Show simple item record

dc.contributor.authorKhisbah, Ana
dc.date.accessioned2010-05-08T07:54:43Z
dc.date.available2010-05-08T07:54:43Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/16391
dc.description.abstractIndonesia termasuk negara yang memiliki keanekaragaman hayati berupa tumbuhan cbat yang sangat tinggi, yang diperkirakan terdapat di berbagai tipe hutan di Indonesia. Salah satu jenis tumbuhan cbat tersebut adalah pule pandak, yang banyak ditemukan di hutan jati. Pule pandak merupakan tumbuhan cbat Indonesia yang sangat terkenal karena khasiatnya dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, terutama penyakit tekanan darah tinggi. Penggunaan pule pandak sebagai bahan baku cbat, telah diakui oleh dunia. Di Amerika Serikat, tercatat bahwa dari 45 macam obat penting yang berasal dari tumbuhan hutan tropika, pule pandak dari Indonesia merupakan spesies penting dalam mengobati penyakit hipertensi di AS. Selain sebagai bahan obat penting di AS, pule pandak juga banyak diminta oleh negaranegara industri farmasi seperti Jepang, Prancis, Inggris, Jerman dan Swiss. Di Indonesia sendiri, pule pandak banyak dipakai untuk fitofarmaka dan obat tradisional. Keberadaan pule pandak di alarn saat ini sudah sangat jarang, bahkan tergolong langka. Kelangkaan pule pandak tersebut terutama disebabkan oleh faktor pemanenan di alarn yang tidak mengindahkan asas kelestarian, sementara usaha budidaya jenis tersebut belum pemah dilakukan. Sampai saat ini penelitian dan informasi mengenai potensi, penyebaran dan bioekologi serta teknik penangkaran tumbuhan obat masih sangat terbatas. Begitu pula yang terjadi pada tumbuhan pule pandak. Padahal informasi tersebut sangat dipedukan guna mendasari upaya pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan tumbuhan obat melalui budidaya jenis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian mengenai potensi dan poJa penyebaran tumbuhan obat pule pandak pedu dilakukan gWla melengkapi data dan literatur yang selama ini kurang memadai. Pemilihan jenis tumbuhan obat pule pandak (Rauvolfia serpentina) dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh kecenderungan meningkatnya pennintaan terhadap simplisia pule pandak, sementara keberadaan dan potensi jenis tersebut semakin jarang di alarn. Sedangkan alasan pemilihan lokasi penelitian di KPH Randublatung terutama di BKPH Selogender, karena lokasi tersebut merupakan salah satu daerah penyebaran alarni pule pandak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi dan pola penyebaran pule pandak (Rauvolfia serpentina) serta prospek budidayanya di wilayah RPH Selogender, BKPH Selogender, KPH Randublatung, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan rujukan dalam usaha pengembangan dan pelestarian tumbuhan obat pule pandak (Rauvolfia serpentina) di BKPH Selogender, KPH Randublatung, serta sebagai masukan bagi Perum Perhutani dalam rangka pengembangan jenis tersebut. Penelitian ini dilakukan di RPH Selogender, BKPH Selogender, KPH Randublatung, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah pada Bulan Februari sarnpai Maret 2003. Metode yang dilakukan dalarn penelitian ini adalah survei pule pandak dengan cara sensus di seluruh RPH Selogender, kemudian dilakukan pendugaan potensi akar pule pandak melalui beberapa sarnpel akar yang diambil. