Strategi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Jeruk Pamelo di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Date
2025Author
Zainal, Nur Fa'izah
Munibah, Khursatul
Lubis, Iskandar
Metadata
Show full item recordAbstract
Jeruk merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang memiliki prioritas untuk dikembangkan dan diminati dengan konsumsi perkapita jeruk fluktuatif masyarakat sebesar 4,27kg/tahun di tahun 2021, 4,83kg/tahun di tahun 2022 dan 4,22kg/tahun di tahun 2023. Jeruk pamelo merupakan salah satu jeruk yang dapat berkontribusi dengan pemenuhan konsumsi masyarakat dan menjadi buah komoditas unggulan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Menurut BPS Sulawesi Selatan 2023, Kabupaten Pangkep merupakan penghasil jeruk pamelo terbesar dengan total produksi 295.670 kw di tahun 2021 dan 271.995 kw di tahun 2022, produksi terbesar di Kecamatan Ma’rang, Segeri, Labakkang, Bungoro dan Mandalle.
Jeruk pamelo memiliki peluang besar untuk dikembangkan walaupun belum diimbangi peningkatan produksi. Beberapa tahun terakhir pengembangan jeruk pamelo menghadapi berbagai tantangan salah satunya adalah harga jual fluktuatif dan pengolahan tidak optimal sehingga petani beralih menanam yang dianggap lebih menguntungkan. Hal ini ditandai dengan produksi jeruk pamelo menurun tahun 2015-2022 sebesar 9.776,5 kw. Selain itu budidaya dikelola perorangan dalam skala rumah tangga sehingga letak kebun beragam dan tidak berkumpul pada satu titik dengan luasan yang berbeda-beda, diperlukan penetapan, pembangunan kawasan sentra dalam pengembangan komoditas jeruk pamelo.
Pengembangan program kawasan sentra produksi dapat menjadi bentuk perencanaan ruang dan pembangunan sektor strategis hasil produksi komoditi unggulan daerah. Hingga saat ini informasi kelayakan dan permasalahan usaha tani jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep masih terbatas karena kurangnya data serta informasi detail mengenai perkebunan melalui pendekatan fisik lahan. Lokasi kebun jeruk pamelo penting diketahui untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sehingga tepat sasaran, dan membantu mengetahui pola agribisnis yang dilakukan.
Tujuan utama penelitian ini adalah dari penelitian ini adalah strategi pengembangan kawasan sentra produksi jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep dengan tujuan antara adalah: (1) identifikasi sebaran kebun jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep berdsasarkan penggunaan/penutupan lahan, (2) evaluasi kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk pengembangan kawasan jeruk pamelo, serta (3) analisis usahatani, margin pemasaran, rantai pemasaran dan farmer’s share.
Identifikasi sebaran kebun jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep dilakukan dengan metode pengambilan titik lokasi kebun aktual dan dikelompokkan berdasarkan penggunaan/penutupan lahan, pengambilan titik kebun dengan stratified random sampling, dipilih berdasarkan penggunaan/penutupan lahan yang paling luas. Evaluasi kesesuaian lahan dengan metode matching antara persyaratan tumbuh dengan karakteristik lahan berpotensi utama sedangkan ketersediaan lahan diperoleh dari overlay seluruh parameter terkait. Analisis agribisnis untuk melihat sistem agribisnis jeruk pamelo dengan metode analisis desktiptif dan studi literatur untuk subsistem input, pengolahan, dan penunjang. Subsistem produksi dan subsistem pemasaran dianalisis dengan menggunakan analisis usahatani yaitu analisis kelayakan budidaya di setiap jenis penggunaan lahan digunakan analisis R/C rasio, analisis margin pemasaran menjumlahkan selisih yang dibayar konsumen dan yang diterima petani dan analisis farmer’s share merupakan persentase yang diterima oleh petani. Penyusunan strategi dilakukan dengan menggabungkan hasil tujuan 1, 2, dan 3 dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan perangkat lunak microsoft excel. Analisis AHP digunakan untuk memberikan bobot pada kriteria-kriteria sebagai strategi pengembangan kawasan jeruk pamelo berdasarkan perspektif ahli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran kebun jeruk banyak dijumpai pada perkebunan campuran (69.5% dari total kebun jeruk pamelo), pada pemukiman yang ditanam pada pekarangan rumah atau belakang rumah (27.1% dari total kebun jeruk), pada sawah (3% dari total kebun jeruk) serta satu kebun berada di Tambak. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk jeruk pamelo tergolong ke dalam kelas S2, S3 dan N. Ketersediaan lahan untuk budidaya jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep didominasi oleh lahan tidak tersedia dengan luasan sebesar 61.52%, lahan tersedia bersyarat seluas 25.52% dan luas lahan tersedia seluas 12.96%. Kecamatan Ma’rang merupakan kecamatan dengan subsistem yang paling lengkap dibandingkan dengan kecamatan lainnya, sedangkan Kecamatan Mandalle menjadi kecamatan dengan subsistem yang paling tidak lengkap. Subsistem yang tidak berlangsung secara merata disebabkan karena beberapa hal diantara intensitas budidaya yang berbeda-beda disetiap kecamatan menyebabkan ketimpangan subsistem.
