Pengelompokan Jenis Berdasarkan Model Penduga Riap Diameter Pohon Pada Rutan Alam Bekas Tebangan (Studi kasus Di BPH PT. Putraduta Indah Wood, Jarobi)
Abstract
Indonesia memiliki hutan hujan tropis yang dicirikan dengan besamya jumlah keanekaragaman jenis pohon. Masing-masing jenis pohon memiliki sifat pertumbuhan yang berbedabeda termasuk riap diameternya yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor tempat tumbuh yang berbeda-beda. Penyusunan model penduga riap diameter untuk masing-masing jenis kurang praktis karena banyaknya jumlah model penduga riap diameter yang harns disusun. Kendala lain dalam penyusunan model penduga riap diameter tiap, jenis adalah keterbatasan data. Sehingga dibutuhkan suatu pengelompokan jenis pohon ke dalam ~berapa kelompok berdasarkan kesamaan model penduga riap diameter. Model penduga riap diameter kelompok jenis ini dapat menerangkan riap diameter masing-masing jenis anggota keiompok Melalui pengelompokan jenis maka jenis-jenis yang memiliki keterbatasan data dapat diduga riap diameternya dengan cara praktis. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari basil pengukuran pada Petak: Ukur Pennanen (PUP) yang dikumpulkan dan telah divalidasi oleh Kelompok Peneliti Biometrika Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Data tersebut merupakan basil pengukuran pada satu seri PUP yang dibuat pada petak tebang nomor E 7 di areal Hutan A1am bekas tebangan area1 kerja HPH PT. Putraduta lndah Wood, Jambi. PUP yang digunakan sebanyak sebanyak 4 unit, yaitu PUP 2, 3, 4, dan 9 dengan luas masing-masing PUP 1 hektar. Pada masing-masing PUP telah dilairukan 6 kali pengukuran dengan selang waktu ±1 tabun yang dimulai pada tabun 1995 sampai tabun 2000. Pengelompokan jenis dilakukan dengan model-model hipotesis bagi bentuk hubungan riap diameter dengan diameter, kerapatan tegakan, luas bidang dasar, dan interaksinya untuk setiap jenis Ada 8 model yang dapat dipergunakan dalam membentuk bubungan in~ yaitu 1) Ln Y=1to + al Ln D + a2 DN + E. 2) Ln Y == ao + al Ln D + a2 D + E, 3) Ln Y= Ito + al Ln Dl + a2 DN + E, 4) Ln Y= ao + alLn D + a2 Dl + E, 5) Y= Ito + al D + a2 D2 + E, 6) Y= ao + al DN + a2 D2 + E. 7) Y= ao + al Ln D + a2 (Ln Di + E, 8) Log (Y + 0.2) = ao + al log(BA) + a2 D + a3 log(D) + E . Berdasarkan basil uji peranan peubah bebas melalui uji F, dipilih model yang akan digunakan untuk pengelompokan jenis. Model yang akan dipakai untuk pengelompokan jenis tersebut dipilih berdasarkan jumlah jenis yang significant dengan model tersebut, model tersebut sederhana sehingga lebih praictis, dan mewakili jenis-jenis yang ada. Model yang dipilih untuk pengelompokan jenis adalah modell, model 2, modelS, model 6, dan model 7. Pengelompokan jenis dilakukan melaiui uji F berpasangan antara setiap jenis dengan jenis yang berada di urutan sesudahnya. Pengurutan jenis ini didasarkan pada urutan jumlah jenis terbesar hingga yang terkecil. Uji F-berpasangan dilakukan untuk masing-masing model terpilih dengan taraf nyata 5%. Pengelompokan ini dilakukan dengan memilih model yang memiliki nilai penambahan JKS yang terkecil.. untuk model dengan FhiwIIg<Ftabel . Tahap ini dilakukan untuk model yang terpilih dan menghasilkan pengelompokan jenis sementara. Berdasarkan perbandingan nilai JKS terkecil dari semua pengelompokan jenis sementara model terpilih, dihasilkan 11 kelompok jenis. Yaitu kelompok I (Xylopia sp.), kelompok 2 (Ganua motleyana Pierre), kelompok 3 (Planconia valida BL+/lex cymosa BL.), kelompok 4 (Urandra scorpioide.~ O.Ktze+Castanopsis sp.), kelompok 5 (Shorea macrantha Brandis), kelompok 6 (Cantleya curnicuJata Howard), kelompok 7 (Tetramenasta glabra Miq+Santiria lfUvigata BL), kelompok 8 (!lex sp.+Gluta renghas L.), kelompok 9 (CoJomus optimuS+Dacryoides rostrata H.J.L.), kelompok 10 (KerlikH;ugenia sp.), dan ke1ompok 11 (Duno carinatus Mast). Model gabungan yang telah tersusun diuji keabsahannya melaiui uji F-berpasangan antara model gabungan dengan masing-masing anggota kelompok model gabungan tersebut. Pengujian tahap pertama ini dilakukan untuk kelompok model gabungan yang memiliki anggota lebih dari satu jenis. Model gabungan dapat diterima apabila Fhirung model gabungan < Ftabd atau kedua jenis tersebut dikatakan tidak berbeda nyata. Kelompok model gabungan yang memiliki jumlah anggota satu jenis dilakukan uji F-berpasangan antara kelompok jenis tunggal yang satu dengan lainnya yang memiliki model sarna. Model gabungan tersebut dapat diterima apabila Fhitung model gabungan > Ftabel atau kedua jenis tersebut dikatakan berbeda nyata. Pendugaan CAl diameter rata-rata setiap kelompok diperoleh dengan menggunakan model gabungan dari masing-masing kelompok menghasilkan nilai untuk kelornpok 1) 0,392 cmlth dengan selang 0,334-0,449 cmlth (CV=35,983%), 2) 0,402 cmlth dengan selang 0,343-0,462 cmlth (CV=I2,632%), 3) 0,380 cmlth dengan selang 0,321-0,440 cmlth (CV=22,230%), 4) 0,374 cmlth dengan selang 0,313-0,435 cmlth (CV=17,503%), 5) 0,385 cm/th dengan selang 0,281-0,490 cmIth (CV=21,438%), 6) 0,354 cmlth dengan selang 0,255-0,452 cmlth (CV=lO,OSJ%), 7) 0,360 cmlth dengan selang 0,282-0,438 cmlth (CV=1O,092%), 8) 0,038 cmlth dengan selang 0,030-0,045 cmlth (CV=84,540%), 9) 0,366 cmlth dengan selang 0,279-0,452 cmlth (CV=1O,165%), 10) 0,382 cmlth dengan selang 0,268-0,497 cmlth (CV=12,730'%), dan 11) 0,366 cmlth dengan selang 0,178-0,555 cmlth (CV=8,953%).
Collections
- UT - Forest Management [2836]