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur, wawancara dan observasi lapang. Analisis data dilakukan dengan menghitung potensi berat akar pule pandak di seluruh RPH Selogender melalui pendugaan, berdasarkan sampel pule pandak yang diambil. Rumus yang digunakan untuk melakukan pendugaan tersebut adalah regresi linier sederhana dan regresi eksponensial yang kemudian dicari persamaan terpilih berdasarkan nilai koefisien korelasi terbesar (r). Variabel bebas yang digunakan untuk pendugaan tersebut adalah tinggi dan diameter batang. Rumus-rumus tersebut adalah sebagai berikut: Persamaan Regresi Linear Sederhana. Variabel bebas : diameter, persamaannya: Y = a + b.D Variabel bebas : tinggi, persamannya : Y = a + b . T Penamaan Regresi Eksponensial Variabel bebas : diameter, persamaannya; Y = b D2 Variabel bebas : tinggi, persamaannya : Y ~ b 1" Jumlah pule pandak yang ditemukan di RPH Selogender adalah 1542 individu, yang tersebar dalam 7 KU dan 22 petak/anak petak. Dari jumlah tersebut, 256 individu (16,6%) merupakan anakan, 279 individu (18,1%) sedang berbuah, 16 individu (1,03%) sedang berbunga, 51 individu (3,3%) tanpa daun dan 50 individu (3,3%) merupakan individu yang bercabang. Jumlah biji yang dihasilkan adalah 10.016 buah atau 14,518Iha, yang terdiri dari 1.996 biji masak, 2.119 biji muda dan 5.901 calon biji. Pule pandak paling banyak ditemukan di KU IV, yaitu sebanyak 412 individu, dan paling sedikit ditemukan di KU I, yaitu sebanyak 60 individu. Hal tersebut karena dari iuasan, KU IV mempunyai luas paling besar, sehingga kemungkinan ditemukannya pule pandakjuga lebih besar. Begitu pula sebaliknya dengan KU I. Kepadatan pule pandak tertinggi terdapat pada KU I (13 individulha), dan kepadatan pule pandak terendab terdapat pada KU V. Hal tersebut terjadi karena pada KU I tidak banyak ditemukan tumbuhan bawah yang dapat mengganggu pertumbuhan pule pandak. Selain itu, tanaman jati pada KU I baru berumur 5 tahun, sehingga prosentase pembukaan tajuknya relatif masih kecil, sehingga intensitas sinar matahari yang diterima KU I relatif besar. Kondisi habitat yang demikian sangat mendukung pertumbuhan pule pandak yang dalam hidupnya sangat membutuhkan areal yang terbuka, panas dan agak kering. Sementara itu, rendalmya kepadatan pule pandak di tegakan jati KU V, disebabkan petak/anak petak yang terdapat pada KU V hampir seluruhnya ditumbuhi tumbuhan bawah dengan kerapatan tinggi dan beraneka macam, sehingga menyulitkan dan membatasi penulis dalam pengambilan data. Kondisi tempat tumbuh yang demikian sangat tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan pule pandak: yang menyukai habitat terbuka dan tidak ternaungi. Diperkirakan pule pandak: tidak banyak dijumpai di tempat-tempat dengan kondisi lapang yang demikian. Pule pandak tidak ditemukan di KU II, karena KU II merupakan tegakan mahoni yang serasah daunnya cukup teba!. Serasah daun mahoni tersebut sukar terurai, dan kondisi yang demikian dapat mengganggu pertumbuhan pule parndak: Jumlah pule pandak terbanyak terdapat di kelas bonita 3, dan paling sedikit terdapat di kelas bonita 4,5. Sedangkan pule pandak dengan kepadatan tertinggi terdapat di kelas bonita 4,5, dan pule pandak dengan kepadatan terendah terdapat di kelas bonita 3,5. Di kelas bonita 1 tidak ditemukan pule pandak sarna sekali. Hal tersebut karena kelas bonita 1 merupakan tanarnan mahoni yang serasah daunnya sangat teba!. Seperti telah dijelaskan di atas, mahoni merupakan tumbuhan yang menggugurkan daunnya, dan daun tersebut sukar terurai sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tumbuhan bawah terutama pule pandak Pendugaan berat akar pule pandak dilakukan dengan pendekatan pengukuran variabel bebas diameter batang dan tinggi. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan terpilih yang dapat digunakan untuk menduga potensi berat akar pu1e pandak. Persamaan terpilih tersebut didasarkan pada besarnya koefisien korelasi yang dihasilkan dari persamaan-persamaan yang digunakan untuk pendugaan. Persamaan terpilih tersebut adalah Persamaan Regresi Linier Sederhana dengan variabel bebas diameter batang, yaitu : Y (gram) ~ -4,543807 + 36,468882 D (em), dengan dengan koefisien korelasi (r) sebesar 74,18%. Dari hasil perhitungan berdasarkan persamaan terpilih di atas, diduga berat kering akar pule pandak