Strategi Dan Kebijakan Membangun Daya Saing Perikanan Kabupaten Natuna
View/ Open
Date
2013Author
Nugrohadi, Ignatius Anindya Wirawan
Nuryartono, Nunung
Tambunan, Mangara
Maulana, Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Dalam membangun daya saing daerah perbatasan dan tertinggal seperti
Kabupaten Natuna di kawasan Laut Cina Selatan yang strategis serta rawan
konflik dibutuhkan upaya-upaya untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi
setempat dan mewujudkan industri berkeunggulan kompetitif, juga basis produksi
dan distribusi yang bertumpu pada potensi komoditas terbaik dan karakteristik
daerah setempat. Sesuai hasil data PDRB Natuna 2008-2010, daya saing sektor
industri perikanan Natuna dapat menjadi penggerak ekonomi regional Kabupaten
Natuna.
Disertasi ini bertujuan untuk untuk meninjau dan mengukur posisi daya
saing perikanan dengan pendekatan shift share atau SSA dan location quotient
atau LQ serta membuat analisis posisi daya saing perikanan Natuna sesuai konsep
daya saing Porter (1990). Perumusan strategi dan kebijakan perikanan terkait
membangun daya saing perikanan di Kabupaten Natuna dibahas melalui metode
analytic network process (ANP) dengan konsep benefit, opportunity, cost dan risk
(BOCR) yang berbasiskan data para pakar dari lima kelompok responden yang
ahli di bidang bisnis perikanan, kebijakan industrialisasi perikanan serta wilayah
Natuna, untuk membangun model jaringan pemilihan strategi dan kebijakan daya
saing perikanan di Natuna. Selain itu, dalam penelitian juga dilakukan tinjauan
historis kebijakan terkait klaster industri perikanan seperti minapolitan dan
kebijakan pengembangan wilayah dan tata ruang yang dapat dikaitkan dengan
penyusunan kebijakan Kabupaten Natuna sesuai prinsip nilai tambah, modernisasi
sistim produksi, penguatan pelaku usaha, komoditas unggulan, keberlanjutan dan
transformasi sosial.
Hasil penelitian yang dikaitkan dengan analisis SSA dan LQ menunjukkan
bahwa sektor perikanan Natuna memiliki potensi secara komparatif dan
kompetitif. Pendekatan model Diamond dan Five-Forces (Porter 1990)
menunjukkan bahwa daya saing perikanan Kabupaten Natuna terkendala oleh
persaingan perikanan tangkap dan tekanan pembeli serta infrastruktur yang belum
memadai. Walaupun demikian, perikanan Natuna dapat dikembangkan melalui
hasil pendapatan minyak dan gas Natuna sebagai penggerak awal untuk
mendukung pembangunan sektor perikanan melalui pembiayaan infrastruktur dan
penguatan kapasitas SDM. Penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
pelembagaan kerjasama antarpelaku usaha serta penataan manajemen perikanan
tangkap menjadi prioritas terbesar sesuai perhitungan ANP-BOCR. Selain itu,
hasil penelitian juga menekankan perlunya transformasi budaya masyarakat
perikanan di Natuna sebagai prioritas peluang yang penting, pembentukan
masyarakat perikanan sebagai benefit, penyediaan infrastruktur sebagai biaya, dan
kerusakan lingkungan akibat industri perikanan sebagai risiko.
Collections
- DT - Business [369]
