| dc.description.abstract | Airbumi merupakan sumber daya yang berpotensi dalam menunjang kebutuhan hidup orang banyak. Salah satu bentuk pemunculan airbumi yang alami, dan terbentuk akibat adanya perpotongan dengan muka tanah adalah mata air. Pada saat ini, beberapa daerah resapan mata air (khususnya di Pulau Jawa) telah mengalami kerusakan yang mengkhawatirkan. Mata air di daerah Bogor, Purwokerto, dan Malang telah mengalami penurunan debit bila dibandingkan dengan kondisi tahun 1970 an. Terjadi penurunan nyata pada debit Mata Air Tangkil yang terletak di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor sejak tahun 1997 hingga 2004 (Aristyana, 2005). Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian terhadap berbagai faktor dinamis seperti perubahan tata guna lahan dan curah hujan, dan faktor statis seperti jenis tanah, litologi maupun sebaran akifernya. Kajian tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup detail mengenai keterdapatan, penyebaran, dan kapasitas mata air.
Tujuan penelitian ini adalah memetakan lokasi dan kapasitas dari informasi inventarisasi mata air di Kecamatan Cidahu, mengkaji variasi dari data deret waktu mata air yang memiliki rekaman dengan kurun waktu yang cukup panjang, dan membuat peta spasial dan penampang geologi mata air untuk mengidentifikasi daerah resapan.
Metode yang digunakan dalam penelitian mencakup pengolahan dan analisis data spasial dan non spasial. Data spasial berupa peta hidrogeologi akan memberikan informasi mengenai jenis tanah, litologi, dan sebaran akifer di daerah sekitar mata air. Kemudian, pengolahan data raster dari data citra satelit landsat. untuk menganalisa perubahan tutupan lahan tahun 1991 dan 2001 pada lokasi penelitian. Tahap berikutnya adalah pengolahan data non spasial yaitu data curah hujan dan debit mata air untuk mengetahui karakteristik statistik seperti nilai maksimum, minimum, dan rataan. Proses selanjutnya adalah mengidentifikasi adanya keterkaitan pola musiman antara curah hujan terhadap debit mata air. Apabila semua informasi tersebut telah dikombinasikan maka akan dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah resapan sumber mata air.
Sebagai hasil pengolahan dan analisis data, diketahui bahwa Kecamatan Cidahu yang berada di Kabupaten Sukabumi bagian utara berpotensi sebagai daerah sumber mata air. Kecamatan ini memiliki banyak sumber mata air. Delapan mata air pegunungan yang diketahui oleh kantor kecamatan yaitu Cipanengah, Ciloa, Papisangan, Cibuntu (774 l/s), Cipanas (1110 l/s), Citaman, Girijaya, dan Cikubang (120 l/s). Mata air Cipanengah, Ciloa, Papisangan, Citaman, dan Girijaya dipergunakan oleh masyarakat, dan belum diketahui debit terukurnya. Tiga mata air lainnya digunakan untuk industri.
Enam lokasi mata air yang disurvey, berdasarkan informasi Balai PSDA Cisadea-Cimandiri Kabupaten Sukabumi, dipergunakan sebagai pasokan usaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Desa Babakan Pari memiliki tiga mata air, yaitu mata air Cisalada Manglid (37 l/s), Cikubang (120 l/s), dan Cikubang hilir (27 l/s), sedangkan mata air Cipanas (1110 l/s) dan Cigombong (12.6 l/s) berada di desa Pasir Doton. Mata air Cibojong (20 l/s) terletak di desa Cidahu. Kapasitas produksi maksimum sebesar 1110 l/s, minimum sebesar 12,6 /s dan rataan sebesar 221 1/s.
Keenam mata air berada di wilayah lereng gunung bagian bawah dengan ketinggian sekitar 400-500 mdpl, dan derajat kelerengan sekitar 0-7. Tutupan lahan yang mendominasi kawasan mata air tersebut merupakan tegalan. Jenis tanah di daerah sebaran mata air tersebut adalah vertisol. Bentuk litologi daerah keenam mata air tersebut adalah endapan gunungapi muda. Secara hidrogeologi. keseluruhan mata air tersebut merupakan bagian dari akifer produktif sedang dengan penyebaran luas.
Perubahan tutupan lahan selama satu dekade (1991-2001) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap debit mata air yang berada di wilayah Cidahu. Demikian pula halnya curah hujarı. Karena curah hujan tidak langsung berhubungan dengan lapisan akifer yang menjadi sumber mata air tersebut. | id |