Show simple item record

dc.contributor.advisorSudarnika, Etih
dc.contributor.advisorLukman, Denny Widaya
dc.contributor.authorSaukhan, Falih Prenata
dc.date.accessioned2025-07-05T04:30:32Z
dc.date.available2025-07-05T04:30:32Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/164002
dc.description.abstractAvian influenza (AI) merupakan penyakit zoonotik yang masih mengancam kesehatan manusia. Penyakit AI yang disebabkan virus avian influenza (avian influenza virus) yang menginfeksi unggas dan menular ke manusia melalui unggas tertular penyakit. Kasus penularan AI pada manusia masih dilaporkan di seluruh dunia. Sepanjang tahun 2003–2023 telah dilaporkan 882 kasus penyakit AI subtipe H5N1, dengan 461 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Kasus AI pada manusia di Indonesia telah dilaporkan sebanyak 200 kasus AI antara tahun 2005– 2017, dengan 168 kasus di antaranya menimbulkan kematian. Sebagai salah satu tempat yang berperan dalam rantai pasok perdagangan unggas, pasar unggas hidup menjadi sumber potensial untuk penularan virus avian influenza pada manusia dan hewan. Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak erat antara unggas, pedagang unggas hidup, dan konsumen. Kondisi tersebut menjadi ancaman terhadap kesehatan masyarakat, karena berisiko menjadi sumber penularan penyakit AI terutama di lingkungan pasar tradisional. Salah satu kelompok yang berisiko tertular penyakit tersebut adalah pedagang unggas hidup yang menjual unggas di lingkungan pasar tradisional. Oleh karena itu diperlukan intervensi untuk mencegah penularan penyakit terhadap kelompok tersebut. Informasi terkait pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan penyakit AI pada pedagang unggas hidup diperlukan pada pedagang yang beraktivitas di lingkungan pasar tradisional di wilayah Bogor untuk menentukan strategi intervensi yang tepat. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas hidup terhadap penyakit AI, serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi secara langsung dan tidak langsung praktik pencegahan dan pengendalian penyakit AI pada pedagang unggas hidup di lokasi penjualan unggas hidup di pasar tradisional di Kota dan Kabupaten Bogor. Sebuah studi cross sectional dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas hidup terhadap penyakit AI, serta menentukan faktor-faktor yang memengaruhi praktik pencegahan dan pengendalian penyakit AI di lingkungan pasar tradisional. Sebanyak 30 orang pedagang unggas hidup menjadi responden penelitian, yang berasal dari tujuh pasar di Kabupaten Bogor dan tiga pasar di Kota Bogor. Data diambil melalui wawancara dan pengamatan praktik pedagang unggas. Koleksi data dilakukan dengan kuesioner dan checklist yang disusun secara terstruktur sebagai alat identifikasi pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas hidup terhadap penyakit AI. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi pedagang unggas hidup serta praktik pencegahan penyakit yang dilakukan pedagang, sedangkan analisis jalur dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan penyakit AI pada pedagang unggas hidup. Hasil penelitian terkait karakteristik pedagang unggas hidup menunjukkan mayoritas (93,0%) pedagang berusia dewasa dengan umur 18–59 tahun. Sebagian besar pedagang merupakan tamatan SMP (36,7%) dan SMA (33,3%). Mayoritas (56,7%) pedagang memiliki pengalaman berdagang unggas hidup selama 10–20 tahun. Sebagian besar (53,3%) pedagang menjual unggas hidup kurang dari 50 ekor per hari. Hasil analisis tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas terhadap penyakit AI menunjukkan mayoritas (60%) tingkat pengetahuan pedagang unggas hidup di pasar tradisional di wilayah Bogor terhadap penyakit AI berada pada kategori sedang. Hampir sebagian besar (90%) pedagang menunjukkan sikap positif terhadap penyakit AI, serta seluruh (100%) pedagang memiliki tingkat penerapan praktik pencegahan dan pengendalian penyakit AI pada pedagang pada kategori sedang. Lingkungan sosial suatu individu dapat memengaruhi tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang terhadap AI. Wawancara terkait penerapan praktik pencegahan dan pengendalian penyakit AI pada pedagang unggas dilakukan pada lima aspek pencegahan dan pengendalian penyakit, yaitu higiene dan sanitasi di lingkungan kios, biosekuriti hewan (unggas), higiene personal pedagang unggas, higiene dan sanitasi pada pemotongan dan penanganan unggas, serta edukasi penyakit. Hasil wawancara menunjukkan praktik pencegahan dan pengendalian penyakit AI pada pedagang unggas di Bogor masih belum dilakukan secara menyeluruh pada seluruh aspek pencegahan dan pengendalian penyakit, terutama pada aspek higiene dan sanitasi di lingkungan kios, higiene personal pedagang, dan biosekuriti unggas. Kesadaran pedagang untuk melakukan pelaporan juga sangat rendah mengingat hanya sebagian kecil (20%) pedagang yang akan melakukan pelaporan terhadap unggas yang menunjukkan gejala penyakit AI. Identifikasi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik pencegahan penyakit AI pada pedagang unggas hidup menggunakan analisis jalur. Hasil analisis menunjukkan, sikap pedagang terhadap penyakit AI berpengaruh secara langsung signifikan memengaruhi praktik pencegahan dan pengendalian penyakit AI pada pedagang unggas hidup di wilayah Bogor. Hasil analisis juga menunjukkan peran pengetahuan dan usia penyakit AI pada pedagang terhadap praktik pencegahan dan pengendalian AI, karena kedua peubah tersebut secara langsung memengaruhi sikap pedagang terhadap penyakit AI secara signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pedagang unggas memiliki tingkat pengetahuan terkait penyakit AI pada kategori sedang dan menunjukkan sikap yang positif terhadap keberadaan penyakit AI. Penerapan praktik pencegahan dan pengendalian penyakit AI berada pada kategori sedang yang ditunjukkan oleh belum menyeluruhnya penerapan praktik pencegahan dan pengendalian penyakit AI. Peubah sikap merupakan faktor yang berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap praktik pencegahan penyakit AI, sedangkan peubah pengetahuan dan usia memengaruhi praktik secara tidak langsung melalui peubah sikap. Dengan demikian maka peningkatan pengetahuan merupakan hal yang penting dalam pencegahan dan pengendalian penyakit AI. Penyusunan peraturan terkait pencegahan dan pengendalian AI di pasar tradisional, perbaikan sarana dan prasarana kios unggas, dan peningkatan kesadaran pedagang terkait praktik pencegahan dan pengendalian penyakit melalui kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) diperlukan agar praktik pencegahan penyakit AI dapat dilakukan secara maksimal sehingga dapat mengurangi risiko penularan penyakit AI pada pasar tradisional di wilayah Bogor. Kata kunci: avian influenza, kios unggas, pasar tradisional, pedagang unggas hidup, pencegahan dan pengendalian penyakit
