Sifat-Sifat Anatomi Kayu Jati (Tectona grands L. f.) pada Berbagai Kelas Umur
Abstract
Tectona granclis mempakan salah satu jenis yang memiliki pertumbnhan yang lambat dan dam yang lama. Semen tara itll masalah pencllrian kaYli khususnya kaYli jati, £emakin meningkat. Sebagai contoh adalah penclirian kayu jati di KPH Randublatung selama tahun 2000 sebanyak 34.262 pohon (Bina, 2000). Begitll pula yang terjadi di KPH eepll telah terjadi pencurian kayu jati selama periode Januari-Juli 2000 sebanyak 36.932 pohon (Soedaryanto, 2000). Kebutuhan akan kayu dari tahun ke tahllnjuga semakill meningkat, seiring dengan Jaju pel1ambailan pendudllk. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat dapat di identifikasi dengan meningkatnya volume penjuaian kay1.1 jatL Sebagai contoh adalah volume penjualan kayu jati di Pemm Perhutani unit I lawn Tengah pada tahun 1996 sebanyak 288.507 1ll 3 , sedangkan di tahun 1997 sebanyak 341. 945 111 3 (Kurniadi 2000). Ditmnbah lc:!gi adanya fallatisme masyarakat (temtama m3syarakat lawa) terhadap meubel jenis tertentu seperti jati l11engakibatkan timbulnya kejarangan/kesulitan Illendapat bahan bakul1ya (Sutopo, 1992). Seperti kita ketahui bahwa sampai saat ini tegakan jati di pulau lawa yang dikelola oleh Pemm Perhutani eli Jawa Tengah dan lawn Timur di tebang pada Kelas Umur (KU) VJ-VII; sedangkan di Jawn Barat eli tebang pada KU IV. Untuk mengatasi permasaiahan di at as, diperlukan suatu usaha untuk menunmkall daur, karena tidak mungkin menambah 1uas lahan. Oleh karena itn diperlnkan penelitian agar tegakanjati tersebut dapat di tebang lebih cepat tanpa mengurangi kllalitas kayujatinya. Parameter ulltuk menilai kualitas kayu terutama kayu pertukangan anIma lail1 ratio kayu teras dan kayu gubal, ratio kayu juvenil dan kayu dewasa dan lain sebagainya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan infol'masi tentang sifat anatomi kayu jati (Tectono grandi,\' L.f.) pada masing-masing kelas umur pada KPH Saradan dan KPH Purwakarta, sehingga dapat digllnakan sebagai dasar penllmnkan dallr jati tanpa mengurangi kualitas bagi Penul1 . Perhutani Idmsusnya dan tegakan jati pacta 1Ill1umnya. Sifat-sifat anatomi yang eli teliti adalah ratio kayu teras-kayu gubal, ratio kaYll juvenii-:"'"Yll dewasa, ratio kayu awal-kaYll akhir dan tekstur pada tiap-tiap KU yang berasal dari KPH Saradan dan KPH Purwakarta. Batang pohon yang c1igunakan ac1alah dari tegakan jati dari KU I sampai KU VI untuk KPH Saradan dan KU I sampai KU IV untuk KPH Purwakarta. Pohon yang diambil sebagai contoh peneiitian dipilih pohon yang normal artinya memiliki batang yang relatif silindris, tanpa eaeat dan tidak tertekan dalam pertumbuhannya, sebanyak 3 pohon. Unit-unit contoh diambil pada 3 bagian batang yaitll bagian pangkal yang diambiI di atas banir, bagian tengah dan ujung diambil seeara proporsional dengan panjang 'pohon seeara keselumhan. Perhitungan ratio kayu teras-kayu gubal dan ratio kayu juvenil-kaYll dewasa eli lakukan pada potongan melintang batang yang berbentuk lempengan (disk) setebal 5 em. Pengamatan ratio leayu awal-kayu akh!r dan tekstur dengan membuat sediaan slide mikrotol11 dan sediaan maserasi. Sediaan mikrotom dibllat dengan menggunakan metode yang biasa dipakai eli Laboratoriulll Kayu Solid -Jurusan Teknoiogi HasH Hutan Fakultas Kehutanan IPS, seclangkan secliaan maserasi menggunakan metode Forest Product LahoratOl:V (FPL) (Pandit 1991). Hasil rata-rata proporsi kayu teras pada kedua daerah akan menagalami kenaikan dengan semakin nailmya kelas lImllr pacta ketiga posisi dalam batang. Rata-rata proporsi kayu teras KPH Saradan pada KU 1 sebesar 16,21% sedangkan KU V mencapai 77,93%. KPH Purwakarta proporsi kayu teras pada KU I 25,96% dan pada KU IV meneapai 78,89%. Proporsi kayu gubal akan mellgalami penunman dengan nailmya kelas lImlif. Persentase kayu teras yang semakin besar akan meningkatkan knalitas kayt~ jati, karena kayu teras mempuhyai keawetan alami yang tinggi. Sebagaiman dinyatakan