yang terdapat di seluruh RPH Selogender adalah sebesar 6703,561 gram, atau sekitar 6,7 kg. Dengan demikian potensi berat akar pule pandak di RPH Selogender hanya sebesar 9,72 graro/ha atau 0,00972 kg/ha, Dari jumlah tersebut, potensi herat akar paling banyak terdapat di KU VIII, yaitu sebesar 1984,48 gram dan paling sedikit terdapat pada KU I, yaitu 369,22 gramlha. Hal tersebut karena pule pandak yang ditemukan di KU VIII paling banyak dibandingkan dengan KU lainnya. Selain itu pule pandak yang ditemukan rata-rata memiliki diameter batang yang besar, sehingga berat akar yang dihasilkanjuga besar. Sementara itu sedikitnya potensi berat akar pule pandak di KU I, karena jumlah pule pandak yang ditemukan di KU I paling sedikit dibandingkan KU lainnya. Potensi berat akarlha paling besar terdapat di KU I, yaitu 80,27 gram/ha dan paling sedikit terdapat di KU V, yaitu 3,62 gram/ha. Hal tersebut karena dari segi luas, KU I mempunyai luas paling kecil, yaitu hanya 4,6 ha, sementara itu KU V mempunyai luasan yang eukup besar yaitu 126,3 ha, sementara pule pandak yang ditemukannya sedikit. Apabila dihitung secara ekonomi, maka nilai potensi akar pule pandak di RPH Selogender, BKPH selogender saat ini hanya sebesar Rp 267.840,00 - Rp 334.800,00. Nilai tersebut diperoleh dengan eara mengalikan seluruh potensi berat akar pule pandak di RPH Selogender yang diperoleh berdasarkan hasil pendugaan yaitu sebesar 6,7 kg, dengan harga jual pule pandak di KPH Randublatuog yang besaroya antara Rp 40.000,00 - Rp 50.000,00/ kg. Nilai tersebut sangat keeil sekali sehingga sangat tidak memungkinkan apabila dilakukan kegiatan pemanenan pule pandak secara besar, karena selain tidak ekonomis, kegiatan pemanenan pule pandak seeara hesar di RPH Selogender tersebut hanya akan mempereepat ketiadaan pule pandak di kawasan tersebut. Oleh karena itu tindakan yang paling mendesak dilakukan saat ini adalah melakukan kegiatan budidaya pule pandak di BKPH Selogender. Pule pandak yang ditemukan di lokasi penelitian sebagian besar ditemukan di tepi hutan, tepi jalanlalur maupun di tepi sawah dekat dengan perumahan penduduk. Pule pandak yang yang ada di RPH Selogender tersebut ditemukan dalam 641 temuan. Sebagian besar pule pandak ditemukan dalam keadaan mengelompok, dan lainnya ditemukan dalam keadaan tunggal. Pule pandak yang ditemukan dalam keadaan mengelompok banyak ditemukan di tepi alur/jalan, di tepi hutan, maupun di tepi sawah penduduk yang berbatasan dengan hutan. Sedangkan pule pandak yang ditemukan tunggal, banyak ditemukan di bagian dalam hutan. Hal tersebut diduga berkaitan dengan sifat pu1e pandak yang menyukai habitat terbuka dan panas, sehingga pule pandak yang bidup di tepi hutan, tepi alur/jalan maupun di tepi sawah mempunyai kemampuan berkembang yang lebih besar dibandingkan pule pandak yang terdapat di dalam hutan. Jumlah pule pandak terkecil yang ditemukan dalarn satu kelompok adalah 2, dan jumlah pule pandak terbesar yang ditemukan dalam satu kelompok adalah 58 individu, yang ditemukan di petak 106 (KU IV). Pule pandak yang ditemukan dalarn keadaan tunggal berjumlah 388 individu atau 25,16 %. Sisanya ditemukan dalam keadaan berkelompok. Pule pandak tertinggi yang ditemukan berukuran 35 cm, dan pule pandak terendah yang ditemukan berukuran 1 em, yang merupakan anakan pule pandak. Diameter pule pandak terbesar yang ditemukan adalab 0,6 cm, dan diameter terkecil ada1ah 0,04 cm. Rata-rata tinggi dan diameter pule pandak yang ditemukan adalah 8,9\ em, dan 0,244 em. Sebagian besar pule pandak yang ditemukan, daUlU1ya rusak akibat serangan u1at, bahkan 51 individu pule pandak (3,3 %) ditemukan dalam keadaan tidak berdaun sarna sekali. Dari kese1uruhan pule pandak yang ditemukan, 16 individu (1 %) sedang berbunga, dengan diameter bunga antara 24 em, 279 individu (18,1%) sedang