Daerah prioritas 1 pengembangan jeruk pamelo adalah Kecamatan Ma’rang, prioritas 2 adalah Kecamatan Labakkang, Prioritas 3 Kecamatan Segeri dan Prioritas 4 adalah Kecamatan Mandalle. Berdasarkan hasil analisis AHP, karakter utama strategi pengembangan kawasan sentra produksi jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep harus memprioritaskan intensifikasi lahan dengan melakukan perbaikan pada faktor pembatas yang ada. Perhatian pemerintah kepada petani jeruk, perbaikan dan peningkatan kinerja agribisnis terutama pada daerah prioritas 1. Oranges are one of the fruit commodities that have a priority to be developed and are in demand, with the community's fluctuating per capita consumption of oranges of 4.27kg/year in 2021, 4.83kg/year in 2022, and 4.22kg/year in 2023. Pamelo oranges are one of the oranges that can contribute to the fulfillment of public consumption and become a leading commodity fruit in Pangkajene and Islands Regency (Pangkep). According to BPS South Sulawesi 2023, Pangkep Regency is the largest producer of pamelo oranges, with a total production of 295,670 kw in 2021 and 271,995 kw in 2022, the most significant production in Ma'rang, Segeri, Labakkang, Bungoro and Mandalle Districts.
Pamelo oranges have an excellent opportunity to be developed even though they have not been offset by increased production. In recent years, the development of pamelo oranges has faced various challenges, one is fluctuating selling prices and suboptimal processing, so farmers switch to planting, which is considered more profitable. This is marked by the decrease in pamelo orange production in 2015-2022 by 9,776.5 kw. In addition, cultivation is managed by individuals on a household scale so that the location of the gardens is diverse and does not gather at one point with different areas; it is necessary to determine and develop a central area in the development of the pamelo citrus commodity.
The development of the production center area program can be a form of spatial planning and the development of strategic sectors resulting from producing regional superior commodities. Until now, information on the feasibility and problems of pamelo orange farming in Pangkep Regency is still limited due to the lack of data and detailed information about plantations through a physical approach to land. The location of the pamelo orange plantation is essential to increase the efficiency and effectiveness of management so that it is right on target and helps to see the agribusiness patterns carried out.
The main objectives of this study are the strategy for the development of the pamelo orange production centre area in Pangkep Regency, with intermediate objectives being: (1) identification of the distribution of pamelo orange plantations in Pangkep Regency based on land use/closure, (2) evaluation of the suitability and availability of land for the development of pamelo orange areas, and (3) analysis of farming, marketing margins, marketing chains, and farmer's share.
Identification of the distribution of pamelo orange plantations in Pangkep Regency was carried out by taking the actual plantation location points and grouping based on land use/closure, taking garden points by stratified random sampling, selected based on the widest land use/cover. Land suitability was evaluated using a matching method between growth needs and key potential land characteristics, while land availability was obtained from overlaying all related parameters. Agribusiness analysis to examine the pamelo orange agribusiness system was carried out using descriptive analysis and literature studies for input, processing, and supporting subsystems. The production subsystem and marketing subsystem are analyzed using farming analysis, namely the analysis of the feasibility of cultivation in each type of land use using R/C ratio analysis, marketing margin analysis summing up the difference paid by consumers and received by farmers and farmer's share analysis is the percentage obtained by farmers. The strategy was prepared by combining the results of objectives 1, 2, and 3 with the Analytical Hierarchy Process (AHP) method using Microsoft Excel software. The AHP analysis was used to give weight to the criteria as a strategy for developing the pamelo orange area based on an expert perspective.
The results of the study show that the distribution of citrus orchards is mainly found in mixed plantations (69.5% of the total pamelo citrus orchards), in settlements planted in the yard of houses or behind houses (27.1% of the total citrus groves), in rice fields (3% of the total citrus groves) and one garden is in ponds. The land suitability classification for Pamela oranges is classified S2, S3, and N. The availability of land for pamelo orange cultivation in Pangkep Regency is dominated by unavailable land with an area of 61.52%, conditionally available land of 25.52%, and an available land area of 12.96%. Conditionally available land can be used to develop pomelo orange cultivation by paying attention to the category of land suitability, land capability, and RTRW classified into conditional land. Ma'rang District has the most complete subsystem compared to other sub-districts. At the same time, Mandalle District is the sub-district with the least complete subsystem. Subsystems that do not occur evenly are caused by several factors, including the different intensities of cultivation in each sub-district, which causes inequality in the implemented subsystems.
Priority 1 areas for developing pamelo oranges are Ma'rang District, priority 2 is Labakkang District, Priority 3 is Segeri District, and Priority 4 is Mandalle District. Based on the results of the AHP analysis, the main character of the development strategy of the pamelo orange production center area in Pangkep Regency must prioritize land intensification by improving existing limiting factors. The government's attention to citrus farmers, improvement and enhancement of agribusiness performance, especially in priority areas 1.
Collections
- MT - Agriculture [3987]
