Model Kolaborasi Strategis Stakeholder Dalam Mendukung Pembangunan Perumahan Berkelanjutan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
View/ Open
Date
2018Author
Prabantarikso, R.Mahelan
Fahmi, Idqan
Fauzi, Anas Miftah
Nuryartono, Nunung
Metadata
Show full item recordAbstract
Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman (pertimbangan point b) menyatakan dengan jelas bahwa negara
bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu
bertempat tinggal serta menghuni rumah yang berkelanjutan (sustainable). Usaha
mewujudkan hal tersebut tidak mudah. Pemerintah telah melakukan berbagai
upaya, seperti memfasilitasi pelibatan masyarakat untuk meningkatkan kualitas
huniannya secara swadaya dengan dukungan skema program bantuan stimulan
perumahan swadaya (BSPS), membuka akses masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) untuk menjangkau harga rumah di pasar perumahan dengan skema
bantuan uang muka (BUM) dan pengurangan bunga pinjaman dengan skema
kredit pemilikan rumah (KPR) fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).
Meskipun skema-skema yang telah dikembangkan tersebut telah dapat
membuka akses bagi MBR untuk keluarga yang tergolong miskin (the poor)
melalui program bantuan stimulan BSPS dan MBR yang tergolong bankable
melalui FLPP, akan tetapi masih ada segmen masyarakat yang tergolong miskin
tidak bisa mengakses program tersebut karena misalnya tidak memilki lahan atau
MBR yang tergolong non bankable dan banyak lagi isu-isu dan tantangan
pembangunan yang begitu kompleks. Penelitian yang diusulkan ini bertujuan
mengembangkan suatu skema alternatif untuk mengisi kesenjangan (gap) dari
skema yang telah ada tersebut yaitu melalui pendekatan kolaborasi strategis antara
Dunia Usaha atau Bisnis (Business) Pemerintah (Government), Akademisi
(Academic), Komunitas (Community), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (Non
Governmental Organization) dalam mendukung pembangunan perumahan
berbasis komunitas yang diperuntukkan bagi MBR.
Mengingat permasalahan pembangunan perumahan yang kompleks dan
dinamis dan bersifat multi aspek dan multi stakeholders ini maka penelitian ini
telah dilakukan dengan pendekatan penelitian campuran kualitatif dan kuantitatif
(mix methods) melalui strategi transformasi sekuensial dengan mengambil satu
kasus (case study research) pada salah satu kota/kabupaten di Indonesia
(Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Metode observasi non partisipatoris yang
dikombinasikan dengan wawancara dan studi literatur digunakan dalam
pendekatan kualitatif manakala survei dengan instrumen kuesioner digunakan
untuk dalam pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan perumahan
berkelanjutan di Kabupaten Bandung sekalipun telah diupayakan oleh berbagai
pihak, termasuk inisiasi kolaborasi dari para stakeholders, namun masih berada
dalam kategori ‘buruk’ atau less sustainable dengan skor 2.57378. Hanya faktor
legal dan regulasi yang berada dalam kategori baik atau sustainable. Dalam
menjawab persoalan itu, masing-masing elemen stakeholders diidentifikasi
gambaran sosio demografi masing-masing untuk dapat diidentifikasi persepsi mereka terhadap pembangunan perumahan berkelanjutan. Sebagai contoh di
antaranya bagaimana masyarakat memiliki harapan yang tinggi atas terpenuhinya
kriteria pembangunan perumahan namun pada saat yang sama kesanggupan
ekonomi dalam hal harga hunian terbatas. Demikian pula uraian lainnya mengenai
profil stakeholders lainnya yang diuraikan secara deskriptif dalam bab 4 dan 5.
Secara keseluruhan, persepsi stakeholders terhadap pembangunan
perumahan berkelanjutan bagi MBR menghasilkan urutan penilaian secara
berturut-turut dari sisi faktor yang dinilai telah terwujud dalam kenyataan atau
berkinerja terbaik ke yang masih belum terpenuhi secara optimal, yaitu: (1) aspek
legal dan prosedur, (2) peran pemerintah, (3) peran swasta, (4) kriteria perumahan
berkelanjutan, (5) peran LSM dan (6) peran akademisi. Kesenjangan persepsi
masih terjadi antara stakeholder pengusaha (bisnis) dengan pemerintah,
masyarakat, akademisi dan LSM. Penelitian juga menunjukkan bahwa untuk
setiap faktor tersebut terdapat persepsi yang menggambarkan adanya kesenjangan
antara apa yang dinilai penting untuk terpenuhi (importance) dan apa yang telah
tercapai dalam kenyataan (performance), sebagaimana yang diuraikan dalam
analisis deskriptif dengan tabel dan peta importance performance analysis (IPA)
maupun analisis statistik inferensial dengan multivariate analysis of variance
(MANOVA) dan analysis of variance (ANOVA) dalam bab 6 dan 7.
Upaya untuk menghilangkan kesenjangan persepsi dalam pembangunan
perumahan berkelanjutan perlu dilakukan untuk dapat mengurangi housing
backlog dan juga perbaikan kualitas pada pembangunan perumahan agar
berkelanjutan. Hasil penelitian telah merumuskan tiga model yaitu model
hipotetik, model analitik dan model implementasi dari kolaborasi stakeholders
dalam rangka mendukung pembangunan perumahan berkelanjutan bagi MBR
dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan perumahan bagi MBR. Namun
berdasarkan hasil pengujian statistik, peneliti juga menyimpulkan bahwa terdapat
kesenjangan persepsi antar stakeholders dalam mengimplementasikan kolaborasi
strategis stakeholders dalam rangka pembangunan perumahan berkelanjutan
tersebut. Kesenjangan persepsi tersebut secara spefisik terjadi antara stakeholders
pengusaha dengan semua stakeholders. Pemerintah dalam hal ini dapat berperan
menjadi stakeholder yang memfasilitasi bagaimana model kolaborasi stakeholders
dalam rangka pembangunan perumahan berkelanjutan bagi MBR dapat
dilaksanakan. Oleh karena itu, penelitian juga menghasilkan model analitik dan
model implementasi kolaborasi stakeholders untuk pembangunan perumahan
berkelanjutan bagi MBR.
Terakhir, dirumuskan model penilaian pembangunan perumahan
berkelanjutan (sustainable housing development indeks) dan pengukuran angka
penilaian permbangunan perumahan berkelanjutan (skor SHDI) yang dapat
dilakukan untuk menilai sebuah program pembangunan perumahan bagi MBR,
dalam konteks pemenuhan faktor-faktor keberlanjutannya (sustainability). Model
ini dapat digunakan oleh para pemangku kebijakan maupun para praktisi
pembangunan perumahan berkelanjutan bagi MBR.
Collections
- DT - Business [371]
