| dc.description.abstract | Tanaman kapas berproduksi pada minggu ke-16. Hingga minggu ke-12 (buah pertama merekah), tanaman kapas membutuhkan ketersediaan air yang cukup. Salah satu metode yang tepat untuk menduga periode kelebihan atau kekurangan air dalam tanaman adalah analisis neraca air. Dalam penelitian ini di duga tingkat kekeringan tanah dengan menggunakan perhitungan indeks penyimpangan kelengasan tanah serta memprakirakan besar dan waktu kejadian indeks anomali tersebut pada periode selanjutnya. Daerah yang diuji adalah Jenu (Tuban), Takiran (Lamongan). Wongsorejo (Banyuwangi) dan Tongas (Probolinggo) dengan menggunakan data curah hujan dan suhu mingguan serta data tanah masing-masing daerah.
Indeks penyimpangan kelengasan (Z) dapat bernilai positif maupun negatif. Waktu kejadian indeks penyimpangan kelengasan positif/negatif mirip dengan waktu kejadian selisih positif/negatif antara presipitasi dengan evapotranspirasi potensial (P-PE), Besar nilai Z positif hampir sama dengan besar nilai P-PE positif, sedangkan nilai Z negatif tebih rendah daripada nilai P-PE negatif. Hal ini terjadi karena indeks penyimpangan kelengasan menghitung akumulasi kekurangan air dalam tanah, sedangkan P-PE hanya bersifat temporer. Berdasarkan hasil penelitian, waktu kejadian Z positif sama dengan waktu kejadian peluang 60% kejadian hujan 30 mm yang merupakan landasan Ballitas Malang untuk menentukan masa tanam kapas. Dengan demikian nilai Z positif dapat dijadikan juga sebagai landasan penanaman tanaman kapas.
Hasil pemodelan ARIMA masing-masing daerah menunjukkan bahwa model tidak hanya dapat diterima secara statistik tetapi juga dapat diterima secara kenyataan di lapangan. Berdasarkan model diduga bahwa masa tanam di Takiran dapat dimulai pada minggu ke 45, pada minggu ke 49 untuk daerah Tongas dan Wongsorejo. Sedangkan untuk daerah Jenu, penanaman tanaman kapas tidak dianjurkan. | id |