dc.description.abstract | Rusa sambar (Rusa unicolor) merupakan rusa asli Indonesia yang dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2018 (Kementerian
Lingkungan hidup dan Kehutanan Indonesia 2018) tentang jenis tumbuhan dan
satwa yang dilindungi. Serta menurut International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources (IUCN) rusa sambar (Rusa unicolor) termasuk
kedalam kategori vurnaible atau dapat dikatakan rentan terhadap kepunahan (IUCN
2015). Menjaga kelestarian rusa sambar (Rusa unicolor), salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah melalui konservasi, baik secara in situ di habitat alaminya
maupun ex-situ di luar habitat alaminya. Pengelolaan penangkaran merupakan salah
satu program pelestarian dan pemanfaatan untuk tujuan konservasi dan sosial
ekonomi berkelanjutan. Model penangkaran rusa sambar berkelanjutan yang
dimaksud ialah model dan skenario yang bertujuan mencari optimasi ketika
mendapatkan titik optimum berarti disitu sudah dianggap keberhasilan.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk membuat suatu model pengelolaan
penangkaran rusa sambar berkelanjutan di Sumatera Utara dengan beberapa tujuan
spesifik yaitu: (1) Mengkaji aspek teknis pengelolaan penangkaran rusa sambar; (2)
Mengkaji variabel kunci atau faktor yang memiliki pengaruh penting terhadap
pengelolaan penangkaran rusa berkelanjutan; (3) Mengkaji stakeholder kunci atau
aktor yang memiliki pengaruh penting terhadap pengelolaan penangkaran rusa
berkelanjutan; (4) Mengkaji kelayakan finansial penangkaran rusa sambar; serta (5)
Merumuskan model pengembangan penangkaran rusa sambar.
Metode penelitian, data dikumpulkan dengan cara observasi lapang,
wawancara dan pengisian kuesioner oleh key person dari ketiga unit pengelola
penangkaran contoh, dan Focus Group Discussion (FGD) dengan berbagai pihak
(stakeholders) yang dipandang memiliki pengaruh dan peran penting, serta
hubungan kerjasama kemitraan dalam pengelolaan dan pengembangan
penangkaran rusa sambar di Sumatera Utara, baik dari unsur pemerintah, dunia
usaha, masyarakat, dan LSM. kemudian diolah dan dianalisis, masing-masing
untuk: (1) data aspek teknis penangkaran dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif untuk menentukan praktek terbaik (best practice) penangkaran
berdasarkan aspek teknis perkandangan, pakan dan air minum, kesehatan,
reproduksi dan perkembangan populasinya; (2) data aspek variabel atau faktor
kunci yang mempengaruhi penangkaran dianalisis menggunakan Software Micmac
untuk menentukan variabel-variabel utama yang berpengaruh (influential) dan
dipengaruhi (dependent), hubungan antar variabel yang terdapat dalam system, dan
memetakan rantai hubungan sebab akibat antar variabel dalam system; (3) data
aspek stakeholders atau aktor kunci dianalisis dengan metode Mactor untuk
memetakan stakeholders kunci yang berpengaruh penting terhadap usaha
penangkaran berkelanjutan; dan (4) data terkait kelayakan finansial dianalisis
menggunakan standar analisis kelayakan finansial suatu unit bisnis komersial
berdasarkan kriteria Net Present Value (NVP), Benefit Cost Ratio (BCR), Revenue
Cost Ratio (RCR) dan Payback Periode (PP). Adapun analisis data untuk tujuan
kelima yakni perumusan model penangkaran rusa sambar berkelanjutan dilakukan
dengan metode sistem dinamik.
Hasil kajian menunjukkan bahwa manajemen penangkaran rusa sambar di
tiga lokasi belum berjalan optimal, terutama dalam hal pengelolaan kesehatan satwa,
penandaan, dan pengaturan nisbah kelamin. Aspek reproduksi rusa di penangkaran
juga belum maksimal. Pengelolaan kesehatan yang belum memadai dapat
menyebabkan peningkatan risiko penyakit, sementara kurangnya penandaan
menghambat pemantauan individu. Pengaturan nisbah kelamin yang tidak optimal
mengakibatkan masalah dalam pengelolaan populasi. Untuk meningkatkan
efektivitas penangkaran, diperlukan perbaikan pada ketiga aspek tersebut agar
program reproduksi dan kesehatan rusa dapat berjalan lebih baik.
Hasil penelitian menunjukan terdapat lima variabel kunci yang berdampak
langsung dan tidak langsung terhadap keberlanjutan penangkaran rusa sambar
berbasis ekowisata, yaitu kepastian regulasi, habitat in situ rusa, tata kelola,
investasi, dan tingkat kemiskinan. Kepastian regulasi mengarah pada kebijakan
yang mendukung, habitat in situ memastikan lingkungan yang layak, tata kelola
yang efektif, investasi yang adekuat, dan penurunan kemiskinan melalui
peningkatan ekowisata. Tiga aktor atau pemangku kepentingan kunci yang
memainkan peran penting dan menentukan keberhasilan usaha penangkaran
tersebut adalah Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), serta Pemerintah Daerah (Pemda).
Hasil usaha penangkaran rusa sambar berbasis ekowisata dinyatakan layak
secara ekonomi dan finansial apabila terjadi pertumbuhan populasi yang signifikan
dengan nilai investasi minimal antara Rp 237 juta hingga Rp 487 juta. Rata-rata Net
Present Value (NPV) berkisar antara Rp 359 juta hingga Rp 1.141 juta, BenefitCost Ratio (BCR) lebih dari 1 atau sekitar 2,07, dan Revenue-Cost Ratio (RCR)
lebih dari 1 atau sekitar 2,126. Selain itu, masa Payback Period (PP) yang
diperlukan adalah sekitar 1-2 tahun, menunjukkan pengembalian investasi dalam
jangka waktu yang relatif singkat.
Model pengelolaan penangkaran rusa sambar berkelanjutan mencakup
beberapa elemen penting, yaitu keberhasilan dalam aspek teknis bioekologi,
kejelasan regulasi, serta dukungan dari BKSDA, DLHK, dan PEMDA. Selain itu,
kelayakan finansial juga menjadi kunci penting, dengan usaha ekowisata yang
memiliki Payback Period 1-2 tahun. Kombinasi dari keberhasilan teknis, regulasi
yang jelas, serta dukungan institusional dan finansial memastikan pengelolaan
penangkaran rusa sambar dapat berjalan secara efektif dan berkelanjutan,
memberikan keuntungan ekonomi serta mendukung konservasi lingkungan. | |