Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza dan Pupuk P pada Tanaman Bawang Daun di Andosol Wonoboyo, Temanggung.
Date
2025Author
SYIFA, SAYYIDATUL ALFI
Hazra, Fahrizal
Fitriyani, Indri Hapsari
Metadata
Show full item recordAbstract
Bawang daun (Allium fistulosum L.) merupakan komoditas bernilai
ekonomi tinggi yang memiliki potensi ekspor terutama ke pasar Asia Timur. Di
Indonesia tanaman ini umumnya dibudidayakan di dataran tinggi, terutama pada
jenis tanah andosol. Namun, budidayanya pada tanah andosol menghadapi
tantangan berupa rendahnya ketersediaan fosfor akibat fiksasi oleh mineral tanah
dan sistem perakaran tanaman yang dangkal. Penelitian ini bertujuan mengetahui
aplikasi pupuk hayati mikoriza dan pupuk P terhadap pertumbuhan vegetatif dan
generatif bawang daun, sifat kimia tanah, serapan hara tanaman, infeksi akar, serta
identifikasi jenis dan jumlah spora mikoriza. Penelitian dirancang menggunakan
RAK faktorial dua faktor: mikoriza (0 dan 500 kg/ha) dan pupuk P (0 dan 200
kg/ha). Hasil menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada 12 dan 13 MST berbeda
nyata antar perlakuan, di mana perlakuan mikoriza tanpa pupuk P (M1P0)
menghasilkan tinggi tanaman secara signifikan lebih tinggi dibanding kontrol dan
kombinasi M1P1. Parameter pH dan KTK tanah juga berbeda nyata antar perlakuan,
dengan kontrol menunjukkan nilai tertinggi dan M1P1 terendah. Selain itu, tidak
terdapat perbedaan signifikan pada serapan hara NPK tanaman di setiap
perlakuannya. Perlakuan M1P0 memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan
dan produktivitas tanaman, serta menghasilkan jumlah spora mikoriza dan tingkat
infeksi akar tertinggi dengan genus spora dominan adalah Glomus. Scallion (Allium fistulosum L.) is a high value horticultural commodity with
export potential, particularly to East Asian markets. In Indonesia, it is commonly
cultivated in highland areas, especially on andosol soils. However, cultivation on
andosols faces challenges due to low phosphorus availability caused by fixation by
soil minerals and the plant’s shallow roots. This study aimed to evaluate the
application of mycorrhizal biofertilizer and P fertilizer on the vegetative and
generative growth of scallion, soil chemical properties, nutrient uptake, root
infection, and the identification of mycorrhizal spore types and counts. The
experiment was arranged in a factorial randomized block design with two factors:
mycorrhiza (0 and 500 kg/ha) and P fertilizer (0 and 200 kg/ha). The results showed
that plant height at 12 and 13 weeks after planting differed significantly among
treatments, with the sole mycorrhiza treatment (M1P0) producing taller plants than
the control and M1P1. Soil pH and cation exchange capacity also differed
significantly, with the control having the highest values and M1P1 the lowest. There
were no significant differences in NPK uptake across treatments. M1P0 provided
the best results in plant growth and productivity, with the highest spore count and
root colonization by mycorrhiza, with Glomus as the dominant genus.
