnteraksi antara ketiga faktor yaitu fa1ctor media. pemberian honnon (ZPT) dan lama perendaman merupakan perlakuan keseluruhan dari semua hltor perlakuan yang di teliti. Dati hasil uji sldlk ragam sepern yang drtunJukan oleh tabel 8 didapatkan bahwa interaksi. antara ketiga f3ktor tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter persen hidup, persen bedhallus dan panjang akar yang diamati, sedangkan pada parameter persen berakar dan Jum lah akar tidak berpengaruh nyata. Untuk pammeter persen hidup dan persen berkhallus didapat bahwa level interaksi terbaik kenga faktor tersebut adalah AIB4CI dan A2B2CI dengan mlai tengah yang sarna. Untuk parameter persen berakar didapat bahwa level interaksi yang terbaik adalah Al B4C3. Demikian juga halnya dengan parameter Jumlah akar menghasilkan level interaksi tertinggi ketiga f3kt0r tersehut adalah AIB4C3. Untuk pammeter panjang akar didapat level interaksi A2B3C2 sebagai level interaksi yang terbaik. Dan keseluruhan data pengaruh interaksi riga &ktor terlihat bahwa untuk keseluruhan parameter yang diamati mala kontrol (B4) seWu menempati nilai tertinggi hila dibandingkan dengan perlakuan faktor pemberian konsentrasi honnon yang lain. Sedangkan &ktor lama perendaman menghasilkan level pemedaman selama 1 menit sebagai level terbaik untuk seluruh parameter kecuali jumlah akar, dan untuk faktor media perakaran yang tidak. herpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diarnati. maka hal ini berani bahwa penyetekanjati dengan menggunilin metode ini kurang berhasil. Ini juga bisa dilihat dari rendahnya persentase beJakar yang dihasilkan oleh stek dan seluruh perlakuan (nilai tertinggi adalah 34,56%). Rendahnya keberhasilan penyetakan im diduga karena pengaruh dari alkohol yang dipergunakan sebagai pelarut ZPT yang dipergunakan. Alkohol yang bersifat korosif (konsentrasi 1eb.ih dari 70%) dan desinfectan dan toksik akan merusakjanngan tanaman terlebihJarmgan tanaman yang masih muda. Sedangkan dalam penelitian ini yang dipergunakan adala.b bahan tanaman yang masih muda.. sehingga diduga banyak sekali jaringan tanaman yang rusak karena pereodaman daIam alkohol yang lama.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleStudi Tentang Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Dan Pengelolaan Kebun Pangkas Jati (Tectona Gralfllis L.F)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record