Five Essays On Capital Structure: Empirical Evidence From The Indonesia Stock Exchange
View/ Open
Date
2018Author
Dhita, Sasha
Achsani, Noer Azam
Sembel, Roy
Purwanto, Sugeng
Metadata
Show full item recordAbstract
Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan modal untuk kegiatan usahanya. Modal
ini diperlukan untuk pembiayaan aset, kegiatan operasional dan ekspansi bisnis
perusahaan. Modal yang dibutuhkan untuk setiap tahapan kegiatan bisnis
mendasari pentingnya pemahaman dan implementasi struktur modal. Selain itu,
sudut pandang teoretis diperlukan untuk menjelaskan pengambilan keputusan
keuangan tersebut. Teori struktur modal oleh Modigliani dan Miller (1958), yang
dikenal sebagai Capital Structure Irrelevance Theory, membentuk dasar
pemikiran modern mengenai struktur modal. Sejak munculnya teori tersebut, teori
struktur modal terus menjadi salah satu pusat diskusi antara ilmuwan dan praktisi.
Beberapa teori struktur modal yang sering dibahas antara lain Trade-Off Theory,
Pecking Order Theory, Agency Model Theory dan Market Timing Theory.
Studi ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek struktur modal di
Indonesia dengan menggunakan model ekonometrik. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder tahunan, dengan dua kumpulan sampel data
untuk menjawab tujuan penelitian yang berbeda, selama kurun waktu 14 tahun
(2001 – 2007 dan 2009 – 2015). Pada tahun 2008, IDX mengalami penurunan
yang tajam sebesar 48,4% yang disebabkan oleh faktor eksternal terkait krisis
subprime mortgage di Amerika Serikat. Besarnya penurunan IDX ini tidak terkait
secara langsung dengan fundamental pasar modal Indonesia ataupun masingmasing
perusahaan. Tahun 2008 merupakan anomali, sehingga tahun 2008
dikeluarkan dari periode studi penelitian. Sektor industri yang dipelajari pada
penelitian ini adalah sektor non-keuangan mengingat kegiatan usaha dan struktur
neraca perusahaan sektor keuangan pada umumnya berbeda dengan perusahaan
pada sektor lain.
Penelitian pertama menganalisis struktur modal optimal dengan
menggunakan dua metoda yang berbeda, yaitu metoda WACC dan FS. Metoda
WACC memerlukan asumsi tertentu dalam perhitungannya sedangkan metoda FS
cukup straight forward dengan menggunakan angka dari laporan keuangan.
Penggunaan dua metoda ini diharapkan dapat memberikan penjelasan terkait
dengan struktur modal yang optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kedua metode pengukuran stuktur modal optimal menunjukkan adanya struktur
modal yang optimal. Adanya struktur modal yang optimal ditunjukkan oleh
hubungan yang signifikan antara WACC dan kapitalisasi pasar, dan penyesuaian
terhadap net debt to equity industri. Untuk masing-masing industri, penelitian ini
menunjukkan bahwa industri infrastruktur merupakan satu-satunya industri yang
tidak menunjukkan adanya struktur modal yang optimal untuk kedua pendekatan
tersebut.
Penelitian kedua menganalisis variabel yang mempengaruhi struktur
modal dan kecepatan penyesuaian struktur modal perusahaan non-keuangan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk
keseluruhan pasar, ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aset, dan
pertumbuhan penjualan memiliki hubungan yang signifikan dengan struktur modal. Variabel profitabilitas, struktur aset dan pertumbuhan penjualan memiliki
hubungan yang positif, sedangkan variabel ukuran perusahaan memiliki hubungan
yang negatif dengan struktur modal. Untuk masing-masing industri, variabel
profitabilitas merupakan satu-satunya variabel yang secara signifikan
mempengaruhi struktur modal untuk semua industri. Selain itu, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa terdapat kecepatan penyesuaian terhadap target struktur
modal untuk keseluruhan pasar, dengan kecepatan penyesuaian yang berbeda
untuk masing-masing industri.
Penelitian ketiga menganalisis pengaruh struktur kepemilikan oleh negara
terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan oleh negara dengan struktur
modal, dengan average net debt to equity ratio yang lebih rendah untuk BUMN.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa selama periode studi, BUMN memiliki
negatif net debt to equity ratio, sedangkan non-BUMN memiliki positif net debt
to equity ratio. Hal ini dapat dijelaskan oleh karakteristik BUMN termasuk
diantaranya proses pengambilan keputusan yang lebih kompleks dibandingkan
dengan non-BUMN sehingga memakan waktu lebih lama dan biaya yang mahal.
Selanjutnya, hal ini menyebabkan penerbitan utang yang relatif lebih sedikit untuk
BUMN dibandingkan dengan non-BUMN.
Penelitian keempat menganalisis variabel yang mempengaruhi keputusan
penerbitan ekuitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk keseluruhan
pasar, variabel yang mempengaruhi penerbitan ekuitas adalah profitabilitas
perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat equity market timing. Hal
ini menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan terkait pendanaan
perusahaan, manajer sebaiknya memprioritaskan perbaikan profitabilitas
perusahaan. Untuk masing-masing industri, studi ini menunjukkan bahwa
hubungan yang signifikan antara profitabilitas dan net equity issues untuk masingmasing
industri menghasilkan hasil yang beragam.
Penelitian kelima menganalisis perubahan struktur modal untuk periode
sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perubahan struktur modal yang signifikan, dengan
net debt to equity ratio perusahaan yang lebih rendah untuk periode setelah
Penawaran Umum Perdana Saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
periode tiga tahun setelah Penawaran Umum Perdana Saham, net debt to equity
ratio perusahaan mengalami peningkatan ke arah tingkat net debt to equity ratio
sebelum perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan kapasitas hutang baru yang
tersedia setelah penambahan modal saham guna mendukung pertumbuhan bisnis
perusahaan.
Sebagai implikasi manajerial, struktur modal perusahaan tidak terlepas dari
business landscape dan potensi pertumbuhaan perusahaan. Manajer perlu
mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan nilai perusahaan
dengan menentukan keseimbangan antara biaya modal, kompetisi dan
profitabilitas perusahaan. Ketiga faktor ini seiring dengan pertimbangan business
landscape dan potensi pertumbuhaan perusahaan perlu menjadi prioritas
perusahaan.
Collections
- DT - Business [369]