berbuah, dengan diameter buah antara 2-6,5 cm, 50 individu (3,24 %) bereabang dan 256 individu (16,6 %) merupakan anakan. Kondisi pille pandak yang dijumpai di lapangan banyak yang mengalarni patah pada ujung batang. Hal itulah yang menyebabkan pule pandak tertinggi yang ditemukan hanya bertinggi 35 em. Keadaan tersebut diperkirakan akibat kegiatan penggembalaan ternak oleh penduduk setempat. Penduduk biasanya menggembalakan temak di tempat-tempat yang banyak ditumbuhi pule pandak seperti tepi hutan, tepi alur, tepi jalan maupun tepi sawah, sehingga pule pandak yang tumbuh di tempat-tempat tersebut banyak yang patah akibat terinjak-injak oleh ternak. Dari 25 sampe1 pule pandak yang diambil, panjang akar rata-rata adalah 37,6 em, dan rata-rata perbandingan antara panjang akar dengan tinggi pule pandak adalah 73. Dari 25 ,ampe! pule pandak yang diambil, berat basah bagian bawah tumbuban (akar) lebih besar dibandingkan bagian atas tumbuhan. Rata-rata berat basah akar adalah 16,9 gram, dan rata-rata berat basah bagian atas tumbuhan adalah 4,57 gram. Dengan demikian perbandingan antara berat basah akar dengan berat basah bagian atas tumbuhan adalah sekitar 4 : 1. Sedangkan rata-rata herat kering akar adalah 6,58 gram dan rata-rata berat kering bagian alas tumbuhan adalah 1,05 gram, sehingga perbandingan berat kering akar dengan berat kering bagian atas tumbuhan adalab 6 : 1. Hal tersebut menurut Sandra (1997) disebabkan alokasi makanan dari basil fotosintesis lebih banyak dialirkan ke bagian akar dibandingkan bagian tumbuhan yang lain. Pule pandak telab dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai obat tekanan darah tinggi, pegal linu, tonikum, gangguan jantung, dan sebagai obat eacing dan penambah nafsu makan pada ternak. Bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan adalah akar, kulit akar dan biji. Pemanfaatan bagian tumbuhan yang lain seperti daun dan batang belum pernah dilakukan. Prospek pengembangan dan budidaya pule pandak di BKPH Se10gender sangat bagus. Hal terse but diantaranya karena 1). BKPH Selogender merupakan habitat alami pule pandak, sehingga dari aspek ekologis sudah mendukung dan usaba dalam meneari benih dan bibit mudab. 2) Ketersediaan baban pupuk untuk budidaya pule pandak besar, karena sebagian besar masyarakat di sana beternak, selain itu tumbuhan kirinyu yang banyak mendominasi lokasi juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. 3) Masyarakat sekitar BKPH Se10gender telab eukup lama mengenal tumbuhan pule pandak, sehingga masyarakat dapat dilibatkan dan diajak kerjasama dalam kegiatan budidaya tersebut. Selain itu di desa sekitar telab terbentuk Kelompok Tani Hutan (KTH), sehingga semakin besar kemungkinan terbentuknya kaetjasama antara Perhutani dengan masyarakat melalui kegiatan PHBM. Saran yang bisa diberikan oleh Penulis bagi pihak yang terkait dalam hal ini Perum Perhutani KPH Randublatung antara lain: Perlu segera dibangun usaha budidaya pule pandak di KPH Randublatung, terutama di wilayah BKPH Selogender, dengan tujuan untuk memenuhi bahan baku pule pandak maupun sebagai sarana pelestarian dan konservasi jenis tersebut. Selain itu perlu dilakukan pemanenan pule pandak pada KU yang akan diteres. Hal tersehut untuk menghindari hilangnya pule pandak secara percuma akibat tindakan pembakaran laban oleh penduduk yang akan memanfaatkan laban teresan. Perlu juga dilakukan inventarisasi pule pandak di RPH lain, maupun di BKPH lain yang menjadi habitat alami pule pandak, serta perlunya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya tindakan konservasi terhadap pule pandak.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePotensi Tumbuhan Obat Pule Pandak (Rauvoljia Serpentina Benth.) Di Rph Selogender, Bkph Selogender Kph Randublatungid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record