oleh Eaton dan Hale (1993) bahwa kayu teras dan kayu gubal mempnnyai kekuatan yang sama, tetapi keawetan alami kayu teras lebih ting.g.i karena adanya deposit komponen yang bersifat toxid di c1alam selnya. Rata-rata proporsi kayu juvenil pada kedua daemh aka11 mengaiami penunman dengan semakin naiknya kelas umur. KPH Saradan proporsi kayujuvenil pada KU I sebesar 70,88%, pada KU V sebesar 13,42%, sedangan KU V1 meneapai 4,09%. Proporsi kayu juvenil KPH Purwakarta pada KU 171,46% dan pada KU TV mencapai 11,32%. Sebaliknya proporsi kayu dewasa akan mengalami kenaikan dengan semakin naikknya kelas umur. Persentase kayu dewasa yang selllakin tinggi akan meningkatkan kualitas kayu jati karena kayu dewasa memiliki sifat-sifat yang baik jika elibandingkan kayu juvenil. Sebagaimana yang dinyatakan Tsoumis (1991) bahwa kayu juvenil mempunyai susut arah longitudinal yang besar, seratnya lebih pendek, kekuatannya rendah dan kerapatannya rendall. KPH Saradan mempunyai proporsi kayu awal lebih keeiI yaitu 75%, sedangkan KPH Purwakarta sebesar 78,75%.' Lebar lingkaran tumbuh KPH Saradan lebih sempit yaitu 2,44 111m, sedangkan KPH Purwakarta 3,21 111m. Jumlah sel serabut dalam satn riap tumbuh [(PH Saradan juga lebih sedikit yaitl! 100 sel, sedangkan KPH PlIrwakarta 122 sel. Tekst~lr Ieayn jati dalam penelitian ini menunjuicican bahwa dengan semakin meningkatnya KU cenderung semakin kasar. Susunan pori pada KU I KPH Saradan cenden1l1g tata baur dengan diameter tangensial pori 180 mikron. Begitll pola pada KPH PlIrwakarta pada KU ! pol a penyusllnan porinya juga tata baur cJengan diameter tangensiai pori 187 mikroll. Hal ini sesuai dengan ~aygreell dan Bowyer, (1989) bahwa kayu pori tata lingkar pada kayu juvenil (datam hal ini KU I) akan mempunyai susunan pori tata bam. Sedangkan pada KU II-VI KPH Saradan Il1cmpunyai poia penyusunan pori tata lingkar dengan diameter tangensial pori rata-rata KU 11-VI 300 mikron pada kayu awa! dan 138 mikron pada kayu akhir. Begitu pula pada KU Il-fV KPH Punvakana mempunyai pori tata lingkar dengan diameter pori kayu awal sebesar 289 mikron dan diameter pori kayu akhir sebesar 133 mikron. Dad hasH pengukuran diameter pori maka KU I mert'liliki tekstur sedang. Sedangkan KU II-VI mempunyai tekstur seclang sampai kasar. Sebagaimana dinyatakan oleh Mandang dan Pandit, (1997) bah\\oa kayu jati mempunyai tekstur agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Kayu jati hasil penelitian mempunyai kualitas yang baik yaitu mempunyai kayu teras dan 'kayu dewasa yang besar, sedangkan kayu juvenil dan kayu gubal yang kecil. Dari hasil uji lanjllt terhadap kayu teras dan kayu juvenil menunjukkan bahwa antara KU IV dengan KU V dan KU VI KPH Saradan tidak berbeda nyata, artinya bahwa KU IV dan KU V mempunyai kualitas yang sama. KPH PlIrwakarta antara KU III dan KU [V juga tidak berbeda nyata, artinya antara KU I[[ dan KU [V mempllnyai kua!itas yang sama. Adanya perbedaan kayu awal dan kayu akhir ynng jelas akan mengakibatkan riap tumbuh yangjelas, sehingga saat di gergaji/dipotong akan mempunyai corak yang menarik.Kayu jati hasil peneiitian juga mempunyni tei<stur ynng sedang sampai kasar, karena adanya diameter pori yang besar dan diameter yang kecil. Dari parameter tersebut diatas maka kayujati hasil penelitian dapat digunakan sebag~i bahan baku kayu pertukangan yang baik. Kayu teras dan kayu dewasa akan semakin tinggi dengan meningkatnya kelas umur. sedangkan kayu gubal dan kayu juvenil akan semakin menumn dengnl1 semakin naiknya kelas umur pada kedua daerah, Tempat tumbuh akan berpengaruh terhadap riap tumbuh. KPH Saradan memiliki riap tllmbuh yang lebih sempit dibandingkan KPH Purwakarta. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan penunulall daur jati tanpa mengurangi kualitas kayuny~. KPH Saradan yang semula ditebang pada KU VI dapat ditunmkan menjadi KU [V, sedangkan KPH Purwakarta yang semula ditebang KU [V dapat ditllrllnkan menjadi KU J[J.
Collections
- UT - Forestry Products [2462]

