Analisis Neraca Air Dan Pendugaan Hasil Panen Tanaman Kapas (Gossypium Sp.)
Abstract
Peningkatan kebutuhan sandang menyebabkan konsumsi serat kapas meningkat. Kebutuhan ba-han baku tekstil tersebut belum terpenuhi karena produktivitas kapas dalam negeri masih rendah. Kapas Indonesia sebagian besar ditanam di lahan tadah hujan setelah jagung. Kekeringan yang se-ring terjadi dapat diketahui sebelumnya dengan melakukan analisis neraca air lahan maupun neraca air tanaman.
Penelitian ini dilakukan di BALITTAS Malang mulai Nopember 1991 sampai Februari 1992. Data sekunder dari daerah pengembangan kapas Sulawesi Selatan diolah dengan metode simulasi komputer. Analisis meliputi perhitungan fase pertumbuhan, evapotranspirasi tanaman dan keadaan air tanah. Analisis selanjutnya menghitung pendugaan hasil panen. Tujuan penelitian ini untuk me-ngetahui kebutuhan air tanaman kapas, keadaan air tanah selama satu musim tanam dan saat tanah kering untuk pemberian irigasi. Tujuan lain yaitu merencanakan waktu tanam agar diperoleh hasil panen yang optimum.
Daerah pengembangan kapas Sulawesi Selatan dibagi dua wilayah, Timur dan Barat. Obyek penelitian meliputi empat kabupaten Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Bulukumba. Masing-masing kabupaten dipilih dua lokasi stasiun curah hujan.
Topografi daerah yang pegunungannya memanjang Utara Selatan menyebabkan keadaan perta-naman kapas di kedua wilayah berbeda. Semua lokasi obyek penelitian termasuk tipe iklim tropis. Unsur iklim; suhu udara dan radiasi matahari berfluktuasi kecil, tetapi curah hujannya berfluktuasi besar. Hal ini sangat mempengaruhi pertanaman kapas baik pertumbuhan maupun hasil panennya.
Penanaman kapas di wilayah Timur lebih awal yaitu antara minggu keempat Desember sampai minggu kedua Februari. Kapas di wilayah Barat ditanam sekitar minggu keempat Februari sampai minggu pertama Maret. Periode tumbuh atau masa panen bagi pertanaman kapas di wilayah Timur lebih cepat berkisar 111121 hari (3.5-4 bulan).
Tanaman kapas di wilayah Timur lebih pendek selang fase perkembangannya. Kebutuhan air tanaman selama periode tumbuh lebih banyak untuk pertanaman di wilayah Barat. Kebutuhan air tiap fase perkembangan mengikuti suatu pola peningkatan dengan satu puncak pada fase tertentu.
Sulawesi Selatan mempunyai tiga pola curah hujan tahunan. Kabupaten Takalar dan Jeneponto mengikuti pola hujan rezim Barat. Bulukumba berpola hujan rezim Timur, sedangkan Bantaeng mengikuti pola hujan transisi. Lokasi tanam wilayah Barat lebih tinggi curah hujan totalnya dan le-bih merata distribusinya..
Jenis dan tekstur tanah di daerah tanam Sulawesi Selatan sesuai untuk tanaman kapas. Daerah tanam kapas di wilayah Timur lebih terjamin air tersedianya. Keadaan defisit air saat puncak pem-bungaan atau pemasakan sering dialami oleh tanaman kapas di wilayah Barat.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, daerah tanam kapas bertipe iklim C dan D dengan 3-4 bulan basah dan 5-7 bulan kering. Tanaman kapas di wilayah Barat lebih membutuhkan irigasi pada saat pembungaan. Pertanaman kapas di wilayah Timur memerlukan irigasi sebelum hari ke-90 atau sebelum fase pembungaan.
Stres yang dialami tanaman kapas di wilayah tanam Sulawesi Selatan cenderung dise-babican faktor tanah yaitu kurang tersedianya air tanah pada fase tertentu, yaitu ketika terjadi stres saat puncak pembungaan dan atau saat pemasakan, sehingga hasil panen rendah. Hasil panen tinggi jika tidak terjadi stres, air dalam keadaan cukup atau surplus. Wilayah pertanaman kapas bagian Ba-rat hasil panennya yang lebih tinggi.