dc.description.abstractAvian influenza (AI) is a zoonotic disease that continues to pose a threat to human health. AI is caused by the avian influenza virus, which infects poultry and can be transmitted to humans through contact with infected birds. Cases of AI transmission in humans are still reported globally. Between 2003 and 2023, a total of 882 human cases of H5N1 AI subtype were reported, resulting in 461 fatalities. In Indonesia, 200 cases were reported between 2005 and 2017, with 168 resulting in death. Live poultry market was an important place for poultry trade supply chain and thus represent a potential source for the transmission of avian influenza to both humans and animals. This situation poses a public health risk, particularly in wet market environments. Live poultry traders are among the high-risk groups for contracting the disease. Therefore, assessing their knowledge, attitudes, and practices (KAP) regarding AI is essential for formulating appropriate intervention strategies particularly for traders operating in the wet markets of the Bogor area. This study aimed to analyse the KAP of live poultry traders concerning AI disease and to analyse the factors that directly and indirectly affecting AI prevention practices among them. A cross-sectional study was conducted to assess the knowledge, attitudes, and practices of live poultry traders towards AI and to identify factors influencing prevention and control behaviours in wet market environments. This study 30 live poultry traders from seven wet markets in Bogor Regency and three in Bogor City. Data were collected through structured interviews and direct observations of traders' practices, using questionnaires and checklists. Descriptive analysis was used to determine demographic characteristics and disease prevention practices, while path analysis was conducted to determine the factors affecting AI-related knowledge, attitudes, and practices. The demographic characteristics revealed that most traders (93,0%) were adults aged 18–59 years. Most traders (36,7%) have completed junior high school (36,7%) and high school (33,3%). The majority (56,7%) had 10–20 years of experience in poultry trading, and over half (53,3%) sold fewer than 50 live poultry per day. KAP analysis indicated that majority of traders (60%) had a moderate level of knowledge about AI. All traders (100%) showed a positive attitude towards AI disease, and all (100%) demonstrated moderate levels of implementation of AI prevention and control practices. Social environment was found to influence the KAP levels among traders. The interviews covered five aspects of AI prevention and control: kiosk hygiene and sanitation, poultry biosecurity, personal hygiene of traders, hygiene and sanitation during slaughtering and poultry handling, and disease education. Results indicated that traders did not fully implement preventive measures across all five aspects, particularly in terms of kiosk hygiene and sanitation, personal hygiene, and poultry biosecurity. Awareness of disease reporting was also low — only 20% of traders stated they would report poultry showing AI disease symptoms. Path analysis was used to determine factors that influence AI prevention practices in live poultry traders. Path analysis revealed that traders' attitudes towards AI disease have a direct and significant effect on AI disease prevention and control practices. Furthermore, both knowledge and age indirectly influenced these practices by significantly affecting attitudes toward AI. In conclusion, poultry traders in the Bogor wet market exhibited moderate knowledge and practices, and universally positive attitudes regarding AI. The implementation of AI disease prevention and control practices is in the moderate category, which is indicated by the inadequate and inconsistent implementation of disease prevention and control. Attitude were found to be the most significant direct factor affecting prevention practices, while knowledge and age were influenced attitude directly. Thus, increasing knowledge is important in AI prevention and control. Drafting of regulations related to AI disease prevention and control in traditional markets, improving poultry kiosk facilities and infrastructure, and enhancing trader awareness through communication, information, and education (CIE) activities is essential to strengthen AI control and prevention efforts. Keywords: avian influenza, disease prevention and control, live bird market, live poultry traders, wet market
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengetahuan, Sikap, dan Praktik Pedagang Unggas tentang Penyakit Avian Influenza di Pasar di Bogorid
dc.title.alternativeKnowledge, Attitudes, and Practices of Poultry Traders Regarding Avian Influenza in Wet Markets in Bogor
dc.typeTesis
dc.subject.keywordpasar tradisionalid
dc.subject.keywordavian influenzaid
dc.subject.keywordkios unggasid
dc.subject.keywordpedagang unggas hidupid
dc.subject.keywordpencegahan dan pengendalian penyakitid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record