| dc.description.abstract | Metana adalah salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang penting disamping CO₂, CFC dan N₂O yang mempengaruhi pemanasan atmosfer bumi. Budidaya padi sawah merupakan sumber utama metana hingga mencapai 15% (25 hingga 170 juta ton per tahun). Penggenangan air akan menyebabkan terjadinya fermentasi bahan organik dalam suasana anaerbik yang menghasilkan gas metana dari sawah.
Produksi dan emisi metana dari sawah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: penggenangan air, jenis tanah, varietas padi dan teknik budidaya padi sawah.
Penelitian ini bertujuan mengukur fluks metana dari sawah vertisol beririgasi. Pada penelitian varietas padi yang digunakan adalah varietas padi IR 64, dengan teknik irigasi sebagaimana yang dilakukan oleh petani penggarap sawah.
Penelitian ini dilaksanakan di Sawah Pembibitan Balai Benih Tani Makmur, Desa Cihea, Kecamatan Bojong Picung, Kabupaten Cianjur Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 April hingga 20 Agustus 1996. Daerah penelitian bertipe iklim B menurut Schimidt dan Ferguson. Luas lahan sawah yang digunakan 130 m² untuk sawah sering kering dan 140 m² untuk sawah sering tergenang, dengan jarak tanam 20 cm. Metana diambil dari sawah dengan menggunakan sungkup yang terbuat dari bahan fiber glass dan alat suntik (syringe) pada waktu 0, 5, 10, 15 dan 20 menit setelah disungkup. Hasil penelitian menunjukan terjadi variasi fluks metana selama periode penanaman padi. Variasi tersebut dipengaruhi oleh suhu udara, tanah, jumlah bahan organik dan masa pertumbuhan tanaman padi. Terlihat jelas penurunan fluks metana yang drastis setelah minggu ketiga setelah tanam pada kedua sawah (sawah sering kering maupun sawah sering tergenang). Fluks metana selama periode tanam untuk sawah sering kering pada minggu ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, ke-9, ke-11 dan ke-13 berturut-turut 30.31 mg/m²/jam, 32.41 mg/m²/jam, 3.40 mg/m²/jam, 0.95 mg/m²/jam, 0.09 mg/m²/jam, 0.12 mg/m²/jam dan -0.18 mg/m²/jam. Sebaliknya fluks metana selama periode tanam untuk sawah sering tergenang pada minggu ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, ke-9, ke-11 dan ke-13 berturut-turut 43.75 mg/m²/jam, 42.05 mg/m²/jam, 14.90 mg/m²/jam, 8.36 mg/m²/jam, 0.18 mg/m²/jam, 0.23 mg/m²/jam dan -0.01 mg/m²/jam. Kondisi air yang relatif banyak pada sawah sering tergenang daripada kondisi air sawah sering kering menyebabkan fluks metana yang dihasilkan pada sawah sering tergenang relatif lebih tinggi daripada fluks metana yang dihasilkan sawah sering kering. Suhu tanah yang relatif lebih tinggi pada kedalaman 5 cm untuk sawah sering tergenang daripada suhu tanah sawah sering kering menyebabkan fluks metana yang dihasilkan sawah tergenang relatif lebih tinggi daripada fluks metana yang dihasilkan sawah sering kering. Fluks metana yang dihasilkan pada kedua sawah (sawah sering kering dan sawah sering tergenang) cenderung menurun seiring dengan pertambahan umur tanaman padi. Hasil gabah padi pada berbagai ulangan yang dihasilkan sawah sering tergenang relatif lebih tinggi daripada hasil gabah padi yang dihasilkan sawah sering kering menyebabkan fluks metana pada sawah sering tergenang relatif lebih tinggi daripada fluks metana yang dihasilkan sawah sering kering. | id |